dr. ASLINAR, Sp.A., M.Biomed., Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Aceh,
melaporkan dari Meksiko
Pada Januari 2025, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), mengirimkan surat pemberitahuan kepada seluruh ketua IDAI cabang supaya dapat mengajukan dua orang nomine 'immunization champions' terbaik dari cabang masing-masing. Nomine ini akan melalui proses seleksi lebih lanjut untuk menentukan perwakilan yang akan menghadiri Kongres International Pediatric Association (IPA) 2025 yang dijadwalkan berlangsung di Meksiko (Mexico) pada 7-11 Mei 2025.
Kriteria untuk masuk nominasi 'immunization champion' meliputi pernah mengikuti 'mmunization champions workshop', aktif mengampanyekan imunisasi secara luring dan daring, serta mengirimkan materi kampanye yang digunakan. Saya salah satu nomine yang diajukan namanya ke PP IDAI. Bagi saya, mudah saja mencari materi kampanye karena sejak dulu sudah sering mengampanyekan berbagai hal berupa edukasi kesehatan secara umum, termasuk perihal imunisasi.
Semua berkas dokumentasi kegiatan berupa edukasi ke masyarakat awam, menjadi narasumber berbagai kegiatan mengenai imunisasi, baik itu untuk pemutakhiran ilmu para tenaga kesehatan, 'sharing' informasi kepada para tokoh agama, tokoh masyarakat, juga pernah menjadi narasumber kegiatan nasioal Majelis Tarjih Muhammadiyah, serta edukasi di televisi, radio, dan siniar (podcast). Selain itu, saya sudah sering menulis artikel di koran lokal, baik Serambi Indonesia dan juga di Harian Waspada Medan. Kegiatan online berupa edukasi juga secara terus-menerus saya lakukan di media sosial, baik itu facebook, instagram, dan youtube.
Pada Februari 2025, keluar surat yang ditujukan kepada Ketua IDAI Cabang Aceh bahwa saya terpilih sebagai 'immunization champion' yang akan berangkat ke Meksiko dalam kegiatan Kongres IPA dengan dibiayai penuh oleh IPA dan IDAI.
Saat membaca surat tersebut, saya merasa sangat senang bahwa akan hadir ke Meksiko (negara yang sangat jauh, yang tidak akan pernah saya datangi kalau tidak karena anugerah ini), dan terbayang oleh saya bahwa akan berangkat bersama teman- teman 'champion' dari IDAI cabang lainnya. Namun, setelah dikonfirmasi ke PP IDAI bahwa ternyata hanya saya sendiri yang berangkat mewakili Indonesia dan menyampaikan presentasi di acara kongres berupa 'sharing experience' dalam topik “Pediatric Association Advocacy for Immunization Priorities”.
Terus terang, saya terkejut dengan informasi tersebut dan membayangkan berangkat sendirian ke negeri di benua lain yang sangat jauh membuat saya khawatir. Namun, setelah diskusi dengan suami dan beliau izinkan, juga meminta saran dari Ketua IDAI Cabang Aceh serta para senior, dengan bismillah saya nyatakan bersedia berangkat.
Selanjutnya, saya mulai mengurus berbagai persyaratan untuk visa masuk ke Meksiko. Syarat untuk pengurusan visa Meksiko adalah paspor, foto terbaru dengan ukuran yang sudah ditentukan, KTP, KK, tiket, itinerary, surat keterangan kerja, akta lahir, dan buku nikah. Kebetulan akta lahir saya sudah terbakar di masa konflik dulu tahun 2000, dan mengharuskan saya mengurusnya lagi. Alhamdulillah, syaratnya tidak susah dan bisa mengurus akta lahir di tempat tinggal sekarang dengan mengisi beberapa formulir yang ditandatangani oleh kepala desa setempat dan dua orang saksi. Dalam waktu dua hari, akta lahir saya sudah siap.
Selain syarat yang saya sebutkan tadi, mesti melampirkan juga 'bank statement' dan juga fotokopi rekening koran selama tiga bulan terakhir dengan minimal saldo rekening 4.600 USD setiap bulannya atau sekitar 80-an juta rupiah. Bila jumlah saldo minimal tidak mencukupi sesuai yang diminta, pihak Kedutaan Meksiko mengharuskan untuk melampirkan dokumen properti berupa tanah atau rumah.
Setelah semua syarat yang diajukan diterima, mereka kemudian menentukan jadwal wawancara visa secara langsung yang berarti saya harus hadir ke Jakarta.
Setelah tiba di Jakarta, saya langsung menuju Kedutaan Besar Meksiko yang berada di Gedung Sopo Del Tower, dan jadwal saya pada pukul 10.00 WIB.
Setelah menunggu selama 30 menit, saya dipanggil untuk rekam sidik jari dan foto, baru dilanjutkan dengan wawancara dengan pihak Kedutaan Meksiko. Tidak perlu menunggu lama, visa Meksiko saya pun selesai dalam waktu 15 menit usai wawancara. Proses yang sangat mudah walau syarat di awal yang melelahkan.
Tujuan selanjutnya adalah ke Mal Kuningan City untuk pengurusan visa Jepang di Kantor VFS Global.
Pengurusan visa Jepang diperlukan untuk transit di Negara Sakura tersebut. Namun, ternyata tidak memungkinkan dilanjutkan pengurusannya dikarenakan domisili saya di Banda Aceh, maka pengurusannya harus ke Konsulat Jepang di Medan. Sedangkan waktu yang diperlukan sampai selesai minimal satu minggu dan dipastikan tidak akan terkejar untuk waktu keberangkatan saya. Maka kemudian, dicarikan alternatif jalur transit lain, yaitu melalui Turkiye, tanpa perlu pengurusan visa.
Hari Selasa, 6 Mei 2025, tibalah waktu saya berangkat ke Mexico City. Keberangkatan dari Bandara Soekarno-Hatta Airport pukul 21.00 WIB menggunakan pesawat Turkish Airlines.
Setelah 12 jam menempuh perjalanan, kami tiba di Istanbul Airport. Masa transit di negara tersebut 15 jam lamanya.