Kisah Jejezhuang Menjelajah Aceh: dari Vlogger Kuliner Jadi Pemburu Destinasi Tersembunyi di Aceh

Penulis: Firdha Ustin
Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JJ Zwang, konten kreator asal SUMUT yang dikenal lewat review kuliner dan destinasi wisatanya, belakangan ini namanya semakin dikenal di Aceh karena selalu punya cara unik memperkenalkan keindahan dan rasa khas Tanah Rencong ke publik.

SERAMBINEWS.COM – Pengguna media sosial Instagram dan TikTok di Aceh mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama Jejezhuang Jessica Juanda atau dikenal sebagai JJ Zwang.

Belakangan, ia viral berkat kontennya yang sering mempromosikan destinasi wisata di Aceh. Mayoritas video yang diunggahnya bahkan kerap masuk rekomendasi For Your Page (FYP) di TikTok.

Berkat popularitas tersebut, Jejezhuang menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet.

Bahkan, baru-baru ini ia mendapat undangan resmi dari Wali Kota Banda Aceh sebagai apresiasi atas kontribusinya dalam mengenalkan keindahan Aceh kepada publik luas.

Lantas siapa sebenarnya Jejezhuang?

Dalam sebuah podcast bersama di kanal YouTube TVRI Aceh, Jejezhuang atau biasa disapa JJ ini menceritakan bagaimana awal mula ia terjun di dunia konten hingga menjadi penjelajah yang gemar mengunjungi lokasi-lokasi tersembunyi di Aceh.

Baca juga: Kisah Jelita, Guru Muda dari Lhokseumawe yang Gigih Menjemput Mimpi Jadi Psikolog

Dari Kuliner ke Petualangan Alam

JJ dulunya kerap membagikan video kuliner di akun media sosialnya. Di samping itu, ia juga mempunyai hobi travelling. Namun kala itu banyak video traveling yang tidak diabadikan di media sosialnya. 

Seiring berjalannya waktu, JJ mencoba semakin aktif di media sosial. Ia kerap membagikan aktivitas perjalanannya di akun Instagram. 

Daerah awal yang dijelajahi untuk travelling pertama kalinya adalah wilayah Sumatera Utara kemudian disusul Kota Subulussalam, Aceh.

"Karena memang aku suka pengin tahu hal baru. Dia. Aku pengin coba sesuatu yang belum aku cobain gitu. Di Aceh kan banyak sekali ya," katanya dikutip Serambinews.com, Rabu (13//8/2025).

Perjalanan JJ di Aceh bermula dari kecintaannya pada kuliner. 

Awalnya, ia datang ke Aceh untuk mencicipi hidangan khas, namun setiap kunjungan membawanya menemukan keindahan alam yang memukau.

“Dari dulu suka makan, suka review makanan. Tapi makin sering ke sini, saya penasaran dengan tempat-tempat yang belum banyak orang tahu,” ujarnya.

Baca juga: Kisah Hendy, Tiba di Mekkah Setelah Jalan Kaki 9 Bulan Lewati 7 Negara, Cuma Bawa Uang Rp50 Ribu

Penasaran itu membawanya menemukan pantai-pantai Aceh yang masih alami.

Menurutnya, inilah salah satu nilai jual terbesar Aceh dibanding destinasi wisata populer lain seperti Bali.

“Pantai di Aceh itu tenang, airnya jernih, belum terlalu ramai, dan nuansanya asli. Rasanya seperti punya pantai pribadi,” ungkapnya.

Salah satu hal yang membuat JJ betah berlama-lama di Aceh adalah keramahan warganya.

Meskipun sempat khawatir soal keamanan dan perbedaan budaya, ia menemukan Aceh justru aman dan ramah.

“Orang Aceh itu tulus, ramah, bahkan sering mempertahankan harga lokal untuk wisatawan. Itu jarang ditemukan di banyak destinasi,” kata JJ.

Pengalaman ini membuatnya ingin menghapus stigma negatif yang kadang melekat pada Aceh, dan menunjukkan bahwa provinsi ini layak menjadi tujuan wisata utama.

Kuliner sebagai Pintu Masuk Budaya

Bagi JJ, makanan adalah gerbang awal untuk memahami budaya setempat.

Ia merekomendasikan Mie Aceh sebagai menu pertama yang wajib dicoba wisatawan.

“Mie Aceh itu punya rasa khas. Di tiap daerah beda-beda racikannya, tapi semua tetap mempertahankan cita rasa lokal,” jelasnya.

Menurut JJ, mencicipi kuliner langsung di tempat asalnya memberi sensasi yang berbeda, karena kita juga menyerap suasana dan interaksi sosial yang ada di sekitarnya.

Berbeda dari banyak travel blogger yang bepergian solo, JJ sering membawa suami dan anaknya dalam perjalanan.

Hal ini membuatnya harus pintar menyeimbangkan antara petualangan dan keamanan.

“Kalau bawa anak, biasanya pilih perjalanan sehari atau tempat yang lebih aman. Tapi tetap bisa seru, karena petualangan itu bisa disesuaikan,” tuturnya.

Perjalanan keluarga ini juga memberi perspektif baru dalam membuat konten, karena ia bisa melihat bagaimana destinasi ramah anak dan nyaman bagi semua anggota keluarga.

Meski terpesona oleh keindahan alam Aceh, JJ mengingatkan bahwa destinasi ini juga menghadapi tantangan, terutama soal kelestarian lingkungan.

Ia menyebut masalah sampah di pantai dan penebangan pohon yang berlebihan sebagai ancaman serius.

“Kalau mau Aceh tetap jadi destinasi unik, kita semua harus menjaga lingkungan. Masyarakat lokal perlu dilibatkan, dan infrastrukturnya juga harus diperbaiki,” tegasnya.

Ia mencontohkan beberapa lokasi seperti Pantai Inong Bale dan Lhok Mata Ie dengan pasir merah mudanya yang punya potensi besar, asalkan dikelola dengan baik tanpa merusak ekosistem.

JJ juga membagikan pandangannya soal cara menikmati perjalanan.

Menurutnya, terlalu fokus menghemat bisa membuat pengalaman jadi terbatas.

“Kalau mau bepergian, jangan terlalu pelit. Nikmati setiap momennya. Pengalaman itulah yang akan kita ingat seumur hidup,” ujarnya.

Di akhir perbincangan, JJ berharap pariwisata Aceh bisa berkembang lebih pesat dengan tetap mempertahankan keaslian alam dan budayanya.

Ia percaya, jika masyarakat, pemerintah, dan wisatawan bekerja sama, Aceh bisa menjadi destinasi unggulan di Indonesia.

“Jangan hanya datang untuk melihat, tapi juga untuk menghargai dan menjaga. Itu kunci supaya pesona Aceh tetap terjaga,” tutupnya.

Saat ini, JJ memiliki 215 ribu pengikut di Instagram dan 854 ribu pengikut di TikTok. 

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Berita Terkini