M. ZUBAIR, S.H., M.H., ASN Pemerintah Kabupaten Bireuen, melaporkan dari Pantai Ujong Blang, Bireuen
Deru Ombak Penyejuk Jiwa
Pagi itu awan dingin menggelantung di atas pantai Ujong Blang,
Deru ombak dan perahu nelayan berpacu mencapai darat,
Anak-anak menikmati permainan pasir pantai,
Sesekali disapu ombak yang membuat riuh riang bocah-bocah itu.
Suasana ceria pengunjung pantai sambil menikmati kuliner ringan,
Suguhan penjaja makanan menjadi lebih syahdu suasana hati,
Hari libur menjadikan pantai tempat melepas lelah,
Lelah dari kesibukan sehari-hari yang seolah-olah telah merengut kebebasan jiwa.
Wahai deru ombak, bisikmu lirih,
Membasahi kaki-kaki insan yang melintas di pinggir pantai,
Setiap gemuruhmu, menjadi irama penyejuk batin,
Bagi jiwa yang kering karena mengejar asa duniawi.
Nyayianmu ombak membisikkan damai dalam deru yang dalam,
Kau luluhkan pikiran kacau tentang semrawutnya kehidupan dunia fana,
Kau koyakkan duka dalam iramamu yang indah,
Menyembuhkan tanpa rasa sakit.
Deru ombak menyejuk jiwa,
Menyentuh kalbu yang lama hampa,
Riuhmu bukan sekedar suara alam yang dirindukan,
Tapi menjadi penyadar akan kuasa Allah yang patut disyukuri dalam doa.
Pantai Ujong Blang Bireuen, 21 Juni 2025
PUISI tersebut menggambarkan refleksi jiwa ketika mengunjungi pantai untuk melepas penat dari kesibukan rutin sehari-hari yang selalu dilakoni umat manusia. Hidup di zaman digital dewasa ini yang serbainstan telah membuat banyak orang merasa tertekan, cemas, bahkan terasa kehilangan makna hidup. Tekanan pekerjaan, rutinitas harian yang menoton serta paparan informasi yang tidak henti-hentinya membuat manusia mudah lelah secara fisik maupun batin.
Di tengah hiruk-pikuk itu, alam menawarkan pelarian dengan cara sederhana namun mempunyai makna mendalam karena dapat meneduhkan jiwa. Tawaran tersebut yaitu sekadar menikmati deru ombak sebagai suara alam yang menenangkan sekaligus menyentuh sisi terdalam jiwa manusia. Suara riuh deru air diterpa angin yang menghantam pantai dapat menjadi nyanyian abadi yang menjadi pesan kedamaian, keheningan, dan penyembuh luka batin.
Reportase ini saya tulis saat menikmati susana pantai Ujong Blang Bireuen pada Sabtu tanggal 21 Juni pagi bersama keluarga untuk melepas lelah setelah lima hari bergelut dengan dunia kerja.
Pilihan pantai tempat santai karena laut mempunyai entitas tersendiri sekaligus penuh kebijaksanaan, di mana ketika memandang lautan yang membentang tanpa batas, kita seperti diingatkan bahwa kehidupan juga memiliki kedalaman dan ketidakterdugaan yang sama.
Dari gelombang laut, kita belajar tentang naik turunnya hidup yang kita alami. Adakalanya laut tampak tenang seperti kaca, tetapi tidak jarang ia bergelora membawa badai. Seperti itulah kehidupan, damai dan badai datang silih berganti.
Namun, di balik gelombang itu ada kedamaian yang tetap sunyi dengan penampakan ombak bergerak hanya di permukaan, sedangkan di dasar laut tetap tenang, hening, dan misterius. Inilah pelajaran penting bagi manusia ‘zaman now’ bahwa di tengah segala riuh dan gelombang kehidupan, kita perlu menemukan “kedamaian batin” tempat di mana jiwa tetap tenang tak terusik oleh guncangan luar. Deru ombak menjadi pengingat akan pentingnya kembali kepada Sang Khalik agar menjadi ketenangan yang hakiki.
Apa yang saya tulis sebagai reportase ini juga didukung oleh banyak penelitian psikologi dan kesehatan yang membuktikan bahwa berada di dekat laut atau mendengar suara ombak dapat memberikan efek menenangkan. Suara ombak menstimulasi otak untuk melepaskan gelombang alfa yang berkaitan dengan rasa relaksasi dan kondisi mediatif. Tak heran jika terapi suara alam, termasuk suara ombak, semakin banyak digunakan dalam peraktik meditasi, yoga, dan penyembuhan psikis.
Suara ombak memiliki ritme yang alami, tidak terburu-buru, tapi terus berulang seperti mengajak jiwa yang gundah untuk kembali kepada irama kehidupan yang sebenarnya menurut tuntunan agama.
Dalam kehidupan yang serbatergesa, deru ombak seolah membisikkan pesan, “Tenanglah semua akan berlalu.”
Dalam setiap deburan, ada sapaan lembut dari alam yang mengajak kita untuk melepaskan segala beban pikiran dan hanya hadir sepenuhnya momen yang sedang dinikmati sekarang.
Dalam deru ombak laut, kita juga dapat menemukan makna dalam kesunyian, sebagaimana banyak penyair, pelukis dan filsuf yang menemukan inspirasi dari lautan. Hal ini bukan tanpa alasan, laut dengan segala kebesaran dan ketenangannya ciptaan Allah yang maha kuasa membangkitkan rasa kagum kagum sekaligus kerendahan hati.
Maka dengan makna ketenangan laut itu kita harus bersyukur akan nikmat-Nya, apabila tidak bersyukur maka dengan kekuasaan Allah laut juga akan beringas seperti yang pernah kita rasakan musibah tsunami di mana laut meluap dan meluluhlantahkan belasan negara di dunia.
Saat seseorang duduk di tepi pantai memandangi cakrawala dan mendegarkan deru ombak. Ia sedang berada dalam percakapan diam dengan alam semesta. Di sanalah muncul kesadaran bahwa manusia hanyalah setitik kecil di tengah jagat raya yang luas. Dengan ada pearasaan itu maka muncullah rasa syukur, keikhlasan dan penerimaan atas hidup ini.
Kesunyian yang dibawa oleh suara ombak bukanlah kekosongan, melainkan ruang untuk mendengar suara hati sendiri. Di tengah keheningan itu, banyak orang menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini membebani diri mereka. Merenung di tepi pantai juga merupakan ziarah bathin dengan ombak menjdi petunjuk, pasir jadi alas dan langit menjadi tatapan untuk berdoa.
Selain itu, di era digital ini, banyak orang merasa kehilangan jati diri karena terlalu banyak hal yang menyita perhatian. Hal itu disebabkan notifikasi, tuntutan media dan tuntutan hidup yang tinggi membuat kita lupa untuk sekadar diam, bernafas, dan mendengarkan diri sendiri. Di sinilah pentingnya kembali ke alam, ke tempat-tempat sunyi seperti pantai untuk mengisi ulang energy kehidupan.
Berada di tepi pantai membiarkan kaki menyentuh pasir dan angin laut membelai wajah, adalah bentuk sederhana dari penyembuhan diri. Tidak ada teknik rumit, tidak ada syarat khusus, hanya perlu hadir kealam terbuka terutama pantai. Deru ombak menyapu pantai menyambut kita apa adanya, memberi pelukan dalam kehiningan yang hangat bagi jiwa yang letih.
Tentu tidak semua orang bisa setiap saat hadir ke pantai. Namun, bukan berati kedamaian laut tidak mampu menyelimuti dalam keseharian kita. Kita bisa menyimpan rekaman suara ombak dalam otak dan hati bersih serta mendengarnya setiap saat kita butuhkan. Mungkin juga dengan menata ruang pribadi kita dengan ornament laut, seperti lukisan pantai, kerang, atau aroma laut yang dapat memicu ketenangan bathin. Lebih dari itu kita bisa belajar dari filosofi ombak dalam menjalani hidup, bersiklus, lembut, tetapi kuat, tidak melawan, tetapi tetap konsisten.
Ketika menghadpi masalah hidup, kita membayangkan diri seperti ombak yang terus kembali, tak kenal Lelah, tapi tetap indah dalam gerakannya. Dengan demikian, kedamaian tidak lagi bergantung pada tempat, tetapi menjadi kualitas yang tumbuh dari dalam diri kita masing-masing.