100 Tahun Hasan Tiro

100 Tahun Hasan Tiro: Proklamator Aceh hingga Tokoh Kaya Imajinasi yang Mengguncang Dunia

"Hasan Tiro memberikan jawaban melalui perjuangan dan pemikiran strategisnya," kata Ketua PC ISNU Pidie dan Kandidat Doktor...

Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Eddy Fitriadi
FOR SERAMBINEWS.COM
NANDA SAPUTRA - Ketua PC ISNU Pidie dan Kandidat Doktor Universitas Sebelas Maret, Tgk Nanda Saputra. 

Hasan Tiro menunjukkan bagaimana imajinasi politik mampu menembus batas geografis dan memengaruhi persepsi global. Kisah Aceh yang dibingkai melalui Tiro mengguncang dunia, tetapi tetap ada pihak yang berbeda pandangan. 

Di sinilah pentingnya menyeleksi yang positif—mengambil contoh keberanian, visi strategis, dan kepemimpinan moralnya—sementara sisi kontroversial dijadikan refleksi, agar generasi baru tidak mengulang kesalahan masa lalu.

Menurutnya, dalam perspektif Imam Al-Ghazali, manusia harus menyeimbangkan intelektualitas dan akhlak. Ilmu tanpa akhlak bisa merusak, sama seperti pedang tanpa kendali. 

Hasan Tiro menunjukkan bahwa kreativitas naratif harus selalu disertai etika, tanggung jawab sosial, dan visi keadilan. Di tangan pemimpin bijak, narasi bisa mendidik, mempersatukan, dan membangkitkan semangat kolektif; di tangan yang salah yang bisa menghancurkan.

Masa Depan Aceh

Satu abad Hasan Tiro juga menjadi ajakan reflektif bagi generasi Aceh kini: siapa “the great storyteller” baru yang akan menulis Aceh masa depan? 

Sosok atau kelompok semacam itu harus mampu menulis ulang sejarah Aceh tanpa luka, tanpa dendam, tetapi dengan optimisme, keadilan, dan keberanian menghadirkan masa depan damai.

Plato menekankan bahwa pendidikan moral lebih penting daripada kecerdasan semata. Dalam konteks Aceh, ini berarti generasi baru harus memahami sejarah, menginternalisasi nilai, dan menggunakan narasi untuk membangun identitas kolektif. 

Gus Dur menambahkan, bahwa toleransi, kebebasan berpikir, dan kemanusiaan harus menjadi dasar cerita kolektif: “Tanpa itu, narasi akan menjadi senjata perpecahan.”

Imam Ghazali menegaskan bahwa ilmu yang tidak dibarengi akhlak akan menjerumuskan. Hasan Tiro, dalam perjalanan hidupnya, menunjukkan keseimbangan antara kreativitas imajinatif, strategi politik, dan tanggung jawab moral.

Dia mampu menyalakan api semangat Aceh tanpa kehilangan prinsip keadilan dan integritas.

Kini, seratus tahun setelah kelahirannya, generasi Aceh diingatkan, narasi adalah kekuatan, imajinasi adalah senjata, tetapi kebijaksanaan adalah kunci. 

Narasi harus menjadi cahaya pembangunan, pendidikan, dan perdamaian. Tantangan terbesar adalah menulis sejarah hari ini agar masa depan menjadi sumber inspirasi, bukan trauma.

Baca juga: 100 Tahun Hasan Tiro, Bukan Perang, Ternyata Ini Poin Penting yang Paling Diperjuangkannya

Hasan Tiro menulis bagi zamannya, kini generasi Aceh menulis bagi zaman mereka. Menulis bukan sekadar catatan sejarah, tetapi membentuk masa depan. Menulis bukan sekadar kata, tetapi menanamkan nilai. Menulis bukan sekadar cerita, tetapi menyalakan semangat kolektif yang abadi.

Satu abad Hasan Tiro mengajarkan bahwa pemimpin sejati adalah pencipta makna, penenun cerita, dan penabur inspirasi. Generasi hari ini memiliki tugas memastikan narasi Aceh berputar pada keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan—sebuah penghormatan sejati bagi warisan Hasan Tiro

Mengambil yang positif dari sosok kontroversial sekaligus menjadikannya teladan moral adalah kunci untuk menyeimbangkan sejarah, imajinasi, dan masa depan. Lantas sudahkah kita berkontribusi demi Aceh dan negeri ini menjadi lebih baik? 

(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved