Catatan Indonesia

Ketika Megawati dan Menag ‘Percaya’ Ada Harta Karun di Batutulis: Cukup untuk Membayar Utang Negara

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Nurul Hayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketika Megawati dan Menag ‘percaya’ ada harta karun di Batutulis: cukup untuk membayar utang negara.

Sayangnya, penggalian itu langsung mengundang protes banyak warga setempat.

Protes pun berdatangan dari berbagai kalangan, khususnya Kepala Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Endjat Djaenuderajat.

Juga, sejumlah warga Bogor dari berbagai kalangan mengecam penggalian lokasi prasasti Batutulis peninggalan Surawisesa (putra Prabu Siliwangi) tahun 1533 itu.

Prasasti itu diyakini merupakan tempat dilakukannya penobatan raja-raja, upacara keagamaan, dan tempat bersemayamnya Prabu Siliwangi , dalam bentuk Lingga (lambang kesuburan), yang menandai kekuasaanya mampu melindungi negara dari ancaman musuh.

Dalam kompleks Prasasti Batutulis terdapat 15 batu, yang 6 buah batunya berada dalam cukup bangungan yang tidak begitu luas, 1 buah batu berada di luar teras cungkup, dan 8 buah berada di serambi dan halaman.

Prasasti Batutulis berada di dalam cungkup yang berukiran huruf-huruf Sunda Kawi atau Sunda Kuno, dengan besaran huruf kurang lebih 3x3 cm berwarna keputihan.

Menurut salah seorang warga Bogor, rupanya tidak hanya warga Bogor yang marah, tetapi langit Bogor juga marah saat itu.

Ketika penggalian dilakukan, terjadi angit ribut yang melanda Bogor.

Penggalian itu akhirnya dihentikan menjelang malam saat harta karun yang dicari tidak juga ditemukan.

Namun, meninggalkan bekas penggalian berbentuk parit sepanjang enam meter, lebar satu meter, dan kedalaman dua meter.

Kekelompok warga menempelkan pamflet bertuliskan, "Mbah Dukun, Tolong Sembur Said Agil, Biar Sadar" 

dan "Kami Warga Batutulis Tetap Akan Mempertahankan Prasasti Ini. Barangsiapa Berani Melanjutkan Penggalian, Kami Akan Bertindak Brutal". 

Seorang warga mengatakan bahwa harta karun itu tidak ditemukan karena salah satu penggali hatinya kotor.

“Ada yang tidak ikhlas sehingga hartanya keburu raib,” kata Said Agil.

Menurut perkiraan Said Agil, harta karun itu cukup untuk membayar utang negara.

Halaman
123

Berita Terkini