Di lokasi, Hamzah menyatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil, memberikan perhatian serius terhadap persoalan abrasi di pantai Pulo Sarok. "Insya Allah tahun 2025 sudah dibangun tanggul," kata Hamzah.
Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Wakil Bupati Aceh Singkil, Hamzah Sulaiman, meninjau abrasi pantai Pulo Sarok, di Kecamatan Singkil, Senin (25/8/2025).
Ia datang didampingi Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Singkil Al Husni, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Erwin Syahputra dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Aceh Singkil, Surkani.
Ada dua titik yang ditinjau Hamzah Sulaiman.
Pertama kawasan Wisata Danau Belibis.
Di kawasan itu pondok wisata serta rumah H Ismail (76) hancur dihantam ombak.
Lokasi lainnya yang ditinjau bibir pantai di belakang rumah warga yang berjarak sekitar 100 meter dari Wisata Danau Belibis ke sebelah Timur.
Di lokasi, Hamzah menyatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil, memberikan perhatian serius terhadap persoalan abrasi di pantai Pulo Sarok.
"Insya Allah tahun 2025 sudah dibangun tanggul," kata Hamzah.
Terpisah Kepala BPBD Aceh Singkil, Al Husni mengatakan tanggul penahan ombak yang akan dibangun tahun ini sepanjang 132 meter.
Dengan pagu anggaran sekitar Rp 12 miliar dari Badan Nasional Penggalangan Bencana (BNPB).
"Semula kami usulkan 400 meter yang diakomodir 132 meter," ujarnya.
Pemasangan tanggul dimulai dari ujung tanggul yang telah ada terus ke arah barat sepanjang 132 meter.
H Ismail yang rumahnya hancur diterjang ombak meminta pembangunan tanggul bisa segara dilaksanakan sebelum kerusakan bertambah parah.
Ia juga berharap pembangunan tanggul dapat berlanjut hingga ke pelabuhan Syahbandar sepanjang 600 meter.
Baca juga: Dihantam Abrasi, Laut Pulau Rukui Hilang Dua Kilometer
Sementara itu ratusan meter daratan Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, telah berubah jadi lautan.
Hal itu akibat terus digempur ombak.
Ombak penyebab abrasi mengganas sejak tahun 2020 sampai 2025 ini.
Daratan yang telah berubah menjadi lautan berada di sisi sebelah Selatan jalan dua jalur di kawasan Pulo Sarok.
Mulai dari ujung tanggul penahan ombak dekat Hotel Bidadari sampai ke belakang Pusat Jajanan Masyarakat (Pujasera).
Ombak bukan hanya menggerus daratan, tetapi turut menghancurkan pondok wisata di objek Wisata Danau Belibis dan rumah H Ismail.
Penyebabnya di lokasi itu tidak dilengkapi tanggul penahan ombak.
Sehingga hantaman ombak ketika musim angin Selatan, Tenggara dan Barat langsung menerjang kawasan pantai.
"Hitungan saya daratan yang telah habis jadi lautan lebih dari 135 meter," kata Ismail yang rumah serta pondok wisatanya hancur dihantam ombak, Senin (25/8/2025).
Ia mengetahui luas daratan yang telah berubah jadi lautan, berdasarkan panjang tanah yang dimilikinya.
Berdasarkan sertifikat panjang tanahnya dari pinggir jalan dua jalur ke arah laut 150 meter.
Kemudian dari ujung tanah miliknya masih ada sempadan pantai lebih dari 100 meter.
Maka total daratan dari pinggir jalan ke laut 250 meter.
Baca juga: Abrasi Sungai Arakundo Aceh Timur Makin Parah Warga Terancam
Namun, kini tanah miliknya dari pinggir jalan ke laut tinggal tersisa sekitar 80 meter lagi.
Dengan demikian, daratan yang telah menjadi lautan lebih dari 135 meter.
Menurutnya, ombak mulai mengganas terjadi 2020 lalu.
Sebagai upaya menahan laju abrasi dilakuan pemasangan cerucuk kayu serta goni berisi pasir pada tahun 2021 dan beberapa kali dilakukan setelahnya.
Sayang, tidak bertahan lama.
Gempuran ombak terlampau dahsyat.
Bukan lagi pantai yang hancur, rumah serta pondok wisata miliknya hancur.
Akibat kejadian itu, usaha Ismail mengelola objek Wisata Danau Belibis tutup.
Enam orang karyawan yang selama ini membantunya berusaha dengan berat hati dirumahkan.(*)
Baca juga: Wabup Nagan Raya Tinjau Abrasi Pantai Wisata Naga Permai, Perintahkan PUPR dan BPBD Tangani Darurat