Razia Plat BL

Bobby Razia Plat BL Aceh, Prof Humam: Tontonan dari Seorang Pejabat Belum “Akil Baligh”

“Reaksi yang muncul lebih bersifat ejekan atau sindiran, seperti menyebutnya ‘aneh’, ‘tidak matang’, atau bahkan ‘konyol’....

Penulis: Sara Masroni | Editor: Eddy Fitriadi
YouTube Serambinews
HUMAM HAMID - Sosiolog dan Guru Besar USK, Prof Ahmad Humam Hamid. Bobby Razia Plat BL Aceh, Prof Humam: Tontonan dari Seorang Pejabat Belum “Akil Baligh”. 

Laporan Sara Masroni | Banda Aceh 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Prof Ahmad Humam Hamid menyoroti aksi Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Bobby Nasution yang merazia kendaraan plat BL (Aceh) beberapa waktu lalu.

Menurutnya, aksi ini tidak menyentuh substansi kebijakan publik dan tidak merepresentasikan upaya penegakan hukum yang sistematis atau berdasar.

Dikatakan, dalam perspektif sosiologi, tindakan simbolik biasanya sarat makna, merepresentasikan pesan politik, nilai, atau identitas tertentu. Namun, dalam kasus ini, dia melihat tidak ada kedalaman simbolik di balik aksi razia tersebut. 

“Sebaliknya, ini lebih menyerupai tontonan dari seorang pejabat publik yang belum matang secara politik dan administratif—belum ‘akil baligh’, jika meminjam istilah sosial-politik,” ungkap Prof Humam kepada Serambinews.com, Selasa (30/9/2025).

Guru Besar USK itu juga melihat, secara umum tidak ada potensi konflik sosial yang serius antara masyarakat Aceh dan Sumatera Utara terkait aksi razia plat BL yang dilakukan Bobby.

Menurutnya, relasi kultural dan interaksi sosial antara kedua masyarakat selama ini berlangsung baik, khususnya di bidang transportasi dan mobilitas antarwilayah.

Meski insiden seperti ini bisa memunculkan respons emosional, namun masyarakat Aceh umumnya melihat tindakan tersebut lebih sebagai kejanggalan personal seorang pejabat, bukan representasi sikap masyarakat Sumut.

“Reaksi yang muncul lebih bersifat ejekan atau sindiran, seperti menyebutnya ‘aneh’, ‘tidak matang’, atau bahkan ‘konyol’—bukan bentuk kebencian antardaerah,” ungkap Prof Humam.

Sosiolog USK itu tidak melihat potensi munculnya sentimen negatif yang luas antarwarga Sumut dan Aceh. Dikatakan, sebagian besar masyarakat melihat ini sebagai tindakan menyimpang dari seorang pejabat, bukan sebagai sikap kolektif masyarakat Medan atau Sumut secara umum.

“Reaksi warga lebih kepada rasa heran, geli, atau mempertanyakan kewarasan politik seorang pejabat publik,” ucap Prof Humam.

“Sentimen antardaerah, jika tidak dirawat dengan buruk, tidak akan muncul hanya karena insiden seperti ini,” tambahnya.

Baca juga: Pemadaman Listrik di Aceh Ramai Dikaitkan dengan Protes Razia Plat BL

Saat ditanya apakah ini sebagai bentuk populisme politik, Guru Besar USK itu mengaku ragu seorang Bobby Nasution atau bahkan tim penasihatnya memahami secara utuh apa itu populisme politik, baik sebagai strategi komunikasi maupun sebagai manuver kekuasaan.

“Aksi ini lebih mirip upaya mencari perhatian dengan cara instan dan provokatif, tanpa narasi kebijakan yang jelas atau orientasi pada kepentingan rakyat secara menyeluruh,” ungkap Prof Humam.

“Dalam populisme sejati, setidaknya ada klaim moral dan dukungan basis rakyat terhadap perjuangan ‘melawan elit’. Dalam kasus ini, tidak terlihat kerangka itu sama sekali,” pungkasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved