Perang Gaza
IDF Semakin Bar-bar, 48 Ribu Warga Gaza Terpaksa Mengungsi, Israel Buka Rute Baru Selama 48 Jam
Militer Israel mengumumkan rute baru bagi warga Palestina untuk meninggalkan Kota Gaza di tengah serangan besar-besaran Israel terhadap wilayah...
Militer Israel mengumumkan rute baru bagi warga Palestina untuk meninggalkan Kota Gaza di tengah serangan besar-besaran Israel terhadap wilayah tersebut.
SERAMBINEWS.COM - Situasi di Gaza saat ini sangat memprihatinkan.
Dalam dua hari terakhir, lebih dari 48.000 warga Gaza City terpaksa mengungsi ke wilayah selatan akibat gempuran brutal militer Israel.
Serangan udara dan darat menghantam rumah-rumah, masjid, bahkan kendaraan pengungsi di jalan pesisir.
Arus Pengungsian
Sejak pertengahan Agustus hingga 15 September, lebih dari 190.000 pergerakan pengungsi tercatat oleh PBB.
Banyak warga, terutama perempuan dan lansia, berjalan kaki hingga 9 jam di bawah cuaca ekstrem karena tak mampu membayar transportasi.
350.000 orang telah mengungsi, sementara 1 juta warga Palestina tetap bertahan di Gaza, menolak pengusiran paksa.
Kondisi Kemanusiaan
Rumah Sakit Al-Quds rusak dan kini menjadi tempat penampungan darurat.
Dari enam pos medis PBB di Gaza City, hanya tiga yang masih beroperasi.
Bantuan kemanusiaan terhambat karena penutupan perbatasan dan risiko penjarahan.

Anak-anak Pengungsi
Di Abu Dhabi, sekolah darurat dibuka untuk lebih dari 800 anak Gaza, memberi harapan lewat pendidikan.
Di Yordania, anak-anak pengungsi yang menderita kanker dirawat di RS King Hussein Cancer Center dengan layanan psikologis dan medis.
Kondisi ini menggambarkan krisis kemanusiaan yang sangat mendalam.
Militer Israel mengumumkan rute baru bagi warga Palestina untuk meninggalkan Kota Gaza di tengah serangan besar-besaran Israel terhadap wilayah tersebut.
Rute sementara yang diklaim "aman" itu diumumkan pada Rabu, 17 September 2025.
"Militer Israel mengumumkan pembukaan rute transportasi sementara melalui Jalan Salah al-Din," ujar juru bicara Avichay Adraee dalam sebuah pernyataan, menurut Agence France-Presse (AFP), pada hari Rabu (17/9/2025).
"Rute tersebut hanya akan dibuka selama 48 jam," tambahnya.
Israel melancarkan serangan darat besar-besaran terhadap Kota Gaza, mengklaim wilayah tersebut sebagai basis pertahanan kelompok Palestina, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).
Sebelumnya, Israel mengirimkan tank-tank dan mobil-mobil lapis baja kendali jarak jauh berisi bahan peledak ke jalan-jalan di Kota Gaza pada hari Selasa (16/9/2025).
Militer Israel menentang kritik internasional dan temuan komisi PBB yang menyatakan Israel melakukan genosida di wilayah Palestina.
Kementerian Luar Negeri Israel menolak laporan komisi tersebut sebagai laporan yang terdistorsi dan salah.
Militer Israel mengatakan mereka memperkirakan serangan mereka di Kota Gaza akan memakan waktu "beberapa bulan" untuk selesai, menandai tenggat waktu pertama yang diberikan untuk rencana mereka dalam menguasai pusat populasi terbesar di wilayah tersebut.
Israel telah mengimbau penduduk Kota Gaza untuk mengungsi selama sebulan terakhir sebagai persiapan operasi militer di Gaza.
Namun, banyak penduduk mengatakan mereka tidak dapat mengungsi karena kepadatan penduduk di Gaza selatan dan tingginya biaya transportasi.
Militer Israel mengatakan setidaknya 350.000 warga Palestina telah melarikan diri dari Kota Gaza ke selatan.
Banyak warga Palestina yang diwawancarai AFP mengatakan tidak ada tempat aman di Jalur Gaza, mengatakan mereka lebih baik mati di rumah daripada mengungsi lagi.
"Kenapa membunuh anak-anak yang tidur nyenyak seperti itu, mengubah mereka menjadi potongan-potongan tubuh?" ujar Abu Abd Zaqout kepada AFP.
"Kami menarik anak-anak itu keluar berkeping-keping," lanjutnya.
Kota Gaza telah menjadi puing-puing bangunan setelah Israel menghancurkan seluruh gedung-gedung di wilayah itu.
Israel Umumkan Serangan Besar di Kota Gaza
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan serangan besar-besaran terhadap Kota Gaza pada hari Selasa.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yisrael Katz, mengatakan, "Gaza sedang terbakar" pada hari yang sama.
"Gaza sedang terbakar. IDF menyerang infrastruktur militan dengan tangan besi, dan tentara IDF bertempur dengan gagah berani untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan pembebasan para sandera dan kekalahan Hamas," tulis Katz di media sosial X pada hari Selasa.
Sementara itu, keluarga sandera dan pendukung mereka berunjuk rasa di dekat kediaman Netanyahu di Yerusalem pada hari Selasa, menuduhnya menelantarkan orang-orang yang mereka cintai.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres , mengatakan jelas bahwa Israel tidak berminat pada hasil yang damai.
“Israel bertekad untuk maju sampai akhir dan tidak terbuka terhadap negosiasi serius untuk gencatan senjata, dengan konsekuensi dramatis dari sudut pandang Israel,” kata Guterres.
Update Serangan Israel di Jalur Gaza
Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan setidaknya 64.964 warga Palestina dan melukai lebih dari 165.312 orang, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Selasa.
Selain itu, lebih dari 2.497 orang tewas dan 18.294 lainnya terluka ketika berusaha mencari bantuan sejak 27 Mei.
Akibat blokade bantuan, 428 orang meninggal karena kelaparan, termasuk 146 anak-anak, berdasarkan laporan Anadolu Agency.
Israel terus melakukan serangan udara dan darat di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.
Israel menyalahkan kehancuran dan kelaparan di Jalur Gaza terhadap Hamas karena meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menyerang wilayah Israel selatan dan menawan sekitar 250 orang.
Menurut Hamas, langkah tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap pendudukan Israel di tanah Palestina yang berlangsung sejak 1948 serta upaya melawan kontrol Israel atas kompleks Masjid Al-Aqsa.
Dalam periode akhir 2023 hingga awal 2025, beberapa kali terjadi pertukaran tahanan, namun Israel menyebut masih ada sekitar 50 sandera yang ditahan di Gaza.
Sebagai respons, Israel menutup seluruh akses ke Jalur Gaza dan menggempur wilayah itu secara terus-menerus, membuat warga sipil kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi.
Untuk meredakan tekanan internasional, pada Mei 2025 Israel bersama Amerika Serikat membentuk Gaza Humanitarian Foundation (GHF) guna menyalurkan bantuan di Rafah, Khan Younis, dan Wadi Gaza.
Namun, tentara Israel dilaporkan sempat menyerang warga yang sedang mengantre bantuan di salah satu pos GHF.
Memasuki September 2025, Israel melancarkan operasi besar untuk merebut Kota Gaza yang dianggap sebagai pusat pertahanan Hamas.
Serangan juga meluas ke luar negeri, termasuk mengebom sebuah gedung di Qatar yang dituduh menjadi markas Hamas.
Serangan itu menewaskan enam orang, di antaranya lima warga sipil dan seorang petugas keamanan Qatar, meski para pemimpin Hamas dikabarkan selamat.
Sementara itu, Qatar dan Mesir masih berperan sebagai mediator untuk mencari jalan damai antara Hamas dan Israel.
Hamas tetap bertahan dengan tuntutan awalnya, yaitu gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari Gaza, pertukaran sandera dengan ribuan tahanan Palestina, penyaluran bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, rekonstruksi Gaza, serta jaminan politik dan keamanan.
Di sisi lain, Israel masih bersikeras bahwa Hamas harus menyerahkan senjata dan membebaskan seluruh sandera.
Israel juga menganggap para pemimpin Hamas di Qatar sebagai hambatan dalam negosiasi.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Israel Rilis Rute Pengungsian Warga Kota Gaza, Hanya Dibuka 48 Jam,
Ungkap 9 Langkah Hentikan Genosida di Gaza, Spanyol Embargo Senjata dan Minyak Israel |
![]() |
---|
4 Tentara Barbar Israel Tewas di Gaza, Tiga di Antaranya Terpanggang dalam Tank |
![]() |
---|
Netanyahu ke Warga Gaza: Pergi Sekarang! |
![]() |
---|
6 Yahudi Tewas dalam Serangan Bersenjata di Yerusalem, Israel Bersumpah Balas Dendam |
![]() |
---|
Jelang Serangan Besar Merebut Gaza, Israel Usir 1 Juta Warga Palestina Tinggalkan Rumah Mereka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.