Berita Aceh Utara
Kamaruddin Sah Raih Doktor Komunikasi Damai Pertama di Indonesia, Dapat Pengakuan jadi Model Terbaik
“Meski ada beberapa catatan perbaikan, substansi penelitian dinilai sangat kuat karena menawarkan model komunikasi damai yang bisa menjadi acuan...
Penulis: Jafaruddin | Editor: Nurul Hayati
“Meski ada beberapa catatan perbaikan, substansi penelitian dinilai sangat kuat karena menawarkan model komunikasi damai yang bisa menjadi acuan tidak hanya di Aceh, tetapi juga di tingkat nasional dan global,” ungkap Kamaruddin kepada Serambinews.com, Kamis (18/9/2205).
Laporan Jafaruddin I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE – Kamaruddin Hasan, Sekretaris Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh (FISIP Unimal), sah menjadi doktor komunikasi damai pertama di Indonesia.
Kepastian itu diperoleh setelah Kamaruddin berhasil mempertahankan disertasinya pada ujian terbuka program doktor di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara (UIN-SU), Rabu (17/9/2025) pukul 10.00 WIB.
Disertasinya yang berjudul “Peace Communications: Komunikasi Damai Partai Aceh Integrasi Kearifan Lokal Berbasis Nilai Agama” juga mendapat perhatian khusus dari para penguji.
Penelitian tersebut dinilai menghadirkan novelty (kebaruan) model komunikasi damai yang integratif, dialogis, inklusif, dan partisipatif.
Sidang promosi doktor itu dipimpin oleh Prof Dr Nurhayati MAg sebagai Ketua Sidang.
Bertindak sebagai Promotor adalah Prof Dr Hasan Sazali, MA, dengan Dr Mailin, MA sebagai Co-Promotor.
Sementara itu, tim penguji terdiri atas Dr Efi Brata Madya MSi, kemudian Dr Anang Anas Azhar MA dan Dr Iskandar MSi.
Dalam hasil ujian terbuka, para penguji menyatakan bahwa disertasi Kamaruddin Hasan termasuk salah satu karya terbaik.
“Meski ada beberapa catatan perbaikan, substansi penelitian dinilai sangat kuat karena menawarkan model komunikasi damai yang bisa menjadi acuan tidak hanya di Aceh, tetapi juga di tingkat nasional dan global,” ungkap Kamaruddin kepada Serambinews.com, Kamis (18/9/2205).
Model komunikasi damai yang ditawarkan mampu menjadi pedoman bagi daerah konflik maupun pascakonflik.
"Pendekatannya berbasis kearifan lokal yang dipadukan dengan nilai-nilai agama, sehingga dapat diadaptasi di berbagai konteks budaya dan agama di dunia,” ungkap salah satu penguji dalam sidang.
Baca juga: Kamaruddin Hasan jadi Doktor Pertama di Indonesia yang Teliti Komunikasi Damai dalam Politik Lokal
Dengan pendekatan integratif, dialogis, inklusif, dan partisipatif, disertasi ini tidak hanya memberi kontribusi akademik, tetapi juga praktis.
“Model tersebut dapat menjadi instrumen penting dalam proses perdamaian global, khususnya di wilayah-wilayah yang memiliki sejarah konflik panjang,” ujar pria yang akrab disapa Prof Kuya.
Ujian terbuka ditutup dengan pernyataan bahwa penelitian Kamaruddin Hasan memperkuat khazanah ilmu komunikasi politik, sekaligus menghadirkan kontribusi nyata bagi upaya perdamaian di Aceh dan dunia.
Sebelumnya pada 28 Agustus 2025 Kamaruddin sudah mengikuti ujian promosi doktor di UIN Sumatera Utara, yang diadakan Kampus Pancing.
Dalam penelitiannya, Kamaruddin menjelaskan bahwa komunikasi damai Partai Aceh berjalan melalui simbol-simbol adat, positive peace, serta media berbasis kearifan lokal.
Kearifan lokal diposisikan sebagai jembatan resolusi dan transformasi konflik dengan prinsip dialogis, inklusif, ukhuwah, serta amar ma’ruf nahi munkar.
“Prinsip harmoni adat dan agama, sebagaimana falsafah Aceh hukom ngon adat lagee zat ngon sifeut, menjadi fondasi penting komunikasi damai Partai Aceh,” ungkap Ketua ASPIKOM Aceh.
Ia menegaskan bahwa perdamaian Aceh bukan hanya hasil perjanjian politik, tetapi juga buah dari integrasi nilai Islam dengan kearifan lokal.
Model yang ditawarkannya adalah Model Komunikasi Integratif Kultural Religius, yang menggabungkan dimensi adat Aceh—seperti meusapat, peusijuek, peumulia jamee, dan musyawarah gampong—dengan nilai Islam seperti amar ma’ruf nahi munkar, ukhuwah, dan musyawarah.
Menurut Kamaruddin, model komunikasi damai ini relevan untuk pembangunan perdamaian inklusif dan berkelanjutan di Aceh.
Lebih jauh, ia menilai bahwa kearifan lokal Aceh berperan strategis sebagai mekanisme resolusi konflik sekaligus media edukasi politik, termasuk di era digital.
“Partai Aceh merupakan simbol keberhasilan perdamaian, tetapi keberlanjutannya bergantung pada kemampuan beradaptasi dengan demokratisasi dan tuntutan masyarakat,” jelas Kamaruddin.
Disertasi ini juga membandingkan dinamika partai lokal di berbagai negara.
Di Eropa, partai seperti ERC di Catalonia, PNV di Basque, dan SNP di Skotlandia menunjukkan peran penting dalam memperjuangkan otonomi bahkan kemerdekaan wilayah.
Di Asia, partai regional India seperti Trinamool Congress atau Shiv Sena memainkan pengaruh besar di tingkat negara bagian.
Sementara di Indonesia, hanya Aceh yang secara hukum diizinkan memiliki partai lokal berdasarkan MoU Helsinki.
Fenomena serupa juga terjadi di Afrika, Amerika Latin, hingga Filipina, di mana partai lokal sering menjadi representasi suara komunitas, agen perubahan, bahkan penyeimbang kekuatan nasional.
Untuk diketahui, Kamaruddin menyelesaikan Pendidikan Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (2009).
Bidang keilmuan yang digelutinya meliputi komunikasi politik, komunikasi pembangunan, ekonomi politik media, filsafat ilmu komunikasi, komunikasi berbasis kearifan lokal, serta metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Selain aktif mengajar, Kamaruddin Hasan juga dikenal sebagai peneliti dan penggiat literasi di Aceh.
Ia banyak terlibat dalam riset tentang komunikasi politik, pemberdayaan masyarakat pesisir, literasi media, ekonomi digital kreatif, hingga komunikasi pembangunan pascakonflik Aceh.
Beberapa penelitiannya didanai oleh DIKTI, PNBP Unimal, maupun kerja sama dengan industri seperti Premier Oil Andaman Ltd dan PT Pupuk Iskandar Muda.
Kiprahnya dalam pengabdian masyarakat cukup luas, antara lain melalui program Sekolah Menulis & Kajian Media (SMKM) Aceh, Atjeh Analyst Club (A2C), serta berbagai kegiatan pemberdayaan koperasi, UKM, dan literasi media remaja di Aceh.
Ia juga aktif menjadi narasumber seminar nasional maupun internasional, dengan fokus pada tema komunikasi damai, literasi digital, dan kearifan lokal.
Karya ilmiahnya telah terbit di berbagai jurnal nasional dan internasional bereputasi, antara lain Atlantis Press dan International Journal of Psychosocial Rehabilitation.
Ia juga menulis rutin di media lokal dan nasional.
Beberapa karya penelitiannya telah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada tahun 2020.(*)
Murid Tumbang Usai Santap MBG di Aceh Utara, Ini Hasil Pemeriksaan Sampel Muntahan |
![]() |
---|
Tangisan Rasidah Pecah Kala Danrem Lilawangsa Serahkan Kunci Rumah |
![]() |
---|
Nurliya, Siswi Aceh Utara Lolos Final Olimpiade Fisika Nasional, Bupati Ayahwa: Terus Jaga Semangat |
![]() |
---|
Polres Aceh Utara Tanam Jagung Bersama Warga Baktiya Untuk Dorong Swasembada Pangan |
![]() |
---|
Lima Ulama Isi Muzakarah di Aceh Utara, Bahas dari Aliran Sesat Sampai Wisata Islami |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.