Konflik Israel dan Palestina

Israel Akan Perluas Operasi Militer di Gaza, Benjamin Netanyahu: Operasi Gideon’s Chariots

Penulis: Gina Zahrina
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NETANYAHU - Foto ini diambil dari publikasi X Netanyahu pada Jumat (21/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Netanyahu berpidato terkait perpanjangan gencatan senjata. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebut hal ini sebagai “langkah akhir” dalam perang melawan Hamas. 

“Begitu kami menguasai Gaza, kami tidak akan mundur. Ini soal keamanan dan kedaulatan,” kata Smotrich dalam konferensi di Yerusalem pada hari Minggu yang mengacu pada keputusan kabinet.

Kekhawatiran Internasional dan Krisis Kemanusiaan Memburuk

Sejak serangan terbaru dimulai pada pertengahan Maret, lebih dari 2.400 warga Palestina tewas, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.  Total korban jiwa sejak awal perang mencapai lebih dari 52.000 orang.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan keprihatinan mendalam atas perluasan serangan dan kemungkinan operasi jangka panjang Israel di Gaza. 

PBB memperingatkan bahwa hal ini berpotensi menambah jumlah korban sipil secara signifikan.

“Sekjen PBB sangat khawatir atas rencana Israel memperluas operasi darat dan memperpanjang pendudukan militer di Gaza,” ujar juru bicara PBB, Farhan Haq mengatakan kepada wartawan pada hari Senin.

Baca juga: VIDEO - Rudal Houthi Tembus Pertahanan Udara Israel, Kawah Raksasa Terbentuk di Tel Aviv

Blokade Bantuan dan Mekanisme Baru yang Diperdebatkan

Israel masih memblokir seluruh bantuan kemanusiaan ke Gaza selama lebih dari dua bulan. 

Lembaga penyiaran publik Israe, Kan 11, dalam laporannya melaporkan bahwa konfrontasi telah terjadi selama pertemuan pada hari Minggu mengenai dimulainya kembali pengiriman bantuan dengan dengan dua anggora dari kabinet sayap kanan.

Pemerintah Israel menyebut ini sebagai tekanan terhadap Hamas, namun organisasi kemanusiaan menilai ini melanggar hukum internasional dan bisa menyebabkan kelaparan massal.

Kini, Amerika Serikat dan Israel tengah merancang mekanisme baru pengiriman bantuan yang akan dikelola oleh yayasan swasta, untuk memastikan bantuan tidak jatuh ke tangan Hamas. 

Namun, rencana ini ditolak oleh Hamas dan berbagai lembaga kemanusiaan karena dianggap sebagai bentuk kontrol politik terhadap bantuan.

Operasi militer Israel yang semakin meluas di Gaza menunjukkan pergeseran dari strategi serangan terbatas dan menjadi pendudukan wilayah. 

Sementara itu, krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dan ketegangan antara kepentingan militer, politik, serta tekanan internasional kian meningkat.

(Serambinews.com/Gina Zahrina)

Berita Terkini