Ia bertarung di daerah pemilihan (dapil) satu Abdya, yang meliputi Kecamatan Blangpidie, Susoh, dan Jeumpa.
Laporan Masrian Mizani I Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Tidak ada yang tidak pasti jika Allah sudah berkehendak.
Hal itulah yang dialami Jasman, anak nelayan robin yang kini menduduki kursi Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat Daya (Abdya).
Pria kelahiran Desa Padang Panjang, Kemukiman Sangkalan, Kecamatan Susoh, Kabupaten Abdya, pada 10 Mei 1989 itu, berhasil menang pada Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2024 lalu.
Ia bertarung di daerah pemilihan (dapil) satu Abdya, yang meliputi Kecamatan Blangpidie, Susoh, dan Jeumpa.
Suami dari Ariyanti itu, berhasil mendulang 763 suara dengan kendaraan politik Partai Aceh (PA).
Sebelum berkiprah di dunia politik, Jasman, pernah bekerja sebagai tenaga bakti di Puskesmas Susoh, Anggota Majelis Pendidikan (MPD) Abdya, Anggota Badan Pengawas BUMD Abdya, Sekretaris PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Susoh, dan pelaku usaha Budidaya Udang Vaname hingga sekarang.
Ayah dari Muhammad Zidan Alghifari itu, kini berdomisili di Desa Kuta Jeumpa, Kecamatan Jeumpa. Ia pernah menempuh pendidikan di SDN 3 Susoh, SMPN 3 Susoh, SMAN 1 Blangpidie, D. III Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, dan D. IV Keperawatan Medikal Bedah Politeknik Kemenkes Aceh.
Perjalanan pendidikan yang dilalui Jasman tidak lah mudah, ia pernah merasakan pahitnya putus sekolah semasih menduduki bangku kelas 1 SMA.
Saat itu, Jasman tidak melanjutkan pendidikannya karena keterbatasan ekonomi, sehingga ia terpaksa membantu almarhum sang ayah untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga.
“Saat itu almarhum ayah bekerja sebagai nelayan robin, pendapatan beliau pun tidak seberapa, apalagi kami di rumah enam bersaudara.
Jadi, tidak mungkin rasanya kebutuhan rumah tangga semuanya bertumpu pada ayah,” ucap Jasman, kepada Serambinews.com, Selasa (6/5/2025).
Selain itu, kata Jasman, Ibunya Suryati hanya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
Keputusan Jasman untuk berhenti sekolah saat itu sudah bulat. Ia ingin fokus bekerja mencari uang. Saat itu ia bekerja sebagai buruh cuci jaring dan robin milik nelayan dengan upah Rp 20 ribu.