Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Sejumlah pedagang khususnya pengelola rumah makan mengeluhkan debu yang ditimbulkan dari perbaikan jalan di depan Islamic Center Aceh Tamiang.
Debu ini bersumber dari titik pengerjaan jalan yang sebelumnya ambles. Pergeseran tanah di bawah aspal menciptakan kolom lubang besar yang riskan melukai pengendara kendaraan.
Potensi bahaya ini sangat tinggi mengingat titik kerusakan berada persis di jalan utama Medan - Banda Aceh, persisnya di Karangbaru, Aceh Tamiang.
Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Wilayah Aceh beberapa kali melakukan perbaikan dengan menambal kolom lubang.
Namun upaya ini tidak maksimal karena jalan tersebut selalu kembali ambles.
Langkah terakhir dilakukan dengan membongkar seluruh ruas jalan yang ambles untuk dipasang box culvert.
Baca juga: Siapkan 500 Tempat Tidur, Asrama Haji Aceh Siap Sambut Jamaah, Terapkan Layanan Terpadu
Proses pemasangan ini sudah selesai, namun tahap pengaspalan belum dilakukan sehingga jalan tersebut masih berlapis tanah.
Belakangan tanah ini menjadi masalah baru karena menjadi momok bagi pedagang.
Sejak lima hari terakhir, usaha mereka tidak berjalan maksimal karena debu berterbangan hingga ke steling dagangan dan meja makan untuk pengunjung.
“Kami sudah mencoba menghubungi pihak yang kerja, tapi tidak direspon,” kata Khairul, pemilik Best Kafe, Sabtu (3/5/2025).
Best Kafe merupakan salah satu kafe yang terdampak langsung karena proyek pengerjaan berada di seberangnya.
Setiap harinya, parmuniaga Best Kafe harus menambah jenis pekerjaan berupa menyediakan air untuk menyiram teras dan halaman agar debu yang masuk berkurang.
Baca juga: Nazaruddin Dek Gam Ditunjuk Jadi Ketua DPW PAN Aceh Periode 2024-2029
“Setiap hari kami harus sediakan air, menyiram teras, kalau tidak debu tebal,” kata dia.
Di jaluar ini terdapat beberapa tempat kuliner lainnya, seperti warung bakso, makanan nasional dan warung kopi.
Hampir seluruh pengelola tempat kuliner ini memilih tutup karena tidak sanggup menghalau debu.
“Terpaksa tutup, daripada rugi semua makanan kena debu,” kata Khairul.
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah Aceh memilih bungkam terkait keluhan para pengelola rumah makan di Aceh Tamiang.
Sikap bungkam ini diperlihatkan pejabat pembuat komitmen (PPK), Ardian yang tidak merespon pesan singkat dan telepon dari Serambi.
Baca juga: Damkar Lhokseumawe Evakuasi Pohon yang Tumbang ke Jalan Medan-Banda Aceh
“Memang tidak ada yang respon, kami sudah mencoba menghubungi pihak yang berwenang,” Khairul, pemilik Best Kafe.
Khairul memperkirakan lokasi pengerjaan jalan tersebut sudah tidak ada aktivitas sejak lima hari lalu.
Para pekerja meninggalkan timbunan box culvert tanpa penanganan yang baik, sehingga membuat debu beterbangan. (mad)