SERAMBINEWS.COM - Meski serangan hanya berlangsung 12 hari, namun konflik dengan Iran membuat kebutuhan Israel terhadap amunisi pintar dan perangkat panduan meningkat tajam.
Hal ini mendorong permintaan percepatan dukungan logistik dari Washington berupa 3.845 peralatan panduan untuk bom BLU-109 seberat 2.000 pon dan 3.280 peralatan untuk bom MK 82 seberat 500 pon.
Merespons permintaan tersebut, Departemen Luar Negeri AS secara resmi memberikan izin kepada perusahaan Defense Security Cooperation Agency (DSCA) untuk memasok persenjataan ke Israel.
"Departemen Luar Negeri telah membuat keputusan yang menyetujui kemungkinan Penjualan Militer Asing kepada Pemerintah Israel berupa Peralatan Panduan Amunisi dan Dukungan Amunisi serta peralatan terkait dengan perkiraan biaya 510 juta dolar AS," kata badan tersebut, dilansir dari Anadolu.
DSCA menegaskan bahwa penjualan ini tidak akan mengubah keseimbangan militer di kawasan Timur Tengah.
Menurutnya, bantuan ini dikirimkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan Israel dalam mempertahankan wilayah, infrastruktur penting, serta melindungi penduduk dari ancaman serangan regional.
"Amerika Serikat berkomitmen terhadap keamanan Israel, dan sangat penting bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Israel mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang kuat dan siap," demikian pernyataan DSCA.
Baca juga: Hacker Iran Beraksi, Siap Guncang Dunia Politik AS dengan 100 GB Email Sekutu Donald Trump
Pemerintah Amerika Serikat kembali menyepakati penjualan paket kit senjata presisi Joint Direct Attack Munition (JDAM) yang berisi bom BLU‑109 dan bom MK‑82 senilai 510 Juta Dolar ke Israel, Selasa (1/7/2025).
JDAM adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah bom konvensional tanpa pemandu (unguided bombs) menjadi senjata presisi tinggi yang dapat menyerang target dengan akurasi tinggi, bahkan dalam kondisi cuaca buruk atau dari jarak jauh.
Keputusan untuk mengirim kit bom presisi diambil Pemerintahan AS, usai PM Israel Benjamin Netanyahu curhat bahwa militernya telah menghabiskan banyak amunisi saat terlibat konflik dengan Iran.
Di mana dalam serangan itu, Israel meluncurkan puluhan rudal dan bom presisi, termasuk dari jet tempur F-35 dan sistem pertahanan udara.
Baca juga: Israel Boncos Perang Lawan Iran, Puluhan Ribu Warganya Tagih Kompensasi hingga Total Rp 21 Triliun
Rencana AS Tuai Kritikan
Setelah AS mengumumkan rencana pengiriman senjata presisi senilai 510 juta dolar ke Israel, berbagai kritik langsung bermunculan, baik dari dalam negeri AS maupun dari komunitas internasional.
Banyak kelompok hak asasi manusia dan LSM internasional menyuarakan keprihatinan bahwa bantuan senjata presisi tersebut berpotensi digunakan dalam serangan terhadap wilayah sipil seperti Gaza atau Tepi Barat, yang sebelumnya telah mengalami korban jiwa besar selama konflik.
“Senjata presisi tetap bisa mematikan jika digunakan sembarangan atau tanpa intelijen yang akurat,” ujar Human Rights Watch
Kecaman serupa turut dilontarkan pengamat politik dan analis pertahanan, mereka menilai bahwa pengiriman senjata justru bisa memperkeruh situasi Timur Tengah dan meningkatkan risiko konflik regional lanjutan.