Berita Aceh Selatan

Penyebab Karhutla di Bakongan Masih Diselidiki, Dugaan Sementara Ekses Pembukaan Lahan Baru

Penulis: Ilhami Syahputra
Editor: Saifullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KARHUTLA DI BAKONGAN - Gumpalan asap ekses kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan tampak masih mengepul. Foto direkam, Minggu (24/8/2025).

Laporan Ilhami Syahputra | Aceh Selatan

SERAMBINEWS.COM,TAPAKTUAN – Penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Bakongan, Aceh Selatan masih dalam penyelidikan pihak berwenang.

Namun, dugaan awal menyebutkan bahwa api berasal dari aktivitas pembukaan lahan baru untuk perkebunan.

Di sisi lain, karhutla di Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan itu terus meluas hingga memasuki hari keenam sejak pertama kali terdeteksi pada Selasa (19/8/2025) lalu.

Tercatat, sampai Minggu (24/8/2025), kebakaran dilaporkan sudah menghanguskan sekitar 65 hektare lahan gambut murni yang sulit dipadamkan.

Kebakaran terjadi di wilayah Gampong Ujong Mangki, Padang Beurahan, dan Ujong Padang. 

Baca juga: Sepekan Berjuang, Tim Gabungan Sukses Padamkan Karhutla di Aceh Barat

Asap pekat dari kebakaran ini membahayakan pengguna jalan yang melintas.

Bahkan mulai merambat ke kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) serta areal perkebunan masyarakat sekitar.

“Pemadaman masih terus dilakukan. Namun, hingga sore ini baru sekitar 55 persen api berhasil dipadamkan,” kata Komandan Pos 05 Damkarmat PB WMK Bakongan, Rustam dalam laporannya. 

“Lokasi yang terbakar bisa terus bertambah karena tiupan angin kencang serta minimnya sumber air,” terang Rustam.

Personel gabungan dari Pos Damkar 05 Bakongan, Kodim 0107 Aceh Selatan, Polsek Bakongan, TNGL Resort Bakongan, Babinsa Koramil Bakongan, KPH Bakongan, hingga pihak kecamatan, dikerahkan untuk memadamkan api.

Baca juga: Hari Ke-6, Karhutla di Bakongan Terus Meluas, 65 Hektare Terbakar, Angin Memperparah Kebakaran

Sejumlah peralatan pemadam kebakaran seperti mesin waterax, pompa apung, hingga pompa portable, dikerahkan ke lokasi. 

Meski demikian, keterbatasan sumber air dan kondisi angin kencang menjadi kendala utama di lapangan.

“Upaya pengendalian dilakukan dengan menghambat pergerakan api menuju permukiman,” urai dia. 

“Kemudian membendung parit untuk memenuhi kebutuhan air, serta berkoordinasi dengan pemilik lahan untuk membuat sumur darurat,” papar Rustam. 

Halaman
12

Berita Terkini