Opini

Jejak Cinta Zurriyat Rasulullah: Silaturahmi ke Habib Luthfi, Doa yang Menjawab Impian

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nanda Saputra, Dosen STIT Al-Hilal Sigli, Ketua PC ISNU Kab. Pidie, & Kandidat Doktor Universitas Sebelas Maret

Oleh: Nanda Saputra*)

SUATU sore yang tenang di Pekalongan, pasca perayaan HUT RI Ke-80, langkah seorang putra Aceh yang bersahaja membawa dirinya menuju rumah seorang ulama besar, habib yang menjadi magnet kecintaan umat.

Ketua Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Pidie, dengan hati penuh harap, menyusuri jejak menuju kediaman Habib Luthfi bin Yahya, salah satu tokoh karismatik bangsa yang dikenal sebagai ulama, mursyid, dan penjaga kebangsaan. Silaturahmi itu bukan sekadar kunjungan biasa.

Ia bagai perjalanan spiritual, menyambungkan rasa cinta seorang santri terhadap zurriyat Rasulullah SAW, meneguhkan iman, dan menjawab doa-doa yang selama ini terpatri dalam dada.

Langkah yang Dituntun Doa

Perjalanan itu sesungguhnya bukan rencana semata manusia. Ada doa-doa panjang yang terucap setiap malam, ada kerinduan yang tersimpan lama untuk bersua dengan seorang wali Allah yang hidup dalam kesederhanaan namun memancarkan cahaya ke seluruh penjuru negeri. Ketua PC ISNU Pidie melangkah dengan penuh syukur, seolah setiap detik adalah jawaban atas kerinduan batin.

Aceh dan Pekalongan mungkin berjauhan, tetapi ada jembatan ruhani yang mempertemukan keduanya. Aceh dengan sejarah panjang keislamannya, bumi syuhada dan ulama, kini mengutus putra terbaiknya menyambungkan silaturahmi dengan dzurriyat Rasulullah. Pekalongan dengan kehangatan para habaib, menyambut dengan senyum tulus dan doa yang meneduhkan hati.

Pertemuan yang Menggetarkan

Saat tangan Ketua PC ISNU Pidie bersalaman dengan Habib Luthfi, ada getaran yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Mata penuh welas asih Habib Luthfi menatap, seakan menembus hingga ke relung jiwa. Senyum beliau bukan sekadar sapaan, melainkan pancaran kasih seorang pewaris Nabi terhadap umat yang mendatanginya.

“Selamat datang, anakku dari Aceh,” demikian sambutan hangat yang membuat hati luluh. Kata-kata itu sederhana, tetapi di baliknya tersimpan makna mendalam: pengakuan, penerimaan, dan doa seorang mursyid yang tulus.

Pertemuan itu bukan hanya tentang organisasi, bukan sekadar urusan formalitas kelembagaan. Ia adalah momentum spiritual. Seorang anak bangsa berhadapan dengan seorang kekasih Allah, lalu segala kelelahan perjalanan terasa sirna. Ada ketenangan yang tak bisa dibeli dengan apapun selain keberkahan doa dari seorang habib.

Cinta kepada Zurriyat Rasulullah

Bagi Ketua PC ISNU Pidie, pertemuan itu merupakan wujud nyata cinta kepada zurriyat Rasulullah SAW. Cinta itu bukan hanya tentang rasa hormat, melainkan keyakinan bahwa doa para habaib memiliki kekuatan menyambungkan hati dengan sang Nabi.

Dalam tradisi Islam Nusantara, para habib selalu mendapat tempat istimewa. Mereka adalah pengingat, penyambung rasa, sekaligus penjaga akidah dan akhlak umat. Silaturahmi dengan mereka diyakini membuka pintu-pintu rahmat Allah. Itulah yang dirasakan: ketika tangan dijabat, ketika doa dipanjatkan, hati seakan disentuh oleh kasih sayang yang tak kasat mata.

Doa yang Menjawab Impian

Halaman
12

Berita Terkini