Berita Banda Aceh

Wakil Menteri Kependudukan Prihatin Tingginya Angka Stunting di Aceh

Menurut Isyana, berdasarkan data terakhir di tahun 2024 prevalensi stunting secara nasional sudah turun di bawah 20 persen.

Editor: mufti
 SERAMBI/HENDRI
WAMENDUKBANGGA KUNJUNGI KRS – Wamendukbangga yang juga Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengunjungi Keluarga Berisiko Stunting (KRS) dalam rangka kegiatan Program Genting, di Gampong Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Selasa (7/10/2025). 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang juga Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menyoroti masih tingginya angka stunting di Aceh dibandingkan dengan angka rata-rata nasional.

Menurut Isyana, berdasarkan data terakhir di tahun 2024 prevalensi stunting secara nasional sudah turun di bawah 20 persen. Namun di Aceh masih berada di angka 28,6 persen atau berada di peringkat ketujuh dari 38 provinsi. Tetapi angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 29,4 persen. 

“Memang ada penurunan (angka stunting) tapi jika dibandingkan dengan rata-rata nasional masih cukup tinggi,” ujar Isyana saat mengunjungi Keluarga Berisiko Stunting (KRS) dalam rangka kegiatan program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), di Gampong Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Selasa (7/10/2025). 

Isyana menjelaskan, untuk penanganan stunting di Aceh memerlukan kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah daerah, dunia usaha, TNI-Polri, hingga masyarakat sendiri. Hal ini supay intervensi terhadap penurunan stunting bisa lebih menyeluruh.

Dalam kunjungan tersebut, selain memperkuat program Genting, Isyana  juga fokus pada perbaikan sanitasi dan ketersediaan air bersih bagi keluarga berisiko stunting. Salah satu contohnya, BKKBN bersama Bank Syariah Indonesia (BSI) melalui program Genting membangun jamban untuk keluarga ibu hamil di Gampong Siron Blang.

Sebab, kata Isyana, proses pencegahan stunting tidak hanya soal pemenuhan gizi, tetapi juga soal lingkungan yang sehat. Termasuk sanitasi layak, air bersih, dan edukasi hidup bersi.

“Nah, selain nutrisi ada juga hal-hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah ketersediaan air bersih, adanya sanitasi dan jamban. Nah ini yang kita lihat di rumah ibu Nur Laila bahwa belum memiliki jamban. Sehingga untuk seorang ibu hamil yang kandungannya sudah jalan 8 bulan ini agak sulit,” jelasnya

“Kita tadi teman-teman juga lihat sendiri bagaimana jalannya kan memang sebetulnya tidak ideal untuk dilalui ibu hamil,” lanjutnya.  Isyana menambahkan bahwa upaya pencegahan stunting juga harus dilakukan sejak dini, terutama pada seribu hari pertama kehidupan, karena masa tersebut menjadi periode paling optimal dalam pertumbuhan anak. 

Tak hanya itu, Isyana juga menyinggung soal program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Presiden Prabowo Subianto, yang akan mendukung pemenuhan gizi anak, ibu hamil, dan ibu menyusui. 

“Program MBG ini tidak hanya ditujukan untuk anak-anak usia sekolah. Tapi juga untuk ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak balita non-PAUD. Karena bagaimanapun juga untuk mencegah stunting upaya-upaya harus dilakukan sejak dini,” ungkapnya. 

Melalui berbagai upaya tersebut, Isyana berharap angka stunting di Aceh dapat terus ditekan, sejalan dengan target nasional menuju Indonesia Emas 2045. Di sisi lain, ia juga meminta para kader Pendamping Keluarga (TPK) agar lebih gencar melakukan edukasi kepada masyarakat. 

“Sehingga membuat masyarakat mengetahui bagaimana cara hidup yang bersih dan sehat. Itu yang sangat penting untuk mencegah stunting,” pungkasnya.(ra)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved