Banda Aceh

Dorong Industri Sawit Ramah Anak di Aceh, Ini yang Harus Dilakukan Pengusaha dan Stakeholder

Penulis: Sara Masroni
Editor: Eddy Fitriadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TEKEN KOMITMEN - Kepala Dinas PPPA Aceh, Meutia Juliana bersama stakeholders saat meneken komitmen bersama aksi kolaborasi membangun Aceh bersama sawit ramah anak di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, Rabu (27/8/2025).

Laporan Sara Masroni | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bersama PAACLA Indonesia, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Aceh didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menyelenggarakan seminar dan workshop “Membangun Aceh Bersama Sawit Ramah Anak” di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh selama dua hari dan dibuka pada Rabu (27/8/2025).

Kegiatan ini merupakan langkah lanjutan dari Panduan Praktis Sawit Ramah Anak yang telah diterbitkan GAPKI, bertujuan untuk memperkuat tata kelola industri sawit yang bertanggung jawab, berkelanjutan, serta selaras dengan agenda global yang menekankan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.

Isu anak dalam industri sawit tidak hanya menyangkut pekerja anak, tetapi juga menyentuh aspek kehidupan anak-anak di lingkungan perkebunan mulai dari anak keluarga pekerja sawit, anak-anak yang tinggal di desa sekitar, hingga aspek regenerasi petani sawit di masa depan.

Plt Ketua GAPKI Aceh, Mawardi dalam sambutannya menegaskan, banyak perusahaan sawit di Aceh telah mengadopsi kebijakan pencegahan pekerja anak, melindungi anak dari bahaya di perkebunan, serta menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, hingga sarana bermain. 

“Namun praktik baik ini perlu didokumentasikan, dipublikasikan, dan dipromosikan secara lebih luas agar menjadi standar bersama,” ujarnya.

Sementara Kepala Dinas PPPA Aceh, Meutia Juliana SSTP MSi mengatakan, kegiatan ini adalah wujud konkrit antara stakeholder dengan Pemerintah Aceh, diharapkan menjadi awal yang baik menjamin keberlanjutan pembangunan isu perlindungan anak. 

Dikatakan, perlu menjadi pembelajaran untuk pihaknya dan perusahaan sawit agar memiliki tanggung jawab memastikan operasional perusahaan tidak membahayakan anak-anak, serta memenuhi hak-hak anak.

"Kita perlu sepaham dan sejalan akan pentingnya perlindungan anak, karena mereka memiliki hak untuk hidup dalam lingkungan yang aman dan sehat, bebas dari eksploitasi dan kekerasan," kata Meutia.

Acara pembukaan ini diikuti sekitar 120 peserta terdiri dari perusahaan anggota GAPKI, perusahaan non-GAPKI, perwakilan petani, instansi pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, serikat pekerja, dan media. Workshop secara khusus melibatkan perwakilan perusahaan anggota GAPKI di bidang SDM dan keberlanjutan.

Baca juga: AWPF Dukung Penyegelan Hotel, Minta Pemko Banda Aceh Perkuat Edukasi dan Pemberdayaan Perempuan

Pada sesi seminar, hadir sebagai pembicara Direktur Bina Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan Kemnaker Rinaldi Umar, Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan Kementerian PPPA Dwi Jalu Atmanto, Direktur Bahruny Group Prita Bahroeny, Ketua Bidang Pengembangan SDM GAPKI Sumarjono Saragih. Kemudian sekaligus dilakukan penandatanganan komitmen bersama aksi kolaborasi membangun Aceh bersama Sawit Ramah Anak yang dilakukan para pihak, termasuk Kepala Sekretariat Nasional PAACLA Indonesia, Andi Akbar.

Selanjutnya sesi workshop akan difasilitasi PAACLA Indonesia pada 27-28 Agustus 2025 dengan fokus peningkatan kemampuan teknis perusahaan dalam melindungi dan memenuhi hak anak, mencegah dan memantau pekerja anak, membangun kemitraan multipihak, serta melakukan pemetaan isu perlindungan anak di rantai pasok sawit.(*)

Berita Terkini