Sejarah shalat istisqa: doa minta hujan di masa kekeringan
Shalat Istisqa adalah shalat sunnah yang dilakukan untuk memohon turunnya hujan ketika suatu wilayah mengalami kekeringan panjang.
Tradisi ini memiliki akar kuat dalam sejarah Islam dan pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat di Madinah.
Asal-usul dan praktik di zaman nabi
Dilaksanakan saat Madinah dilanda kemarau panjang, menyebabkan kesulitan ekonomi dan kekurangan air.
Nabi Muhammad SAW mengajak umat Islam untuk berdoa bersama di tanah lapang, sekitar 500 meter dari Masjid Nabawi.
Rasulukllah shalat dua rakaat tanpa azan dan iqamah, lalu berkhutbah, berdoa, dan membalikkan sorban sebagai simbol harapan akan perubahan cuaca.
Setelah pelaksanaan, hujan pun turun selama beberapa hari, menjadi bukti dikabulkannya doa tersebut.
Makna dan Keutamaan
Shalat Istisqa bukan hanya permohonan hujan, tapi juga momen taubat dan refleksi spiritual.
Umat Islam dianjurkan untuk berpuasa, meninggalkan kemaksiatan, dan memperbaiki hubungan sosial sebelum pelaksanaan.
Keutamaan lainnya adalah memperkuat tawakal dan keyakinan kepada Allah, sebagaimana disebut dalam Surah Hud ayat 52.
Tradisi yang terus hidup
Hingga kini, shalat Istisqa masih dilakukan di berbagai daerah, terutama saat musim kemarau ekstrem.
Pemerintah dan ormas Islam seperti Dewan Masjid Indonesia (DMI) sering menyerukan pelaksanaannya sebagai bentuk ikhtiar spiritual menghadapi bencana alam.(*)
Baca juga: Bupati Bireuen Ajak Semua Warga Shalat Istisqa di Lapangan Cot Gapu Besok