Mihrab

Move On dan Memaafkan adalah Jalan Menuju Kedamaian Hati, Tgk Alizar: Cukuplah Masa Lalu Dikenang

Karena itu, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah move on dan berdamai dengan masa lalu, tanpa perasaan dendam. 

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Nur Nihayati
Tangkap Layar Youtube SERAMBINEWS
Tgk Alizar Usman MHum. 

Move On dan Memaafkan adalah Jalan Menuju Kedamaian Hati, Tgk Alizar: Cukuplah Masa Lalu Dikenang

SERAMBINEWS.COM - Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PW Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh, Tgk Alizar Usman, mengingatkan pentingnya sikap move on dan memaafkan dalam kehidupan agar terhindar dari penyakit hati seperti dendam. 

Menurut Tgk Alizar, move on bukan sekadar melupakan masa lalu, tetapi merupakan proses menerima kenyataan, memproses emosi, serta belajar dari pengalaman untuk menatap masa depan dengan lebih baik. 

“Kita tidak usah terlalu larut dengan masa lalu, terutama masa lalu yang tidak menyenangkan. Cukuplah masa lalu dikenang sebagai sebuah perjalanan hidup dan menjadi pelajaran untuk menjalani kehidupan lebih baik di masa yang akan datang,” ungkapnya, Kamis (6/11/2025).

Dikatakan, orang yang tidak bisa move on sama halnya dengan mengejar fatamorgana, yakni tidak akan ada ujungnya. 

Jika terus dibiarkan, hal itu bisa memicu benih-benih dendam. 

Karena itu, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah move on dan berdamai dengan masa lalu, tanpa perasaan dendam. 

Mengutip pandangan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin, Tgk Alizar menjelaskan bahwa dendam berawal dari sifat pemarah yang tidak segera diobati dengan memaafkan. 

Setiap manusia pasti pernah disakiti, baik oleh ucapan, tindakan, maupun perlakuan tidak adil. 

Perasaan kecewa, marah, dan terlukapun menjadi hal yang wajar. 

Namun, ketika luka itu tidak disembuhkan dan malah dipelihara dalam hati, maka muncullah satu penyakit yang sangat berbahaya yakni dendam. 

“Dendam adalah bara api dalam dada. Ia tidak hanya membakar orang lain, tetapi juga diri sendiri,” katanya.

Lebih lanjut, Tgk Alizar menegaskan bahwa menyimpan dendam hanya akan menghabiskan energi dan menghilangkan kebahagiaan hidup. 

Sebaliknya, memaafkan bukan berarti melupakan, melainkan bentuk pengendalian diri dan kebebasan dari penjara emosi negatif.

Ia juga mengutip firman Allah dalam QS Asy-Syuraa ayat 40: “Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan mau berdamai, maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.”

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved