Kunker Menhan ke Pidie Aceh

7 Jam Bersama Sjafrie Sjamsoeddin, Telepon Prabowo dan Defence Supporting Economy

Wartawan Tribunnews, Dahlan Dahi, merekam secara detil momen kunjungan Menhan RI Sjafrie Sjamsoeddin ke Pidie, Aceh, Minggu (16/11/2025).

Editor: Zaenal
TRIBUNNEWS.COM/DAHLAN DAHI
AIRBUS A400M - Pesawat angkut Airbus A400m yang membawa rombongan Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Syafruddin, di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh, Minggu (17/11/2025). Menhan tiba di Aceh dalam rangka mengunjungi para prajurit yang bertugas di Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan Yonif TP 857/Gana Gajahsora, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie. 

Di laut, untuk menjaga chokepoint seperti Selat Malaka, Indonesia membangun kapal selam tanpa awak (Unmanned Underwater Vehicle, UUV). PT PAL di Surabaya menjadi pusat produksi mulai 2026.

"Anak-anak bangsa kita sudah bisa memproduksi kapal selam tanpa awak, bisa menyelam enam bulan, dan balik lagi ke permukaan untuk pengisian ulang baterai," tuturnya. "Semua celah (chokepoint) akan diisi kapal selam tanpa awak."

Selain Selat Sunda, chokepoint lain yang strategis bagi pelayaran internasional adalah Selat Sunda, Selat Makassar, Selat Lombok, dan Laut Maluku. Posisinya strategis karena menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik.

Telepon Prabowo

Sjafrie sedang "ngobrol" dengan wartawan di Lanud Iskandar Muda, Aceh, ketika ajudan mendekat. Ia menyerahkan handphone. Sjafrie menerima panggilan, menekan speaker. Semua yang hadir mendengar percakapan.

Di seberang sana, terdengar suara Prabowo. "Siap, Pak. Dilaksanakan," begitu Sjafrie berkali-kali menjawab. Tetap duduk di kursinya, santai, sambil sesekali tersenyum. Percakapan, lebih tepatnya mendengar instruksi Prabowo, berlangsung sekitar lima menit.

Sjafrie menggunakan kesempatan berbicara dengan wartawan sebelum terbang ke Jepang untuk kunjungan kenegaraan. Rencana pertemuan "two plus two" dijadwalkan hari ini, 17 November 2025, membahas isu-isu politik dan keamanan.  

Dari suara telepon terdengar, Prabowo menjelaskan ke Sjafrie bagaimana posisi Indonesia menghadapi isu-isu strategis seperti Laut China Selatan, Taiwan, dan Papua.

Isu-isu tersebut mencakup masalah keamanan dalam negeri Indonesia seperti Papua, isu sengketa perbatasan di Laut China Selatan, dan isu kemerdekaan Taiwan, sesuatu yang sangat sensitif terkait hubungan Indonesia dengan China.

Indonesia, seperti terdengar dari arahan Prabowo, ingin menghormati masalah dalam negeri semua negara sahabat, termasuk China --sikap yang diharapkan dari negara lain terhadap bagaimana Indonesia mengelola isu Papua.

Dari perspektif defensif aktif, China adalah mitra strategis Indonesia -- di Selat Malaka, Laut China Selatan, maupun geopolitik global.

Mengapa Indonesia mengurangi fokus ketergantungan kepada Amerika Serikat? Sjafrie tidak menjelaskan secara detail. Ia hanya mengungkapkan, dalam suatu pertemuan, delegasi AS menawarkan pembelian pesawat tempur.

"Ah, hargamu terlalu mahal," kata Sjafrie, sambil tertawa. Maksudnya, harga peralatan militer AS sangat mahal, memaksa Indonesia mencari mitra strategis lain.

Yang lebih strategis, itu juga memaksa Indonesia untuk melihat dinamika global dengan cara yang berbeda. Tidak lagi berporos ke satu pusat, melainkan berpencar.

Pacar Suster

Dua helikopter TNI AU mengantar rombongan Sjafrie ke Mane, kampung di tepi gunung, udaranya sejuk 90 km dari kota Pidie. 

Di lapangan terbuka, seperti lapangan sepak bola kampung, helikopter mendarat, disambut warga kampung yang ingin melihat helikopter, tentara yang sibuk, dan baliho bergambar Sjafrie dengan topi baret merah.

Rombongan menuju Marshalling Area Yonif TP 857/GG. Ini adalah markas Yonif --ada rumah untuk prajurit (yang bujang maupun berkeluarga), sarana olahraga, dan kantor, serta, tentu saja sarana latihan militer. 

Jangan bayangkan ada mall di sini. Jauh. Dari kampung pun jauh. Praktis, sehari-hari, prajurit dan keluarganya menghabiskan waktu di sini.

Kawasan Mane atau Pidie secara umum adalah area di mana Gerakan Aceh Merdeka (GAM), ketika itu, sangat kuat. Topografi wilayahnya bergunung-gunung, hutan lebat --surga bagi gerakan gerilya. Sjafrie, ketika masih berpangkat letnan, pernah bertugas di area ini.

Markas Yonif 857 bisa menggambarkan potret TNI saat ini --dan akan bergerak ke mana. Ada sekitar 500 prajurit di batalion ini, artinya masih kurang dari seharusnya seribu prajurit. Batalion ini hanya dilengkapi 40-an pucuk senjata. Artinya, senjatanya kurang, tidak sampai 10 persen dari jumlah prajurit. Ada tentaranya, senjatanya tidak cukup.

Dalam program teritorialnya, terlihat bagaimana tentara menggarap swasembada pangan: tentara menanam pisang, memelihara sapi, kambing, dan ayam, serta menanam sayur mayur dan memelihara ikan lele. Ada sekitar dua hektar lahan yang digarap.

Seperti jumlah senjata, truk militer, radio komunikasi, dan komputer, luas lahan dan besarnya jumlah panen masuk dalam laporan militer.

Sjafrie memeriksa detail, satu demi satu. Misalnya, kepada prajurit ia bertanya, apakah pisang itu ditanam sendiri atau tanaman warga. Sjafrie juga mengecek asrama dan dapur, melihat sendiri, dan menginterogasi.

Di dapur, ia memeriksa lauk pauk prajurit. Dia mengecek tempe: "Apakah disajikan satu potong atau dua potong", tanya Sjafrie ke prajurit. "Siap, dua potong," jawab prajurit. Kalau dua potong, ya, begitulah anggarannya. Tapi kalau satu potong, hmm, ada korupsi.

Sjafrie tahu jika ada potensi korupsi di telur: Jika telur disajikan dalam bentuk dadar, berarti ada tanda korupsi. Mengapa? Karena jatah satu butir telur per prajurit bisa dibagi lima. Korupsinya empat biji telur.

"Ayam ini berapa potong seekor," Sjafrie bertanya lagi. Idealnya delapan potong. Kalau 10 potong satu ekor, Sjafrie tahu ada korupsi.

Sjafrie melihat tempat gorengan. Minyaknya sudah berwarna hitam. Dia berteriak, "Hei, ini racun. Minyak seharusnya masih berwarna kuning." 

Muka para prajurit memerah. Begitu Sjafrie berlalu, seorang jenderal saya lihat langsung bisik-bisik agar segera membersihkan tempat gorengan itu. "Jangan ulangi lagi," saya dengar suara yg tegas, tapi sayup-sayup.

Sebelum masuk dapur, seorang perwira muda, Alfarisky, menarik perhatian Sjafrie. Ia termasuk prajurit yang baru lulus pendidikan, masih segar. 

Sjafrie bertanya kepada anak muda ini tentang gajinya (Rp 7 juta), berapa dia menabung sebulan (Rp 4 juta), dan berapa dia kirimi ibunya (Rp 2 juta).

BERDIALOG - Menhan Sjafrie Syamsuddin berdialog dengan perwira muda, Letda Alfarisky, saat berkunjung ke Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan (Yonif TP) 857/Gana Gajahsora, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh, Minggu (16/11/2025).
BERDIALOG - Menhan Sjafrie Syamsuddin berdialog dengan perwira muda, Letda Alfarisky, saat berkunjung ke Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan (Yonif TP) 857/Gana Gajahsora, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh, Minggu (16/11/2025). (TRIBUNNEWS.COM/DAHLAN DAHI)

"Kamu sudah punya pacar," Sjafrie mengajukan pertanyaan tidak terduga. Perwira muda itu, yang disaksikan rombongan, terlihat sedikit grogi. Lalu ia menguasai diri dan menjelaskan: sudah punya pacar, seorang suster, bekerja di Arab.

"Wah, gaji dia lebih besar, dong," goda Sjafrie. Lalu ia mengingatkan, meski gaji beda, rumah tangga harus dijaga, karena prajurit TNI, "tidak boleh bercerai".

LETDA Alfarisky, perwira muda yang bertugas di Yonif TP 857/Gana Gajahsora, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Foto direkam saat kunjungan Menteri Pertahanan RI, Sjarie Syamsuddin, Minggu (16/11/2025).
LETDA Alfarisky, perwira muda yang bertugas di Yonif TP 857/Gana Gajahsora, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Foto direkam saat kunjungan Menteri Pertahanan RI, Sjarie Syamsuddin, Minggu (16/11/2025). (TRIBUNNEWS.COM/DAHLAN DAHI)

Batalion di Pidie hanyalah satu dari 128 batalion TNI di seluruh Indonesia saat ini. Untuk menjalankan visi defensif aktif, Sjafrie merencanakan tambahan 386 batalion baru. 

Artinya: Kelak, seluruh kabupaten/kota, jumlah 514, akan dijaga satu batalion. Fungsinya menjaga dan mendorong swasembada. Menjaga kedaulatan bangsa.

"Setiap tahun kita akan bangun 150 batalion," ungkap Sjafrie. Setiap batalion diperkuat sekitar seribu prajurit. Artinya, setiap tahun butuh 150 ribu prajurit baru. Dalam lima tahun, 514 batalion akan terbangun. 

"Ini bukan untuk ofensif, menyerang," kata Sjafrie lagi. "Ini untuk menjaga kedaulatan kita. Kalau kita kuat, kita bisa menjaga kedaulatan ekonomi kita".(*)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved