Nasional

Usai Dirawat 6 Hari, Siswa Korban Perundungan Sekelas Meninggal di ICU, Polisi Periksa Enam Saksi

Kasus meninggalnya MH (13), siswa kelas I SMP Negeri di Tangerang Selatan, membuka kembali perdebatan nasional mengenai lemahnya

|
Editor: Ansari Hasyim
TribunJogja.com
Ilustrasi bullying. 
Ringkasan Berita:
  • Kondisi MH mulai memburuk setelah sebuah insiden pada Senin (20/10/2025), ketika kepala anaknya dihantam menggunakan kursi besi oleh teman sekelas.
  • Sejak itu, MH menjalani perawatan intensif hingga akhirnya meninggal.

 

SERAMBINEWS.COM - Kasus meninggalnya MH (13), siswa kelas I SMP Negeri di Tangerang Selatan, membuka kembali perdebatan nasional mengenai lemahnya sistem perlindungan anak di lingkungan sekolah.

MH mengembuskan napas terakhir di ruang ICU RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Minggu (16/11/2025) pagi, setelah mengalami luka serius di kepala yang diduga akibat tindakan perundungan berulang yang ia alami sejak awal masuk sekolah.

Tragedi ini menambah daftar panjang kasus kekerasan antarsiswa yang belum tertangani serius di dunia pendidikan Indonesia.

Tanda-Tanda Bahaya yang Diabaikan

Informasi dari keluarga menyebutkan, tanda-tanda perundungan sudah muncul sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). 

Namun, keluhan tersebut tidak pernah ditangani secara tuntas oleh pihak sekolah.

Ibunda korban, Y (38), menyampaikan bahwa sejumlah perilaku kekerasan sudah terjadi sejak awal.

Baca juga: Kasus Kematian Zara Qairina: 5 Remaja Didakwa Perundungan, Semuanya Mengaku Tidak Bersalah

“Sering ditusuk sedotan, ditendang pas belajar, sampai punggungnya dipukul,” katanya.

Menurutnya, kondisi MH mulai memburuk setelah sebuah insiden pada Senin (20/10/2025), ketika kepala anaknya dihantam menggunakan kursi besi oleh teman sekelas.

Sejak itu, MH menjalani perawatan intensif hingga akhirnya meninggal.

Penanganan Medis Panjang dan Fakta Baru

Sebelum dirujuk ke RS Fatmawati, MH sempat dirawat di sebuah RS swasta, namun kondisinya terus menurun dan ia harus menjalani intubasi di ICU.

Pendamping hukum keluarga dari LBH Korban, Alvian, mengonfirmasi kabar duka sekitar pukul 06.00 WIB.

“Kami dikabari pukul enam pagi. Korban sudah tidak ada,” ujarnya.

Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, menyebutkan bahwa tim medis menemukan kondisi lain dalam tubuh korban.

“Ada tumor yang baru diketahui. Mungkin sudah lama, dan kemarin terpicu kejadian itu,” katanya.

Polisi Periksa Enam Saksi

Polres Tangerang Selatan memastikan proses penyelidikan tetap berjalan meski korban telah meninggal.

Kasi Humas Polres Tangsel, AKP Agil Sahril, mengatakan bahwa sejauh ini ada enam saksi yang telah dimintai keterangan, termasuk pihak sekolah.

“Penyidik sudah meminta klarifikasi enam saksi, termasuk guru,” ujarnya.

Sebelumnya, penyidik juga sempat memeriksa korban ketika kondisinya masih memungkinkan dengan pendampingan berbagai lembaga.

Sekolah Dianggap Gagal Melindungi

Kematian MH memunculkan pertanyaan serius mengenai efektivitas kebijakan anti-perundungan di sekolah.

Pasalnya, Tangsel disebut telah memiliki Satgas Anti-Bullying di seluruh sekolah, namun kasus ini tetap terjadi tanpa pencegahan berarti.

Walau demikian, Benyamin menyatakan pemkot akan mengevaluasi skema pencegahan yang selama ini berjalan.

“Kami perkuat lagi Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) agar ini tidak terulang,” katanya.

Aktivis perlindungan anak menilai, kematian MH bukan sekadar insiden, melainkan sinyal bahwa sistem pendidikan belum mampu menjamin keamanan peserta didik.

Kasus ini diperkirakan menjadi ujian serius bagi penerapan Undang-Undang Perlindungan Anak serta aturan pencegahan kekerasan di sekolah.(*)

Berita ini sudah tayang di kompas.com dengan judul Nasib Pilu Siswa SMPN Tangsel yang Diduga Dibully hingga Meninggal

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved