Liputan Eksklusif Aceh
Ini Langkah Dinkes Aceh Singkil Tangani DBD dan Imbauan kepada Warga
Data Dinas Kesehatan Aceh Singkil, periode Januari hingga Agustus 2025 tercatat sudah ditemukan 108 kasus DBD.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Mursal Ismail
Data Dinas Kesehatan Aceh Singkil, periode Januari hingga Agustus 2025 tercatat sudah ditemukan 108 kasus DBD.
Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi lonjakan di Kabupaten Aceh Singkil.
Data Dinas Kesehatan Aceh Singkil, periode Januari hingga Agustus 2025 tercatat sudah ditemukan 108 kasus DBD.
Angka itu naik lebih dari tiga kali lipat dibanding 2024 yang tercatat hanya 31 kasus DBD.
Pada awal tahun, kasus DBD mulai ditemukan 20 Januari 2025 di Desa Rimo, Kecamatan Gunung Meriah.
Setelahnya menyebar di sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Singkil.
Masing-masing Kecamatan Simpang Kanan 43 kasus, Gunung Meriah 38 kasus, Singkil Utara 11 kasus, Singkil 10 kasus dan Kecamatan Pulau Banyak 2 kasus.
Baca juga: Kesadaran Warga Aceh Singkil Jaga Kebersihan Lingkungan Minim, Jadi Faktor Pemicu DBD
Lalu Kecamatan Singkohor, Suro, Kuala Baru dan Kecamatan Danau Paris, masing-masing 1 kasus.
Pihak Dinas Kesehatan Aceh Singkil, telah melakukan sejumlah langkah penanggulangan DBD.
Antara lain melakukan fogging di tempat tinggal serta lingkungan sekitar pasien.
Fogging merupakan tindakan pengasapan dengan menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, terutama yang menjadi vektor penyakit seperti DBD.
"Fogging dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP)," kata Kepala Dinas Kesehatan Aceh Singkil, Mursal, SKM, MMKes.
Berikutnya menurut Mursal, pihaknya telah instruksikan Puskesmas agar imbau warga melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Baca juga: Kasus DBD di Aceh Singkil Umumnya Demam Dengue, Begini Penjelasan Dokter
Langkah lain yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Aceh Singkil, melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke rumah pasien dan lingkungan sekitar pasien.
Kemudian melakukan survei jentik nyamuk. Setelah jentik nyamuk ditemukan, maka melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
"Saat PE petugas melakukan promosi kepada masyarakat dan menjelaskan kepada keluarga pasien agar bisa melakukan pemantauan jentik di setiap tempat penampungan air seperti tong penyimpanan air, bak mandi dan lain-lain," jelas Mursal.
Promosi yang dimaksud Mursal adalah promosi kesehatan, yakni proses yang dirancang untuk memberdayakan individu dan masyarakat agar dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatan.
Namun diakui pencegahan DBD tidak bisa dilakukan melalui tindakan reaktif. Melainkan sebaiknya-baiknya dengan tindakan preventif.
Sayangnya kesadaran masyarakat masih minim. "Masyarakat masih beranggapan dengan fogging masalah selesai, padahal tidak," kata Mursal.
Baca juga: DBD Mendera Aceh Singkil, Jumlah Kasus Naik 3 Kali Lipat
Pada bagian lain Mursal mengatakan, pihaknya mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh dalam penanganan DBD.
Hanya saja sekali lagi, pencegahan DBD tidak bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan saja. Tapi peran serta dan kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan kunci utamanya.
Terkait hal itu Mursal berharap kepala desa bisa melaksana surat edaran Jumat bersih yang telah dikeluarkan Pemkab Aceh Singkil. Sebab kunci utama mencegah DBD menjaga kebersihan lingkungan.
"Kalau petugas kami, Insya Allah setiap Jumat melaksanakan gotong royong. Hanya saja tidak cukup harus ada keterlibatan bersama," ujarnya.
Mursal juga mengingatkan pentingnya melaksanakan program 3M secara rutin untuk mencegah jentik nyamuk berkembang biak, yaitu menguras, menutup dan mendaur ulang atau menimbun barang bekas. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.