Sabang
GEN-A Lantik 22 Kader Kesehatan Remaja Sabang melalui Pelatihan TaKasi-SeRa
Sebanyak 22 santri kelas 1 dan 2 SMA mengikuti pelatihan intensif TaKasi-SeRa dan resmi dilantik sebagai Kader Kesehatan Remaja Sabang...
Ringkasan Berita:
- Sebanyak 22 santri di Sabang resmi dilantik sebagai Kader Kesehatan Remaja melalui pelatihan TaKasi-SeRa yang digelar GEN-A pada 15–16 November 2025.
- Pelatihan dua hari ini membahas kesehatan mental, konseling, gizi remaja, serta edukasi partisipatif dengan dukungan Kemenpora RI.
- Program ini diharapkan melahirkan kader yang mampu menjadi ruang aman, penggerak edukasi, dan pendukung kesehatan teman sebaya di sekolah dan pesantren.
SERAMBINEWS.COM, SABANG - Sebanyak 22 santri kelas 1 dan 2 SMA mengikuti pelatihan intensif TaKasi-SeRa dan resmi dilantik sebagai Kader Kesehatan Remaja Sabang (15–16 November 2025). Mereka menjadi angkatan pertama di kota ini, sekaligus bagian dari upaya Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) memperluas pembentukan 80 kader di seluruh Aceh pada 2025.
Kegiatan ini adalah rangkaian tur Pelatihan dan Pembinaan Kader Taman Edukasi Kesehatan Remaja (TaKasi-SeRa) sebagai Eduktor dan Konselor Sebaya di Sekolah & Pesantren.
Pelatihan berlangsung dalam format interaktif: belajar, berdiskusi, bermain peran, hingga praktik konseling dan edukasi langsung. Banyak peserta mengaku baru pertama kali membicarakan isu kesehatan mental dan gizi secara terbuka bersama teman sebaya.
Program Meluas ke Sekolah dan Pesantren
TaKasi-SeRa pada awalnya mendapatkan dukungan oleh UNICEF Indonesia melalui program Youth4Health Impact 2024 dengan Gampong Jawa sebagai lokasi pilot, kemudian meluas ke Puskesmas Darul Kamal pada tahun yang sama dan Puskesmas Meuraxa pada tahun 2025 dengan lebih 40 kader aktif.
Tahun ini, dukungan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora RI) melalui Good Games 2025 membuka jalan bagi program untuk menjangkau sekolah dan pesantren di berbagai kabupaten/kota.
Dukungan tersebut dinilai memberikan energi baru bagi gerakan edukasi kesehatan berbasis partisipasi remaja. GEN-A berharap Sabang dapat menjadi model kota pesisir dengan kader-kader yang aktif mengedukasi teman dan lingkungannya.
Kesehatan Mental Remaja Indonesia dan Aceh
Permasalahan kesehatan mental pada remaja di Indonesia merupakan isu mendesak, di mana data dari Survei Kesehatan Mental Remaja Indonesia (I-SHARE) tahun 2022 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan UNICEF menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja (sekitar 34,9 persen) mengalami masalah kesehatan mental, dan 1 dari 20 remaja (sekitar 5,5 % ) mengalami gangguan mental.
Gangguan yang paling umum dialami adalah ansietas dan depresi. Prevalensi bullying juga menjadi faktor risiko utama. Berdasarkan Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2021 yang dirilis oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Badan Pusat Statistik (BPS), 26,9 % remaja usia 13-17 tahun melaporkan pernah mengalami perundungan (bullying) dalam 12 bulan terakhir.
Data ini menegaskan bahwa kombinasi antara beban emosional (ansietas/depresi) dan tekanan sosial (bullying) menciptakan krisis yang memerlukan tindakan pencegahan dan intervensi yang terstruktur secara nasional.
Di Provinsi Aceh, data mengenai kesehatan mental remaja menunjukkan tantangan yang serius, meskipun data spesifik untuk prevalensi ansietas dan depresi cenderung bervariasi tergantung metode studi. Namun, secara umum, Aceh termasuk provinsi dengan tingkat kerentanan yang tinggi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Aceh mencapai 10,6 % , sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional pada saat itu (9,8 % ), yang mengindikasikan tingginya tingkat depresi dan ansietas.
Meskipun data spesifik bullying di Aceh perlu diperbarui, laporan lapangan menunjukkan bahwa bullying tetap menjadi masalah signifikan, seringkali diperparah oleh norma sosial yang kurang mendukung keterbukaan isu mental.
Kebutuhan untuk menyediakan layanan kesehatan mental yang terintegrasi di fasilitas kesehatan primer dan sekolah di Aceh sangat mendesak untuk menekan angka gangguan ansietas, depresi, dan kasus-kasus yang dipicu oleh bullying.
Hari Pertama: Mental Health, Konseling, dan P3LP
Hari pertama menjadi ruang pembuka untuk mendekatkan para santri pada isu kesehatan jiwa.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/TAKASI-SERA-di-Sabang.jpg)