Dilansir dari laporan resmi militer Israel, seluruh sistem pertahanan udara seperti Iron Dome dan David’s Sling telah diaktifkan. Bandara Internasional Ben Gurion ditutup, dan puluhan ribu tentara dikerahkan ke berbagai perbatasan.
Kepala Staf Militer Israel, Jenderal Eyal Zamir, menyebut operasi ini sebagai “kampanye bersejarah untuk mencegah ancaman eksistensial”.
Sebagai bentuk antisipasi terhadap serangan balasan dari Iran, Israel telah:
- Menutup Bandara Internasional Ben Gurion sampai batas waktu yang belum ditentukan.
- Mengaktifkan seluruh sistem pertahanan udara termasuk Iron Dome dan David’s Sling.
- Mengerahkan puluhan ribu tentara ke berbagai perbatasan, termasuk perbatasan dengan Lebanon, Suriah, dan Jalur Gaza.
PBB dan Dunia Serukan Tahan Diri
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, melalui juru bicaranya Farhan Haq, meminta semua pihak menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut.
“Sekretaris Jenderal meminta kedua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin, menghindari dengan segala cara agar tidak terjerumus ke dalam konflik yang lebih dalam, suatu situasi yang sulit ditanggung oleh kawasan ini,” kata Haq, dikutip oleh Reuters.
Sementara itu, pembicaraan antara pejabat Iran dan AS yang direncanakan berlangsung di Oman pada hari Minggu masih dijadwalkan, meskipun kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh serangan ini.
Baca juga: Media Iran: Jenderal Tertinggi Iran, Bagheri, Tewas Dibunuh Israel, Garda Revolusi Siapkan Balasan
Nasib Negosiasi Nuklir di Ujung Tanduk
Meskipun ketegangan meningkat, melansir dari CNN, pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang dijadwalkan berlangsung di Oman hari Minggu masih belum dibatalkan.
Namun, sejumlah pejabat memperkirakan kemungkinan besar proses negosiasi akan terganggu.
Serangan Israel terhadap Iran berisiko memicu konflik berskala regional atau bahkan global. Dengan jatuhnya tokoh-tokoh penting dan hancurnya fasilitas strategis, respons dari Iran diperkirakan akan datang dalam waktu dekat
Situasi masih sangat berkembang, dan ketegangan di Timur Tengah diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa hari ke depan.
(Serambinews.com/Gina Zahrina)