Kardinal Robert Prevost Terpilih Sebagai Paus AS Pertama dengan Nama Leo XIV
SERAMBINEWS.COM-Pada hari Kamis (9/5/2025), dunia Gereja Katolik dikejutkan dengan pemilihan Kardinal Robert Prevost sebagai Paus baru.
Prevost, seorang misionaris lama di Amerika Latin, menjadi Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat dan memilih nama Leo XIV.
Kejutan ini muncul setelah asap putih mengepul dari cerobong asap di atas Kapel Sistina, menandakan bahwa 133 kardinal elektor telah memilihnya untuk menggantikan Paus Fransiskus yang meninggal bulan lalu.
Paus baru, yang kini berusia 69 tahun, muncul di balkon tengah Basilika Santo Petrus dan memberikan pidato singkat kepada ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.
“Semoga damai menyertai kalian semua,” kata Prevost dengan fasih berbahasa Italia, meskipun ia juga berbicara dalam bahasa Spanyol, namun tidak menggunakan bahasa Inggris dalam pidatonya.
Prevost berasal dari Chicago dan telah menghabiskan sebagian besar kariernya sebagai misionaris di Peru.
Ia juga memiliki kewarganegaraan ganda Peru.
Meskipun baru diangkat sebagai kardinal pada tahun 2023, Prevost dikenal sebagai sosok yang lebih pemalu dan jarang memberikan wawancara kepada media.
Baca juga: Paus Baru Terpilih, Inilah Sosok Paus Leo XIV, Orang Amerika Pertama yang Menjadi Paus
Ucapan Selamat dari Donald Trump dan Kritik Terkait Kebijakan
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, langsung mengucapkan selamat kepada Paus Leo XIV setelah pengumumannya.
"Sungguh menggembirakan, dan merupakan kehormatan besar bagi negara kita. Saya berharap dapat bertemu dengan Paus Leo XIV. Ini akan menjadi momen yang sangat berarti!" ungkap Trump.
Namun, meskipun ucapan selamat ini disampaikan, Paus Leo XIV diketahui memiliki sejarah mengkritik kebijakan Trump dan Wakil Presiden JD Vance, berdasarkan unggahan di akun media sosialnya, X (dulu Twitter).
Massimo Faggioli, seorang akademisi Italia yang mengikuti perkembangan kepausan dengan cermat, mengungkapkan bahwa ketegangan internasional yang muncul akibat retorika kepresidenan Trump mungkin memengaruhi para kardinal dalam memilih Paus asal AS.
"Pergolakan internasional akibat retorika kepresidenan Trump, secara paradoks, memungkinkan hal yang mustahil," kata Faggioli, yang juga seorang profesor di Universitas Villanova di AS.
Dukungan dari Peru dan Kepribadian yang Dikenal Lemah Lembut
Terpilihnya Prevost sebagai Paus juga disambut dengan baik oleh Presiden Peru, Dina Boluarte.