Kemudian kepala divisi investigasi kriminal distrik dengan pangkat Asisten Inspektur Polisi (ASP), dan petugas investigasi dengan pangkat inspektur.
Ketiganya diduga tidak mematuhi prosedur operasi standar (SOP) saat menyelidiki kasus kematian Zara Qairina.
Petugas JIPS Bukit Aman akan langsung datang ke Sabah dalam beberapa hari ini untuk mengambil keterangan dari ketiga polisi tersebut.
"Penyelidikan ini terkait dengan ketidakpatuhan terhadap SOP penyelidikan kasus Zara Qairina dan pengawasan petugas penyidik," ujarnya.
Ia mengatakan, tindakan tegas akan dilakukan terhadap penyidik dan atasan yang bertanggung jawab apabila terbukti ada ketidakpatuhan terhadap SOP penyidikan.
Sejauh ini, katanya, ketiga perwira tinggi yang terlibat masih menjalankan tugasnya seperti biasa.
Pada Rabu (13/8/2025), Direktur Departemen Investigasi Kriminal Bukit Aman, M Kumar mengumumkan bahwa temuan awal investigasi Propam menemukan adanya unsur ketidakpatuhan terhadap SOP oleh petugas investigasi terkait kematian Zara Qairina.
Siswa Kelas Satu dari sebuah sekolah agama dipastikan meninggal di Rumah Sakit Queen Elizabeth, Kota Kinabalu, Sabah pada tanggal 17 Juli 2025 setelah dirawat di sana sehari sebelumnya.
Dia ditemukan tidak sadarkan diri di saluran pembungan dekat Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Tun Datu Mustapha, asrama Papar pada pukul 4 pagi pada 16 Juli 2025.
Polisi Buru Dokter Bedah di TikTok
Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) dan Kepolisian Malaysia (PDRM) tengah berupaya mengidentifikasi seorang pengguna TikTok
Pengguna yang mengaku sebagai dokter bedah itu menyatakan terlibat dalam otopsi Zara Qairina Mahathir, siswi Kelas Satu Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha, Papar, Sabah.
Dalam siaran langsung di platform TikTok Rabu lalu, dokter bedah itu memberikan gambaran kesimpulan yang beragam seolah-olah Zara Qairina melompat dari gedung sekolah sendirian.
Menteri Komunikasi, Datuk Fahmi Fadzil mengatakan, pengguna tersebut mengaku hadir dan terlibat dalam otopsi jenazah Zara Qairina pada 10 Agustus 2025.
Tetapi tinjauan oleh Kementerian Kesehatan Malaysia mengonfirmasi bahwa pengguna TikTok tersebut bukan dokter spesialis bedah.
“Orang tersebut telah menyebarkan berbagai informasi yang belum diverifikasi dalam siaran langsung TikTok, sehingga menimbulkan kesan bahwa hal-hal yang diungkapkan benar-benar terjadi dan sayangnya isi siaran tersebut telah menjadi viral dan menyebabkan kebingungan publik," ujarnya, Sabtu (16/8/2025).