Gol Terbaik Dunia

Ini 15 Pemain Sepak Bola yang Pernah Membuat Gol Terindah Dunia Memenangkan Puskas Award FIFA

Di setiap musim, sebagian besar gol bahkan lupa dalam hitungan detik. Tapi Puskas Award FIFA menciptakan ruang abadi untuk gol yang bukan

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/AI
Para Pemahat Gol Terindah Pemenang Puskas Award FIFA 

SERAMBINEWS.COM - Di setiap musim, sebagian besar gol bahkan lupa dalam hitungan detik. Tapi Puskas Award FIFA menciptakan ruang abadi untuk gol yang bukan hanya dicetak, melainkan diciptakan.

Gol yang bukan hanya hasil kerja taktik atau kesalahan lawan, melainkan seni murni di atas rumput hijau.

Dari kaki yang sederhana hingga pemain bernilai jutaan dolar, semua sama ketika bola menyentuh jaring dengan cara yang tak terbayangkan.

Setiap tahun, satu momen tercipta, abadi dalam rekaman video, komentar komentator, dan sejarah sepak bola. 

Berikut daftar para pemenang Puskas Award FIFA dari masa ke masa:

2009 – Cristiano Ronaldo (Portugal)
Gol jarak jauh nan mematikan untuk Manchester United di Liga Champions.

2010 – Hamit Altıntop (Turki)
Tendangan voli sempurna, hasil skema sepak pojok — simetris, keras, tak terbendung.

2011 – Neymar Jr (Brasil)
Sebuah gol yang menggambarkan jiwa samba: dribble, kontrol, penyelesaian magis.

2012 – Miroslav Stoch (Slovakia)
Volley first-time dari luar kotak penalti yang menggetarkan Istanbul.

2013 – Zlatan Ibrahimovic (Swedia)
Bicycle kick 30 meter ke gawang Inggris — salah satu gol terbaik sepanjang masa.

2014 – James Rodríguez (Kolombia)
Sentuhan dada dan volley di Piala Dunia, yang menggetarkan Maracanã.

2015 – Wendell Lira (Brasil)
Dari liga rendah Brasil, salto akrobatik yang membuatnya terkenal semalam.

2016 – Mohd Faiz Subri (Malaysia)
Tendangan bebas berputar liar. “Gol mematahkan hukum fisika.”
Pemain Asia Tenggara pertama yang menang.

2017 – Olivier Giroud (Prancis)
Scorpion kick — gerakan refleks yang tampak mustahil tapi nyata.

2018 – Mohamed Salah (Mesir)
Gerakan instingtif yang puitis dalam derbi Merseyside.

2019 – Daniel Zsóri (Hungaria)
Debut gol, debut salto, debut sejarah. Semua dalam satu momen.

2020 – Son Heung-min (Korea Selatan)
Dribble 70 meter—kecepatan, kontrol, dan ketenangan seorang samurai modern.

2021 – Erik Lamela (Argentina)
Rabona yang bikin penggemar terdiam. Gol teknik tinggi yang jarang terlihat.

2022 – Marcin Oleksy (Polandia)
Gol salto dari amputee football. Sepak bola yang menembus batas fisik.

2023 – Guilherme Madruga (Brasil)
Salto dari luar kotak penalti. “Gol dari planet lain," kata komentator.

Puskas Award dan Transformasi Nilai Sepak Bola

Yang membuat penghargaan ini unik bukan hanya estetikanya, tapi roh di baliknya.

Fair play sangat penting: gol harus sah, tanpa pelanggaran atau sikap tidak sportif.

Demokratis: pemain amatir bisa bersanding dengan Ronaldo.

Global: semua benua punya kesempatan jadi legenda.

Ketika Mohd Faiz Subri berpidato dalam Bahasa Melayu di Zurich, dunia menyadari: kadang, keindahan sepak bola muncul dari tempat yang tak pernah diperkirakan.

Penghargaan ini bukan soal siapa pemain terbaik, bukan pula soal jumlah trofi, melainkan tentang sebuah momen ajaib yang tak bisa diulang: gol indah yang membuat dunia berhenti sejenak.

Baca juga: Kisah Gol Indah Rizky Ridho Masuk Daftar 11 Gol Terbaik Dunia, Bersaing dengan Lamine Yamal

Diperkenalkan pada 2009, Puskás Award diabadikan dari nama legenda Hungaria Ferenc Puskas, ikon Real Madrid era 1950-60-an, yang dikenal karena ketajaman, elegansi, dan insting mematikan. 

Namun penghargaan ini bukan untuk pemain tajam, melainkan untuk gol tercantik.

Satu syaratnya sederhana namun sakral: Gol itu harus mencerminkan seni dalam sepak bola.

Lebih dari Sekadar Gol, Sebuah Seni Lintas Benua

Puskas Award bukan penghargaan milik liga elite Eropa saja. Ia tak peduli apakah gol dicetak di Liga Champions atau liga amatir. 

Bahkan, seorang pemain yang belum pernah tampil di TV nasional pun bisa saja menjadi legenda dalam semalam.

Dari volley yang menembus pojok langit gawang, hingga tendangan bebas yang melawan hukum gravitasi, Puskas Award menjadi panggung bagi mereka yang memaknai sepak bola bukan hanya kompetisi, melainkan ekspresi.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved