Kesehatan

dr Boyke Ungkap Fakta: Pasangan Baru Disebut Infertil Jika Setahun Tak Juga Hamil

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa infertilitas bukan hanya persoalan dari pihak istri, melainkan bisa berasal dari kedua belah pihak.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
YouTube HAS Creative/pwk Podcast
dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, seorang ginekolog sekaligus konsultan seks. 

SERAMBINEWS.COM – Banyak pasangan baru menikah sering merasa cemas ketika belum juga dikaruniai momongan setelah beberapa bulan bersama.

Namun, menurut dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, seorang ginekolog sekaligus konsultan seks, ada batasan medis yang jelas sebelum pasangan dikategorikan mengalami infertilitas.

Dalam penjelasannya, dr Boyke menyebutkan bahwa secara medis, pasangan baru disebut infertil jika setelah satu tahun melakukan hubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi, belum juga terjadi kehamilan.

“Normalnya, sekitar 80 persen pasangan suami istri yang berhubungan seks teratur selama setahun akan mendapatkan kehamilan. Jadi, kalau sudah lewat setahun tanpa hasil, barulah pasangan itu masuk kategori infertil,” jelas dr Boyke dikutip Serambinews.com dari kanal YouTube Kacamata dr Boyke, Rabu (3/9/2025).

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa infertilitas bukan hanya persoalan dari pihak istri, melainkan bisa berasal dari kedua belah pihak.

Data menunjukkan, sekitar 45 persen kasus disebabkan faktor suami, sedangkan 55 persen berasal dari faktor istri.

Baca juga: Jangan Terlalu Stres, dr Boyke: Makin Kepengin Hamil Justru Makin Sulit Punya Anak

Penyebab Infertilitas pada Pasutri

Pada pria, masalah infertilitas biasanya dipicu oleh kualitas sperma yang rendah, jumlah sperma sedikit, atau pergerakan sperma yang lemah.

Sedangkan pada wanita, penyebab tersering adalah masalah ovulasi, gangguan saluran tuba, atau kelainan pada dinding rahim (endometrium).

“Jangan langsung menyalahkan salah satu pihak. Infertilitas itu faktor bersama. Itu sebabnya, pemeriksaan medis harus dilakukan pada suami dan istri,” kata dr Boyke.

Pentingnya Pemeriksaan Dini

Menurutnya, pasangan yang sudah menikah lebih dari setahun tanpa hasil sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Beberapa tes yang biasanya dilakukan antara lain analisis sperma pada pria, serta pemeriksaan ovulasi, USG, dan patensi tuba pada wanita.

Dengan pemeriksaan dini, penyebab infertilitas bisa lebih cepat ditemukan, sehingga penanganan bisa dilakukan secara tepat.

Baca juga: dr Boyke Ungkap Kebiasaan Buruk yang Bisa Bikin Sperma Lemah dan Sulit Buahi Sel Telur

Pesan untuk Pasutri

Di samping faktor medis, dr Boyke juga menyoroti faktor psikologis yang tidak kalah penting.

Semakin stres dan tertekan karena ingin cepat hamil, justru peluang terjadinya ovulasi makin menurun.

“Jangan terlalu dibawa stres. Kadang pasangan yang santai dan tidak terlalu memikirkan cepat hamil justru lebih mudah mendapatkan kehamilan,” ungkapnya.

Ia juga mengingatkan agar pasangan menjaga pola hidup sehat dengan makan bergizi, olahraga rutin, cukup tidur, serta menghindari rokok dan begadang, demi meningkatkan peluang keberhasilan program hamil.

Jangan Terlalu Stres, dr Boyke: Makin Kepengin Hamil Justru Makin Sulit Punya Anak

Banyak pasangan suami istri mendambakan hadirnya buah hati.

Namun, sering kali perjalanan untuk mendapatkan kehamilan tidak semudah yang dibayangkan.

Baca juga: dr Boyke Ingatkan Pasutri: Jangan Merokok, Jangan Begadang, Kalau Mau Cepat Punya Anak

Dokter spesialis kandungan sekaligus konsultan seks, dr Boyke Dian Nugraha, mengungkapkan salah satu penyebab yang sering tak disadari pasangan adalah faktor psikologis, terutama stres.

Menurut dr Boyke, makin kuat keinginan untuk cepat hamil, justru semakin sulit tubuh wanita mengalami ovulasi atau pelepasan sel telur.

“Makin kepengin banget untuk cepat-cepat hamil itu justru telurnya makin sulit untuk ke luar,” ungkap dr Boyke dalam penjelasannya di kanal YouTube Kacamata Dokter Boyke dikutip Selasa (2/9/2025).

Dalam paparannya, dr Boyke menegaskan infertilitas bukan hanya persoalan wanita.

Faktor suami menyumbang sekitar 45 persen kasus, sementara faktor istri sekitar 55 persen.

Pada wanita, masalah yang sering muncul adalah gangguan ovulasi, sumbatan tuba falopi, atau kelainan rahim.

Sedangkan pada pria, kualitas sperma, jumlah, bentuk, dan pergerakannya kerap jadi hambatan.

Namun, selain faktor fisik, psikologis justru menjadi tantangan besar bagi pasangan.

Stres Menghambat Ovulasi

Dr Boyke menjelaskan, pasangan yang terlalu stres memikirkan program hamil justru memperberat kondisinya.

Bahkan, menurutnya, ada banyak kasus wanita yang tidak terlalu memikirkan soal anak justru lebih cepat mengalami ovulasi dan akhirnya hamil.

“Kadang-kadang orang-orang yang tidak memikirkan untuk punya anak, itu lebih mudah terjadi ovulasi,” jelasnya.

Oleh karena itu, dr Boyke mengingatkan pentingnya manajemen stres bagi pasangan yang sedang berjuang mendapatkan keturunan. (Serambinews.com/Firda)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved