Jurnalisme Warga
Peran Ahli Gizi Dalam Penyelenggaraan MBG
Tak terbantahkan bahwa penyediaan MBG merupakan investasi jangka panjang sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke depan
Permasalahan utama saat ini, terlihat dari proses yang sedang berjalan pada program MGB ini, yakni minimnya keterlibatan ahli gizi secara menyeluruh pada setiap lini, terutama dari perencanaan menu, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.
Kualitas dan keamanan pangan MBG sangat dipengaruhi oleh 1). pemilihan bahan pangan yang salah, berisiko terhadap keamanan pangan; 2). proses pengolahan yang tidak higienis dan durasi penundaan terlalu lama (holding time) dapat memicu keracunan; dan 3). penyimpanan dan distribusi yang tidak tepat waktu dapat memengaruhi kualitas dan kemanan pangan.
Selain itu, ahli gizi juga kesulitan dalam menyusun menu bergizi yang hemat biaya dan buruknya bahan baku yang tersedia, serta penggunaan makanan hasil olahan pabrik. Hal inilah yang berujung pada kualitas dan keamanan makanan, ketidaksesuain menu dengan selera anak, serta kesulitan dalam pengawasan dan distribusi.
Lebih miris lagi pelaksanaan program dilakukan oleh orang-orang yang bukan ahli gizi, sehingga mereka tidak paham dalam pelaksanaan, mengakibatkan makanan tidak memenuhi standar gizi, dan keamanan pangan.
Sebagai pengingat, berikut saya kutip fungsi dan tugas ahli gizi dalam penyelenggaraan MBG: 1). Perancangan menu gizi seimbang. Ahli gizi bertanggung jawab untuk menyusun menu yang variatif sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) serta memperhatikan kesukaan siswa sehingga tidak ada makanan yang terbuang.
2). Pengawasan kualitas dan keamanan pangan. Ahli gizi memastikan makanan yang diproduksi di dapur satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) memenuhi standar kebersihan, higienitas, dan keamanan pangan.
3). Pemantauan status gizi siswa. Ahli gizi harus melakukan evaluasi rutin untuk memantau dan menilai siswa.
4). Edukasi gizi dan konseling. Ahli gizi memberikan edukasi tentang pentingnya makanan bergizi seimbang.
5). Advokasi dan kebijakan. Ahli gizi memberikan masukan dan rekomendasi untuk perbaikan kebijkan program MBG.
Terakhir, evaluasi dan advokasi. Ahli gizi melakukan monitoring dan evaluasi rutin untuk memantau distribusi dan kualitas makanan, serta memberikan masukan dalam pengembangan program agar lebih efektif dan berdampak positif bagi masyarakat.
Ke depan, perlu dilakukan pengawasan yang ketat, perencanaan yang matang, dan evaluasi secara menyeluruh, termasuk melibatkan pihak-pihak terkait, seperti sekolah, kader posyandu, serta organisasi profesi gizi (Persagi).
Sebagai catatan akhir, kontribusi profesi ahli gizi sangatlah penting dalam mewujudkan Generasi Emas 2045. Penuh harapan agar para ahli gizi dengan semangat kolaborasi siap mendukung pemerintah dalam program MBG demi masa depan generasi Indonesia yang lebih sehat. Semoga.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.