Berita Aceh Besar

Musik dari Panel Surya Iringi Langkah Tukang Pijat Tunanetra di Aceh Besar

Irwan, begitu ia disapa, telah belasan tahun berprofesi sebagai tukang pijat keliling. Awalnya, ia membuka jasa pijat di rumahnya di Banda Aceh.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Nur Nihayati
Musik dari Panel Surya Iringi Langkah Tukang Pijat Tunanetra di Aceh Besar - Tukang-pijat-pakai-panel-surya.jpg
SERAMBINEWS.COM/FIRDHA USTIN
Di bawah terik matahari, Irwan, tunanetra yang berkeliling menawarkan jasa pijat memeriksa kabel panel surya di lemari dorongnya. Dari tenaga surya itulah musik kecilnya hidup, menemaninya melangkah dari satu jalan ke jalan lain.
Musik dari Panel Surya Iringi Langkah Tukang Pijat Tunanetra di Aceh Besar - Panel-surya-milik-tunanetra.jpg
SERAMBINEWS.COM/FIRDHA USTIN
Panel surya yang terpasang di atas lemari dorong milik Irwan, tukang pijat tunanetra di Banda Aceh. Alat sederhana ini menjadi sumber listrik bagi perangkat musik yang menemaninya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain.
Musik dari Panel Surya Iringi Langkah Tukang Pijat Tunanetra di Aceh Besar - panel-surya-milik-tukang-pijat.jpg
SERAMBINEWS.COM/FIRDHA USTIN
Dengan tangan yang tak bisa melihat, Irwan memperbaiki panel surya di lemarinya, sumber energi kecil yang menyalakan musik dan semangatnya. Di tengah perjalanan panjangnya, cahaya matahari jadi teman setia menuju masa depan yang lebih hijau.
Musik dari Panel Surya Iringi Langkah Tukang Pijat Tunanetra di Aceh Besar - Irwan-seorang-tunanetra-asal-Banda-Aceh.jpg
SERAMBINEWS.COM/FIRDHA USTIN
Irwan, seorang tunanetra asal Banda Aceh, berdiri di depan lemari dorong yang menjadi alat dan rumah kecilnya. Di atas lemari itu terpasang panel surya, sumber listrik untuk musik yang menemaninya berkeliling menawarkan jasa pijat.
Musik dari Panel Surya Iringi Langkah Tukang Pijat Tunanetra di Aceh Besar - Irwan-tunanetra-asal-Banda-Aceh.jpg
SERAMBINEWS.COM/FIRDHA USTIN
Setiap langkahnya dimulai dengan cahaya. Irwan, tunanetra asal Banda Aceh, bersiap mendorong lemarinya membawa musik, tenaga surya, dan semangat yang tak pernah padam.

SERAMBINEWS.COM – Di bawah terik matahari di Jalan Rel Kereta Api Lama, Lambaro, Aceh Besar, seorang pria tunanetra tampak berjalan perlahan sambil mendorong lemari kecil beroda.

Pada badan lemari itu menempel spanduk berwarna kuning berisi identitas dirinya: Irwandia, lengkap dengan nomor telepon dan keterangan jasa pijat yang ia tawarkan. Dari kejauhan, terdengar alunan musik pelan  penanda kehadirannya sekaligus teman setia di setiap langkahnya.

Irwan, begitu ia disapa, telah belasan tahun berprofesi sebagai tukang pijat keliling. Awalnya, ia membuka jasa pijat di rumahnya di Banda Aceh.

Namun karena pelanggan makin sepi, ia memutuskan untuk berjalan menawarkan jasanya dari satu tempat ke tempat lain. 

Tak jarang. ia juga kerap berpindah ke Sabang untuk mencari pelanggan, terutama di kawasan wisata.

“Saya sering ke tempat wisata kalau akhir pekan karena biasanya ramai. Kalau sedang beruntung bisa lima orang lebih sehari,” ujarnya saat ditemui Serambinews.com, Kamis (30/10/2025).

Baca juga: Dosen Unimal Temukan Cara Tingkatkan Daya Pada Panel Surya Setelah Setahun Meneliti

Meski harus berjalan seorang diri, Irwan mengaku tidak pernah merasa takut. Ia justru menikmati pekerjaannya dan mensyukurinya sebagai jalan hidup yang membuatnya tetap mandiri.

“Dulu sempat buka pijat di rumah, tapi makin lama makin sepi. Saya pikir, kenapa tidak sekalian keliling saja. Lumayan, bisa ketemu banyak orang,” tuturnya.

Lemari dorong yang selalu menemaninya berisi pakaian, perlengkapan pijat, serta tenda kecil tempat ia beristirahat di malam hari.

Beratnya tidak terlalu ia pikirkan, karena sudah terbiasa menempuh jarak belasan hingga puluhan kilometer setiap hari.

“Kalau capek ya istirahat sebentar. Biasanya saya pasang tenda di tempat yang aman. Pulang ke rumah kadang sebulan sekali kalau di Sabang, tapi kalau di Banda Aceh tiap hari pulang,” katanya dengan tenang.

Pada 2021, Irwan sempat berkeliling bersama seorang temannya yang juga tunanetra.

Baca juga: Keren! USK Terapkan Teknologi Panel Surya untuk Usir Hama Babi dari Kebun Ubi, Begini Cara Kerjanya

Namun kebersamaan itu tak berlangsung lama karena temannya tidak sanggup menjalani rutinitas berat di jalanan.

Dengan tarif pijat Rp80 ribu per jam, Irwan mengaku penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tak jarang, pelanggan atau warga yang bersimpati memberi uang lebih atau sekadar bantuan kecil di jalan.

“Iya, kadang ada yang kasih uang karena lihat saya dorong lemari. Ada juga yang tahu saya dari video di media sosial karena ada yang rekam. Saya syukuri saja, mudah-mudahan rezeki kita sama-sama lancar,” ucapnya.

Di atas lemari yang ia dorong, terpasang satu panel surya kecil.

Alat itu mengubah energi matahari menjadi listrik, yang kemudian ia gunakan untuk memutar musik selama perjalanan.

Musik tersebut menjadi penanda bagi orang di sekitarnya bahwa ada tukang pijat tunanetra yang sedang melintas, sekaligus menjadi hiburan sederhana di tengah panasnya hari.

Meski sederhana, penggunaan panel surya oleh Irwan menjadi gambaran kecil dari upaya menuju masa depan energi hijau.

Di tengah wacana besar tentang transisi energi, langkah seorang tunanetra ini menunjukkan bahwa semangat kemandirian dan keberlanjutan bisa dimulai dari hal paling sederhana dari cahaya matahari yang menyalakan musik di jalanan.

Sementara itu, untuk mengenali jalan, Irwan hanya mengandalkan tongkat dan kemampuan meraba arah.

Di balik keterbatasan penglihatan, Irwan menyalakan semangat hidupnya lewat kerja keras dan kemandirian. Ia berjalan tanpa bisa melihat arah, namun langkahnya selalu diterangi cahaya keyakinan dan ketulusan. (Serambinews.com/Firdha)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved