SERAMBINEWS.COM, Banda Aceh – Aceh sering salah dipahami oleh masyarakat luar, terutama yang tidak pernah berkunjung ke tanah warisan Sultan Iskandar Muda.
Aceh, termasuk Kota Aceh, sering diframing memiliki tingkat toleransi yang rendah terhadap penganut agama selain Islam. Framing negatif sangat merugikan Aceh.
“Penduduk Aceh harus melawan framing negatif dari pihak luar tersebut dengan menampilkan fakta sebenarnya mengenai relasi sosial agama,” ujar Hasan Basri M.Nur PhD, Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Aceh saat menjadi pembicara dalam acara Evaluasi dan Penguatan Desa Sadar Kerukunan di Aceh yang digelar Kanwil Kemenag Aceh di Hotel Rasamala Banda Aceh, Selasa (12/08/2025).
Hasan Basri yang juga dosen UIN Ar-Raniry itu mengajak penduduk Aceh untuk mengimbangi framing negatif kepada Aceh dengan terus menampilkan data dan fakta relasi Islam–non Islam pemberitaan di berbagai media.
“Terutama media mainstream, medsos, penelitian, berbicara di forum pertemuan daerah dan nasional, mengadakan even nasional di Aceh, ajakan kunjungan ke Desa Sadar Kerukunan, ajakan berwisata ke Aceh, ajakan kuliah di Aceh, dan lain-lain,” ajak Hasan yang baru saja meluncurkan buku “1 Kota 5 Agama di Aceh”.
Dalam kesempatan itu, pemuda dari perangkat Desa Kampung Mulia Banda Aceh, Mulia Fatan, membeberkan fakta menarik tentang kehidupan sosial agama di desanya.
Baca juga: FKUB Aceh Singkil Minta Tokoh Agama Sampaikan Pesan Toleransi pada Umatnya, Komit Jaga Kerukunan
Mulia Fatan mengatakan, Desa Kampung Mulia adalah Desa Sadar Kerukunan yang patut menjadi patron dan layak menjadi tempat studi banding mengenai harmoni agama di Aceh.
Dikatakan, penduduk Kampung Mulia sangat majemuk dari aspek agama dan etnik. Penduduk Islam sebanyak 4.080 jiwa, Kristen 166 jiwa, Katolik 41 jiwa dan Buddha 73 jiwa.
Adapun rumah ibadah yang tersedia di Kampung Mulia adalah 3 unit gereja, 3 unit vihara, 3 unit masjid, dan 3 unit mushalla.
Gereja di Kampung Mulia adalah GPIB, Gereja Methodist Indonesia, dan Gereja HKBP. Sementara vihara Buddha yang ada di Kampung Mulia adalah Sakyamuni, Meitri, dan Dewi Samudra.
“Serba tiga. Tiga masjid, tiga mushalla, tiga vihara, dan tiga gereja terdapat di Kampung Mulia,” ungkap Fatan sambil mengajak publik untuk berkunjung ke desanya.
Fatan menyebutkan, tidak pernah terjadi konflik antaragama di Kampung Mulia. Jemaat gereja yang umumnya datang dari kampung lain menghormati budaya Aceh yang kental nilai-nilai Islam.
Baca juga: Toleransi Tinggi, 1 KK Dihuni oleh 4 Penganut Agama di Aceh Singkil