Mereka inilah yang berperan penting dalam merawat dan mengisi perdamaian Aceh.
“Karena pendidikan tidak hanya berdampak pada indikator ekonomi, tetapi juga menjadi katalisator bagi transformasi sosial yang lebih luas,” urai Rektor.
“Pasca-konflik, Aceh mengalami perubahan dalam struktur sosial, relasi antar kelompok, dan cara masyarakat memaknai identitas serta masa depan mereka,” ucapnya.
Acara ini dibuka oleh Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa dua dekade perdamaian merupakan bukti keberhasilan Aceh dalam menyelesaikan konflik secara bermartabat.
Baca juga: 20 Tahun Damai Aceh, Pengamat Komunikasi Politik Unimal: Masih Ada Tiga ‘PR’ Besar untuk Para Elit
Mualem juga menekankan pentingnya momentum ini untuk memperkuat komitmen bersama dalam memelihara warisan damai.
“Hari ini kita berkumpul dalam suasana persaudaraan pada momen peringatan dua dekade perdamaian Aceh,” tutur Gubernur.
“Ini adalah proses yang harus terus dijaga. Mari kita teguhkan tekad untuk menjaga warisan damai ini, bukan hanya untuk dua dekade, tetapi selamanya,” ujar Mualem.
Ketua Badan Reintegrasi Aceh sekaligus Ketua Panitia Pelaksana, Jamaluddin, SH, MKn menyatakan, bahwa forum ini bertujuan merumuskan rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan kepada Pemerintah Pusat, sebagai bagian dari upaya memperkuat kerangka kebijakan perdamaian nasional.
“Hasil dari diskusi publik hari ini akan diserahkan kepada Pemerintah Pusat sebagai referensi dalam penyusunan kebijakan terkait perdamaian Aceh yang menyeluruh dan berkelanjutan,” ujar Jamaluddin.
Sementara itu, perwakilan Crisis Management Initiative (CMI), Minna Kukkonen Kalender menilai, perdamaian Aceh merupakan hasil dari tekad dan keinginan kuat untuk menciptakan perdamaian yang bermartabat.
Baca juga: Wabup Nagan Raya: Damai Aceh Bukan Hanya Dirasakan Saat Ini, Tetapi juga untuk Anak Cucu Kelak
Ia menambahkan, perdamaian ini bukanlah pencapaian para elit politik saja, namun juga capaian para perempuan dan anak muda di masyarakatnya.
Ia menegaskan, CMI akan terus mendukung upaya menjaga perdamaian ya berkelanjutan di Aceh.
"Kami sebagai teman masyarakat Aceh, siap mendukung dan hadir untuk perdamaian Aceh yang berkelanjutan,” tukas Minna.
“Saya yakin anak muda di Aceh tidak hanya memiliki kenangan tentang masa lalu, tapi juga semangat untuk membangun masa depan Aceh yang lebih baik," ucapnya.
Forum ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh nasional dan internasional.
Baca juga: Dua Dekade Damai Aceh, Rektor UIN Ar-Raniry Dorong Dana Abadi dari Otsus untuk Pendidikan
Termasuk Wali Nanggroe Aceh, perwakilan Crisis Management Initiative (CMI), para duta besar, bupati/wali kota, serta aktivis dan akademisi dari berbagai institusi.(*)