Luar Negeri

Demo di Nepal Berakhir Usai 51 Orang Tewas, Gen Z Bersih-Bersih Jalan dan Kembalikan Barang Jarahan

Sebagian demonstran bahkan mengembalikan barang-barang hasil penjarahan seperti kulkas, microwave, dan kipas angin.

Editor: Faisal Zamzami
Tangkapan layar X/@chandangoopta
GEDUNG DIBAKAR- Demonstrasi di Nepal, sejumlah gedung dibakar termasuk gedung Parlemen Nepal. Demonstrasi di Nepal merebak dengan cepat dalam hitungan hari. Sebanyak 23 orang meninggal, dan 422 orang lebih mengalami luka-luka. Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Laksono meminta kesiapan pemerintah Republik Indonesia dalam memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Nepal. 

SERAMBINEWS.COM, KATHMANDU – Setelah berhari-hari dilanda kerusuhan yang memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur, jalanan Kathmandu pada Sabtu (13/9/2025) dipenuhi oleh generasi Z (gen Z), yang memegang sapu, kantong sampah, hingga kuas cat untuk membersihkan ibu kota Nepal.

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan anak muda menyapu trotoar, mengumpulkan puing, memperbaiki ubin jalan yang rusak, hingga mengecat ulang tembok yang dicoret saat kerusuhan.

Sebagian demonstran bahkan mengembalikan barang-barang hasil penjarahan seperti kulkas, microwave, dan kipas angin.

Menurut penyelenggara aksi, kegiatan ini bertujuan menunjukkan tanggung jawab sipil sekaligus menegaskan bahwa gerakan mereka bukan hanya soal protes, melainkan juga membangun kembali.

Dari protes ke aksi bersih-bersih

Unjuk rasa Gen Z yang pecah sejak Senin (8/9/2025) itu berawal dari keputusan pemerintah menutup sejumlah media sosial populer dengan alasan keamanan siber dan pajak. 

Namun, kebijakan tersebut justru memicu kemarahan publik yang lebih dalam terkait korupsi pemerintah. Aksi berubah menjadi kerusuhan besar.

Kantor pemerintah dan rumah politisi dibakar, barikade dijebol, hingga Istana Singha Durbar—pusat pemerintahan Nepal—ikut dilalap api.

Menurut Kepolisian Nepal, setidaknya 51 orang tewas, termasuk 21 pengunjuk rasa, 9 tahanan, 3 polisi, serta belasan warga sipil lain.

Komisaris Besar Polisi Nepal, Ramesh Thapa, menyebut satu warga India termasuk di antara korban.

Sementara itu, lebih dari 1.300 orang terluka, dan sekitar 1.000 di antaranya telah dipulangkan setelah menjalani perawatan.

Baca juga: VIDEO Geger! Kerusuhan Massal di Nepal Tewaskan 51 Orang, Ribuan Napi Kabur dan Jarah Senjata

Dampak ke ekonomi dan politik

Kerusuhan juga menghantam sektor pariwisata.

Asosiasi Hotel Nepal (HAN) mencatat kerugian lebih dari 25 miliar rupee (sekitar Rp 4,6 triliun).

Hotel Hilton di Kathmandu saja mengalami kerusakan hingga 8 miliar rupee (sekitar Rp 1,4 triliun), sementara puluhan hotel lain di Pokhara, Butwal, Bhairahawa, hingga Biratnagar tak luput dari perusakan dan penjarahan.

Akibatnya, ribuan pekerja terancam kehilangan mata pencaharian.

Di sisi politik, pengunduran diri KP Sharma Oli bersama empat menterinya sempat meninggalkan kekosongan kekuasaan.

Namun, mantan Ketua Mahkamah Agung, Sushila Karki, kini telah dipilih menjadi pemimpin Nepal sementara.

Tuntutan keadilan dari keluarga korban

Sementara itu, keluarga korban masih berduka.

Mereka menggelar aksi doa dengan menyalakan lilin di depan kamar jenazah rumah sakit di Kathmandu.

 “Kami harus memperjuangkan keadilan untuk keluarga kami yang terbunuh, dan kami tidak bisa diam lebih lama,” kata Kamal Subedi, salah satu peserta.

Ia menuturkan bahwa keponakannya tewas dalam bentrokan.

Bhol Bahadur Bishwokarma, warga lain, masih mencari kepastian nasib saudaranya, Santosh, yang dilaporkan tewas akibat tembakan polisi.

 “Kami dengar jenazahnya ada di kamar mayat, tapi tidak ada konfirmasi. Kami bahkan belum bisa melihat kondisinya. Kami menuntut pemerintah segera menjawab kekhawatiran ini,” ujarnya.

Baca juga: Nepal Bergolak hingga PM Mundur dan Presiden Kabur, Pengamat: Alarm Bagi Pejabat Indonesia

Sushila Karki Resmi Dilantik Jadi PM Sementara Nepal

Mantan ketua Mahkamah Agung Nepal, Sushila Karki, diambil sumpahnya untuk memimpin sebagai perdana menteri Nepal.

Transisi pergantian kepemimpinan ini dilakukan setelah rangkaian aksi protes yang terjadi untuk menggulingkan pemerintah

"Selamat! Semoga Anda sukses, semoga negara ini sukses," kata Presiden Ram Chandra Paudel kepada Karki setelah upacara pengambilan sumpah dilansir kantor berita AFP, Jumat (12/9/2025).

Sushila Karki sendiri sebelumnya diusung oleh para anak muda Nepal atau "Gen Z" sebagai pilihan utama untuk menjadi pemimpin sementara negeri itu.

Hal ini diungkapkan seorang perwakilan demonstran "Gen Z" pada hari Kamis (11/9), setelah aksi-aksi demonstrasi yang dipimpin "Gen Z" berhasil menggulingkan Perdana Menteri KP Sharma Oli.


Diketahui, jumlah korban tewas dalam unjuk rasa yang diwarnai aksi kekerasan dan kerusuhan yang menyelimuti Nepal bertambah menjadi 51 orang.

Puluhan ribu narapidana, yang memanfaatkan situasi kacau untuk kabur dari penjara, hingga kini masih buron.

Bertambahnya jumlah korban tewas dalam unjuk rasa sarat tindak kekerasan itu, seperti dilansir AFP, Jumat (12/9/2025), diumumkan oleh Kepolisian Nepal dalam pernyataan terbaru pada Jumat (12/9) waktu setempat.

Juru bicara Kepolisian Nepal, Binod Ghimire, menambahkan bahwa lebih dari 12.500 narapidana yang kabur dari berbagai penjara di seluruh negeri masih buron hingga kini.

Unjuk rasa berdarah di Nepal diawali oleh aksi memprotes pemblokiran akses media sosial, yang dipimpin oleh generasi muda atau Gen Z di negara tersebut.

Pemblokiran itu dicabut pada Senin (8/9) malam, namun unjuk rasa tidak mereda.

Unjuk rasa justru menjadi ricuh pada Selasa (9/9) dan semakin melebar menjadi kritikan yang lebih luas terhadap pemerintah Nepal dan tuduhan korupsi di kalangan elite politik negara tersebut.

Situasi semakin memburuk ketika para personel Kepolisian Nepal melepas tembakan ke arah para demonstran hingga memakan korban jiwa, dengan Amnesty International, dalam pernyataannya, menyebut peluru tajam telah digunakan terhadap para demonstran di Nepal.

Para demonstran yang marah dengan kematian sesama demonstran terus melanjutkan aksi protes mereka. Aksi pembakaran pun melanda rumah beberapa pejabat tinggi Nepal dan gedung parlemen Nepal.

Saat situasi semakin memanas, PM Khadga Prasad Sharma Oli mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa (9/9) waktu setempat. Namun, pengunduran dirinya itu tidak cukup untuk meredam kemarahan warga Nepal.

Militer Nepal pun dikerahkan untuk mengendalikan situasi, jam malam diberlakukan secara nasional dengan para tentara melakukan patroli di jalanan ibu kota Kathmandu untuk sejak Rabu (10/9) waktu setempat.

Beberapa pos pemeriksaan militer juga didirikan di sepanjang jalan.

Para personel militer, seperti dilansir BBC, memeriksa identitas setiap kendaraan yang melintasi di pos-pos pemeriksaan yang didirikan di seluruh area ibu kota. Warga sipil diimbau untuk tetap berada di rumah.

"Jangan bepergian yang tidak perlu," imbau militer Nepal melalui pengeras suara.

Militer Nepal juga memperingatkan bahwa tindak kekerasan serta vandalisme akan dihukum. Dilaporkan bahwa sedikitnya 27 orang telah ditangkap terkait rentetan tindak kekerasan dan aksi penjarahan saat demo ricuh berlangsung. Ditambahkan juga bahwa sebanyak 31 senjata api telah ditemukan.

Menanggapi kekacauan dan kekerasan yang marak selama demo berlangsung, banyak demonstran Nepal yang mengkhawatirkan bahwa aksi mereka telah ditunggangi oleh "para penyusup". Klaim serupa dilontarkan oleh militer Nepal.

Baca juga: Indonesia Masih Rentan di Era Cyberwarfare, Akademisi Ingatkan Risiko Jadi ‘Koloni Digital’

Baca juga: UPDATE Cuaca di Abdya Hari Ini Minggu 14 September 2025, Delapan Kecamataan Diprediksi Hujan Ringan 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved