Kupi Beungoh

Dari Banda Aceh ke Al-Azhar: Perjalanan Panjang Prof. Azman Ismail, Imam Besar Baiturrahman

Dialah Prof. Dr. Azman Ismail, M.A., Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman dan tokoh ulama yang menjadi panutan umat di Aceh. 

Editor: Amirullah
Serambinews.com
Alya Sabrina 

Dua tahun kemudian, ia lulus dengan ijazah diploma, lalu meraih Licence (Lc) pada tahun 1982. Tak berhenti di situ, ia melanjutkan hingga S-3 di kampus yang sama dan menuntaskannya pada tahun 1988. Lebih dari 10 tahun azman muda mengembara di tanah para nabi untuk menuntut ilmu, memahami hikmah, dan menaklukan waktu.

Langkah yang Tak Pernah Lelah

Di usianya yang tak lagi muda, langkah Prof. Dr. Azman Ismail, Lc., M.A., masih tegap menuju Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh setiap waktu shalat. Suaranya lembut, logat Arabnya fasih, dan tutur katanya penuh makna.

Dua puluh dua tahun sudah beliau berdiri di mihrab megah itu, memimpin ribuan para jamaah yang datang dari berbagai penjuru Aceh. Namun, di balik sosok imam besar yang kharismatik itu, tersimpan kisah panjang tentang perjuangan, ketekunan, dan cinta tanpa batas.

Beliau diangkat sebagai Imam Masjid Raya Baitirrahman pada saat 2003-2025, selama 22 tahun dedikasi dan pengabdian beliau fokus menata dakwah dan kemaslahatan di Masjid Raya sebagai corong dakwah dan ikon provinsi Aceh.

Selain sebagai imam besar, beliau juga menjadi khatib dan penceramah tafsir Ba'da isha dan subuh di Masjid Raya Baiturrahman.

Tahun ini menjadi penutup dari perjalanan panjang Prof. Azman Ismail sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman . Setelah bertahun-tahun memimpin saf umat, suaranya yang teduh kini berpamitan dengan penuh ketenangan.

 Bagi banyak jamaah, sosoknya tak akan pernah benar-benar pergi, jejaknya akan tetap hidup di setiap lantunan takbir dan nasihat yang ia tinggalkan.

Dosen, Dekan, hingga Imam Besar

Sekembalinya ke tanah air, Prof. Azman Ismail langsung mengabdikan diri di dunia pendidikan. Ia menjadi dosen di IAIN Ar-Raniry dan mengajar Bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah serta Fakultas Adab.

Ketekunannya membuatnya dipercaya menduduki jabatan penting: Wakil Dekan I Fakultas Adab (1998), Pembantu Rektor III (1999), Dekan Fakultas Adab (2004-2008), hingga Ketua Senat UIN Ar-raniry (2018-2022).

Namun, pengabdian terbesarnya justru di rumah Allah sejak tahun 2003, Prof Azman diamanahkan sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Bagi Beliau , waktu adalah amanah. Ia selalu hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan, baik di kampus maupun masjid.

Tidak ada kata terlambat di dalam hidupnya, karena baginya, menghargai waktu berarti menghargai nikmat Allah.

Penghubung Aceh dan Mekkah

Selain mengajar dan berdakwa, Prof. Azman juga berperan penting dalam hubungan keagamaan antara Aceh dan Timur Tengah. Ia pernah menjadi penghubung pemerintah Aceh dengan Pihak Baitul Asyi di Arab Saudi, lembaga pengelola wakaf masyarakat Aceh di Mekkah.

Selama sembila tahun, beliau dipercaya menjalankan tugas mulia itu, dan juga sebuah bentuk amanah besar yang dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.

Ulama, Penulis, dan Pembimbing Ilmu

Dalam perjalanan hidupnya, Prof. Azman tak pernah berhenti menulis. Di antara karya-karyanya ialah Menelusuri Pemahaman Ayat Keenam Surat Al-Maidah dari Kajian kebahasaan, Tafsir Tahlil tentang Riba dalam Pandangan Al-Qur'an, Masjid Raya Baitrrahman dalam Lintas Sejarah, Filologi (Teori dan Praktik), Suara Khatib Baiturrahman, dan Al-Imam Al-Hawfi: wa Juhuduhu fi Khidmatil Qur'an.

Jejak Yang Abadi

Di balik kesibukannya, Prof. Azman tetap menjadi sosok ayah dan suami yang hangat. Bersama istri tercinta, Tasnim Idris, ia dikaruniai tiga putri: Zakirah, Nurul Mafazi, dan Fuwaizah, yang tumbuh dalam suasana rumah penuh ilmu dan kasih sayang.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved