Kesehatan
Waspadalah! BPA dalam Galon Bisa Jadi Ancaman Diam-Diam bagi Kesehatan
BPA dikenal sebagai zat kimia yang mampu mengacaukan sistem hormon (endokrin) dan berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan
SERAMBINEWS.COM - Paparan jangka panjang terhadap Bisphenol A (BPA) dinilai berbahaya bagi kesehatan, terutama jika jumlahnya melebihi ambang batas aman.
BPA merupakan zat kimia yang dikenal sebagai pengganggu sistem hormon (endokrin disruptor). Berbagai penelitian mengaitkan paparan BPA dengan risiko gangguan reproduksi, hambatan perkembangan otak anak, hingga meningkatnya potensi terkena penyakit jantung dan diabetes.
Dalam kehidupan sehari-hari, BPA banyak ditemukan pada plastik polikarbonat.
Jenis plastik ini umum digunakan sebagai bahan pembuatan galon isi ulang, botol bayi, wadah makanan, hingga pelapis kaleng.
Karena sifatnya yang dipakai berulang, plastik berbahan polikarbonat rentan mengalami peluruhan.
Akibatnya, BPA dapat berpindah ke dalam makanan atau minuman yang tersimpan di dalam wadah tersebut.
“Pelepasan BPA terjadi akibat peluruhan material plastik saat bersentuhan dengan air pada suhu dan waktu tertentu,” jelas Profesor Mochamad Chalid, pakar polimer dari Universitas Indonesia.
“Proses ini berpotensi terjadi selama distribusi galon dari pabrik ke konsumen, terutama karena galon digunakan berulang kali,” tambahnya.
Lebih lanjut, hasil pemeriksaan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan enam wilayah di Indonesia, tepatnya di Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tengah dengan kadar BPA pada galon isi ulang yang melebihi ambang batas aman 0,06 ppm.
Baca juga: Anda Penyuka Kol Goreng? Waspada Bahayanya bagi Kesehatan, Simak Penjelasan Ahli Gizi
Hasil ini sejalan dengan penelitian internasional. Studi Harvard (2009) dalam Environmental Health Perspectives menunjukkan penggunaan wadah polikarbonat selama seminggu dapat meningkatkan kadar BPA dalam urin hingga 69 persen.
Penelitian lain di Food Additives and Contaminants (2008) menemukan migrasi BPA pada suhu 70°C bisa mencapai 4,83 nanogram per sentimeter persegi per jam.
Sementara studi di Chemosphere (2010) menegaskan pelepasan BPA meningkat drastis setelah plastik dipakai berulang.
European Food Safety Authority (EFSA) bahkan memperketat standar paparan harian BPA pada 2023 menjadi hanya 0,2 nanogram per kilogram berat badan per hari—20.000 kali lebih rendah dari batas sebelumnya. Artinya, temuan kadar BPA di lapangan kini jauh di atas ambang batas aman terbaru.
Sebagai respons, BPOM mewajibkan pencantuman label peringatan pada galon polikarbonat yang mengandung BPA.
Menurut Prof. Chalid, langkah ini krusial agar konsumen lebih sadar akan risikonya dan dapat memilih opsi yang lebih aman.
Dengan bukti ilmiah yang kian jelas dan regulasi global yang semakin ketat, evaluasi menyeluruh terhadap penggunaan BPA tidak bisa ditunda lagi.
Pengawasan serta langkah pencegahan yang lebih tegas dibutuhkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul BPA dalam Galon: Ancaman Diam-Diam bagi Kesehatan
Penting Diperhatikan, Jangan Pakai Sepatu Baru Saat Lomba Lari, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Anda Penyuka Kol Goreng? Waspada Bahayanya bagi Kesehatan, Simak Penjelasan Ahli Gizi |
![]() |
---|
dr Zaidul Akbar Bongkar Rahasia Buang Lendir: Cukup dengan Rempah Sederhana |
![]() |
---|
Sering Dihindari Banyak Orang, Ternyata Emping Melinjo Punya Manfaat Bagi Kesehatan Tubuh |
![]() |
---|
Daftar Olahraga yang Bantu Membakar Kalori Lebih Banyak daripada Lari, Bisa Dilakukan di Rumah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.