Tips Keluarga Harmonis

Bukan Cuek, dr Aisah Dahlan Ungkap Alasan Suami Jarang Tatap Mata Istri Saat Bicara: Karena Anatomi

Cara kerja mata laki-laki dan perempuan memang berbeda secara anatomi, dan hal ini berpengaruh besar terhadap pola komunikasi suami-istri.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Muhammad Hadi
YouTube Nikita Willy Official
Pakar neurosains dan psikologi Dr Aisah Dahlan menjelaskan, cara kerja mata laki-laki dan perempuan memang berbeda secara anatomi, dan hal ini berpengaruh besar terhadap pola komunikasi suami-istri. 

SERAMBINEWS.COM – Banyak istri yang merasa kesal atau sedih saat suami terlihat tidak fokus saat diajak berbicara.

Misalnya, saat istri sedang curhat, suami malah menatap TV, scrolling ponsel, atau melihat ke arah lain. Sekilas terlihat seperti tidak peduli, padahal ternyata ada penjelasan ilmiah di balik kebiasaan ini.

Pakar neurosains dan psikologi Dr Aisah Dahlan menjelaskan, cara kerja mata laki-laki dan perempuan memang berbeda secara anatomi, dan hal ini berpengaruh besar terhadap pola komunikasi suami-istri.

Dalam salah satu ceramahnya, Dr Aisah Dahlan mengungkap bahwa bagian putih mata (sklera) perempuan jauh lebih luas dibandingkan laki-laki.

Sklera yang lebih luas ini membuat tatapan mata perempuan lebih ekspresif dan komunikatif.

“Perempuan itu kalau bicara harus tatap-tatapan. Kalau bicara sama suami, maunya suami lihat mata. Kalau suami nggak lihat, perempuan merasa nggak didengar,” ujar Dr Aisah Dahlan, dikutip Senin (6/10/2025) dari YouTube Kajian Islami.

Baca juga: Dr Aisah Dahlan Ungkap Cara Bicara ke Suami yang Bikin Luluh: Jangan Lebih Lembut ke Rekan Kantor!

Sebaliknya, mata laki-laki memiliki struktur berbeda. Sklera mereka tidak selebar perempuan, dan secara alami, laki-laki tidak terbiasa melakukan kontak mata lama saat berbicara.

Bukan berarti mereka tidak sayang, tapi cara mereka menyerap informasi memang berbeda.

Dr Aisah Dahlan menjelaskan, saat istri bicara, suami sering kali justru menatap hal lain seperti TV, dinding atau pemandangan karena fokusnya terarah secara berbeda.

“Laki-laki itu fokus pada aktivitas. Kadang dia duduk di sofa sambil lihat istri mondar-mandir di rumah, itu bagi dia cara menikmati kehadiran istri,” jelasnya.

Dalam hadis juga disebutkan, ketika suami dan istri saling menatap dengan kasih sayang, rahmat Allah turun di antara keduanya.

Jadi, meski laki-laki tidak selalu menatap mata secara langsung, momen tatapan penuh kasih juga punya makna spiritual yang besar.

Baca juga: Kisah Pilu di Balik Kiprah dr Aisah Dahlan Tangani Pecandu Narkoba: ‘Yang Pertama Kena Adikku…’

Menurut Dr Aisah Dahlan, banyak konflik rumah tangga sebenarnya bukan karena kurang cinta, tapi karena perbedaan cara komunikasi otak dan pancaindra yang tidak dipahami.

Perempuan lebih mengandalkan tatapan dan emosi saat berinteraksi, sedangkan laki-laki lebih mengandalkan aktivitas dan fokus tunggal.

Karena itu, penting bagi pasangan untuk saling memahami dan menyesuaikan cara berkomunikasi agar pesan tersampaikan dengan baik.

Dr Aisah Dahlan Ungkap Cara Bicara ke Suami yang Bikin Luluh: Jangan Lebih Lembut ke Rekan Kantor!

Cara berbicara seorang istri kepada suami ternyata berpengaruh besar terhadap perasaan dan psikologis suami.

Cara berbicara seorang istri kepada suami ini disampaikan oleh Dr Aisah Dahlan, pakar neurosains dan konsultan keluarga dalam salah satu kajiannya.

Menurut dr Aisah Dahlan, banyak istri yang tanpa sadar justru berbicara lebih lembut dan sopan kepada atasan atau rekan kantor dibandingkan kepada suami sendiri.

Padahal, nada bicara lembut kepada pasangan dapat membuat hati suami luluh dan mempererat keharmonisan rumah tangga.

Dikutip Serambinews.com dari kanal YouTube Suas Videos, Sabtu (4/10/2025), dalam kajian dakwahnya dr Aisah Dahlan menceritakan pengalamannya saat menyadari kesalahan dalam cara berkomunikasi dengan suami.

Ia mengaku dulu sering menjawab telepon suaminya dengan nada suara yang keras dan tegas, seolah ingin menunjukkan kemandirian.

“Dulu saya merasa karena saya kerja, punya uang, mandiri, jadi kalau suami telepon, saya jawabnya agak gede: ‘Waalaikumsalam!’” tuturnya.

Padahal, kata dr Aisah Dahlan, suara rendah dan lembut dari suami saat memberi salam sebenarnya merupakan bentuk godaan bawah sadar dan cara suami menunjukkan kasih sayang.

Namun sering kali, istri justru membalasnya dengan nada tegas dan formal, seperti berbicara dengan rekan kerja.

Ia mencontohkan bagaimana perempuan kerap berbicara sangat sopan dan lembut kepada atasan atau rekan kerja, namun berbeda saat berbicara kepada suami.

“Kalau sama pak camat atau atasan di kantor, kita bilangnya ‘Siap pak, baik pak...’ dengan nada halus. Tapi sama suami, suaranya malah kaku dan nada komando,” jelasnya.

Lebih lanjut, jadi kalau ditelepon suami: ‘Asalamualaikum…’ jawabnya juga lembut: ‘Waalaikumsalam, ayah~’

Menurut dr Aisah Dahlan, pola komunikasi seperti ini dapat berdampak pada perasaan suami.

Saat istri berbicara dengan nada tegas dan terlalu mandiri, suami bisa merasa perannya tidak dibutuhkan.

Padahal, secara biologis dan psikologis, laki-laki akan lebih luluh dan merasa dihargai jika mendengar suara istri yang lembut dan manja.

Ia bahkan menyarankan para istri untuk belajar menyesuaikan nada bicara, misalnya dengan berlatih menggunakan suara lembut saat menerima telepon dari suami.

“Latihan, Bu. Karena selama ini kebalik. Sama suami ngomongnya kaku, tapi sama orang lain malah lembut,” pungkas Dr Aisah Dahlan.

(Serambinews.com/Firdha)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved