Pidato Pertama Sushila Karki Usai Dilantik Jadi PM Nepal yang Baru : Saatnya Kita Bersatu
Karki mengakui bahwa dirinya tidak berniat memimpin, namun namanya “muncul dari gelombang aspirasi rakyat”.
SERAMBINEWS.COM - Pada hari Minggu (15/9/2025) melalui pidato pertamanya sejak dilantik sebagai Perdana Menteri Nepal yang baru, Sushila Karki, menyerukan sesama warga untuk kembali bersatu membangun kembali negara setelah melalui masa demonstrasi yang menelan sejumlah korban jiwa.
Adapun melalui data terbaru yang dilansir dari Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Nepal melalui Reuters, protes kekerasan terhadap korupsi di Nepal telas menewaskan setidaknya 72 orang serta melukai ratusan lainnya.
Pidato pada hari Minggu ini sekaligus menjadi pernyataan publik pertamanya sejak dilantik sebagai Perdana Menteri Sementara negara yang berada di dataran Himalaya tersebut pada Jumat lalu (12/9/2025).
Melalui pidato pertamanya sebagai PM sementara tersebut, Karki menyatakan bahwa seluruh elemen masyarakat di Nepal harus mendengarkan aspirasi warga muda.
“Kita harus bekerja sesuai dengan pemikiran Generasi Z,” ujar mantan Ketua Hakim Agung berusia 73 tahun tersebut.
Adapun pemikiran Gen Z yang disebut Karki merujuk pada generasi yang memimpin gelombang protes anti-korupsi di Nepal belakangan ini.
“Tuntutan mereka adalah berakhirnya korupsi, tata kelola pemerintahan yang baik, dan kesetaraan ekonomi,” tambahnya.
Karki mengakui bahwa dirinya tidak berniat memimpin, namun namanya “muncul dari gelombang aspirasi rakyat”.
Ia diangkat setelah negosiasi selama beberapa hari antara pemimpin protes, Ramchandra Paudel, dan Panglima Militer Nepal, Ashok Raj Sigdel.
Baca juga: Cadas! Demo Fenomenal di Nepal Ternyata Dipicu Pidato Seorang Siswa SMA
Pada Jumat malam, Paudel mengumumkan penunjukannya sekaligus membubarkan parlemen dan menetapkan pemilu pada 5 Maret 2026.
“Kami tidak akan bertahan lebih dari enam bulan dalam situasi apa pun. Kami akan menyelesaikan tugas dan berjanji menyerahkan kekuasaan kepada parlemen serta menteri berikutnya,” tegas Karki.
Melalui pidato yang ditayangkan di stasiun televisi nasional Nepal tersebut, Karki juga mengaka masyarakat yang hadir untuk mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang korban tewas dalam protes.
Ia juga berjanji memberikan kompensasi sebesar 1 juta rupee (sekitar Rp178 juta) kepada keluarga setiap korban yang tewas akibat tindakan polisi.
Adapun jatuhnya sejumlah korban tewas ini terjadi menyusul kerusuhan terparah dalam beberapa dekade terakhir di Nepal.
Kerusuhan ini sendiri dipicu oleh larangan sementara terhadap penggunaan media sosial di Nepal.
Akibat kebijakan tersebut, uluhan ribu warga yang didominasi kaum Generasi Z turun ke jalan mengekspresikan kemarahan mereka.
Kemarahan tersebut kian menjadi mengingat kebijakan media sosial yang kontroversial tersebut muncul di saat kasus korupsi dan kemiskinan di Nepal terus meluas.
Gelombang protes kian membara setelah pada Senin (9/9/2025), polisi menembaki pengunjuk rasa di ibu kota Kathmandu.
Aksi ini memicu tindakan balas dendam oleh para demonstran yang kemudian membakar kantor presiden, gedung kementerian, dan rumah sejumlah politisi terkemuka.
Baca juga: VIDEO Geger! Kerusuhan Massal di Nepal Tewaskan 51 Orang, Ribuan Napi Kabur dan Jarah Senjata
Di tengah kekacauan, Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa (10/9/2025).
Adapun Sudan Gurung (36), pendiri LSM Hami Nepal menjadi tokoh sentral dalam demonstrasi anti-korupsi tersebut.
“Saya akan memastikan kekuasaan berada di tangan rakyat dan membawa setiap politisi korup ke pengadilan,” janjinya.
Pada Minggu, Gurung dan timnya dilaporkan tengah berdiskusi untuk menentukan posisi strategis pemerintahan.
Setelah pengangkatan Karki, sejumlah kelompok hak asasi internasional mengeluarkan pernyataan bersama yang menuntut diakhirinya “impunitas di masa lalu”.
“Nepal berada pada titik balik kritis, di mana upaya menjamin hak asasi manusia bagi seluruh warga bisa diperkuat atau justru terbalikkan,” ujar Isabelle Lassee dari Amnesty International.
Sementara itu, penanganan terkait korban tewas dari aksi protes yang melanda di Nepal juga terus dilakukan.
Upaya pemulangan jenazah korban juga masih terus dilakukan, terutama dari lokasi seperti pusat perbelanjaan, rumah, dan gedung yang dibakar atau diserang.
“Jenazah korban kini mulai ditemukan di lokasi-lokasi tersebut,” terang juru bicara Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Nepal , Prakash Budathoki.
Baca juga: Klasemen Liga 2 Championship Grup A Pekan Pertama: FC Bekasi City di Puncak, 4 Tim Sumatera Tumbang
Baca juga: Musim Hujan Datang Lebih Cepat, Daerah Ini Siap-Siap Waspadai Banjir Bandang dan Tanah Longsor
Baca juga: Syarat dan Cara Isi Dokumen DRH PPPK Paruh Waktu 2025 Terbaru, Batas Akhir Isi Diperpanjang
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Cadas! Demo Fenomenal di Nepal Ternyata Dipicu Pidato Seorang Siswa SMA |
![]() |
---|
Demo di Nepal Berakhir Usai 51 Orang Tewas, Gen Z Bersih-Bersih Jalan dan Kembalikan Barang Jarahan |
![]() |
---|
Nepal Bergolak hingga PM Mundur dan Presiden Kabur, Pengamat: Alarm Bagi Pejabat Indonesia |
![]() |
---|
Nasib Nepal Tanpa Pemimpin Usai Demo Ricuh, Wanita Ini Jadi Kandidat Kuat PM Sementara |
![]() |
---|
VIDEO Geger! Demo lagi! Langit Nepal Bak 'Hujan'r Uang, Potes Semakin Ekstrem Lawan Korupsi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.