MENYAPA NUSANTARA
Menyalakan Api Ambisi Pendidikan Tinggi
Narasi Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi, Prof. Brian Yuliarto dalam kuliahnya di ITS, seakan menyalakan........
Sebagai dosen, harusnya merenung: apa peran saya dalam ekosistem ini? Apakah saya cukup “gila” untuk mendorong mahasiswa keluar dari zona nyaman mereka? Apakah riset saya relevan dengan kebutuhan masyarakat? Dan sebagai bangsa, kita perlu bertanya: apakah kita siap mengorbankan kenyamanan demi ambisi?
Seperti kata Thomas Edison, “Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent perspiration.” Kemajuan tidak datang dari mimpi, tetapi dari keringat dan kegigihan.
Untuk mewujudkan visi besar, kita perlu langkah kolektif: dosen harus berinovasi, mahasiswa harus bermimpi besar, dan kampus harus menjadi jembatan menuju dunia nyata.
Pemerintah juga harus berperan dengan menciptakan kebijakan yang mendukung kolaborasi kampus-industri, seperti insentif pajak untuk perusahaan yang mendanai riset universitas.
Pandangan Prof. Brian bukan sekadar kritik, melainkan seruan untuk bergerak. Ia mengajak kita beralih dari mentalitas “jam lima sore” menuju semangat “jam sembilan malam”, semangat yang telah membawa Korea Selatan, dan banyak negara maju lainnya, ke puncak inovasi.
Pertanyaannya, maukah kita mengambil jalan terjal itu? Atau kita akan terus berjalan santai, puas dengan kenyamanan yang pada akhirnya hanya akan membawa kita pada stagnasi? (ant)
*) Dr. Eko Wahyuanto, Dosen Sekolah Tinggi Multimedia ST-MMTC Komdigi Yogyakarta.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.