Harga Emas di Aceh

Harga Emas Dunia Ambruk Saat Perang Dahsyat Berkecamuk, Pelaku Pasar Pilih Wait and See

Penulis: Sri Anggun Oktaviana
Editor: Saifullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HARGA EMAS AMBRUK - Ilustrasi harga emas turun tajam. Harga emas dunia justru ambruk saat perang dahsyat berkecamuk di Timur Tengah.

Laporan Sri Anggun Oktaviana

SERAMBINEWS.COM – Berkecamuknya perang dahsyat antara Iran dengan Israel ternyata tidak meneybabkan harga emas meroket.

Justru sebaliknya, harga emas terpantau turun pada Jumat (20/6/2025), dan diperkirakan akan mencatat penurunan tajam secara mingguan.

Hal ini juga seiring dengan menguatnya nilai dolar Amerika Serikat (AS) serta berkurangnya harapan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).

Situasi geopolitik di Timur Tengah yang semakin memanas, ternyata belum cukup untuk mendorong harga emas naik.

Dilansir dari kantor berita Reuters (20/6/2025), harga emas spot turun 0,5 persen, menjadi 3.355,49 dolar AS per ons pada pukul 02.45 GMT, dan secara keseluruhan telah turun 2,2 persen sepanjang minggu ini. 

Sementara itu, harga emas berjangka AS juga melemah 1 persen ke level 3.371,80 dolar AS per ons.

Menurut Kelvin Wong, analis pasar senior untuk Asia Pasifik di OANDA, banyak pelaku pasar saat ini cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.

“Situasi di Timur Tengah sangat tidak menentu sehingga pedagang enggan mengambil posisi agresif, baik di posisi beli maupun jual dalam spektrum perdagangan,” ujarnya.

Ketegangan antara Israel dan Iran terus meningkat. 

Pada hari Kamis, Israel dilaporkan melancarkan serangan terhadap situs nuklir Iran.

Sebagai balasan, Iran menembakkan rudal dan mengirimkan drone ke Israel, termasuk serangan ke rumah sakit Israel yang terjadi pada malam hari.

 Hingga saat ini, kedua negara belum memberikan tanda-tanda akan meredakan konflik.

Lebih lanjut, Presiden AS, Donald Trump disebut-sebut akan mengambil keputusan dalam dua minggu ke depan apakah Amerika Serikat akan terlibat dalam perang antara Israel dan Iran.

Gedung Putih menyampaikan pernyataan ini pada hari Kamis, sekaligus meningkatkan tekanan kepada Iran untuk duduk di meja perundingan.

Di sisi lain, Trump kembali menyerukan agar The Fed segera memangkas suku bunga.

“Suku bunga seharusnya 2,5 poin persentase lebih rendah,” kata Trump.

Namun kenyataannya, The Fed dalam pertemuan kebijakan terbarunya pada hari Rabu memilih untuk menahan suku bunga, dan tetap berpegang pada proyeksi awal yaitu dua kali pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin hingga akhir tahun ini.

Kondisi ekonomi makro saat ini juga menjadi faktor penekan harga emas. 

Analis dari ANZ menilai, bahwa pasar belum menemukan alasan kuat untuk membeli emas dalam jangka pendek.

 “Perkembangan ekonomi makro, terutama imbal hasil yang stabil dan penguatan USD yang baru, belum mendukung harga emas,” tulis mereka dalam sebuah catatan riset.

Mereka menambahkan bahwa meningkatnya ekspektasi inflasi, serta sikap hati-hati dari The Fed, membuat pasar kini tidak lagi terlalu yakin bahwa pemangkasan suku bunga akan dilakukan lebih dari dua kali tahun ini.

Dolar AS menguat tajam dan diperkirakan akan mencatat kenaikan mingguan tertinggi dalam lebih dari sebulan.

Penguatan dolar ini memberikan tekanan tambahan pada harga emas karena emas menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lain.

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga turut melemah:

Perak spot turun 1,6 persen menjadi 35,82 dolar AS per ons.

Paladium turun 0,7 persen menjadi 1.042,92 dolar AS per ons.

Platinum melemah 1,5 persen ke 1.287,47 dolar AS per ons.

Meskipun saat ini platinum masih berada di jalur kenaikan mingguan ketiganya secara berturut-turut.(*)
 

Berita Terkini