Mihrab

Kemiskinan Spiritual Lebih Berbahaya dari Kemiskinan Material, Begini Penjelasan Prof Syamsul Rijal

Empat komponen penting yang dapat mencerminkan sekaligus mengatasi potensi kemiskinan spiritual dalam diri manusia.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM
Guru Besar Ilmu Filsafat Islam FUF UIN Ar-Raniry, Prof Syamsul Rijal. 

Kemiskinan Spiritual Lebih Berbahaya dari Kemiskinan Material, Begini Penjelasan Prof Syamsul Rijal

SERAMBINEWS.COM - Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Syamsul Rijal, M.Ag, mengingatkan bahwa kemiskinan yang dihadapi manusia di era sekarang ini tidak hanya bersifat material, tetapi juga spiritual.

Menurutnya, kemiskinan spiritual justru menjadi penyakit yang lebih berbahaya karena dapat menjauhkan manusia dari nilai-nilai ketuhanan dan mengeringkan dimensi kemanusiaan dalam kehidupan.

“Kemiskinan material dapat diukur dari sikap dan perilaku kapitalistik, sementara kemiskinan spiritual adalah akibat dari pengabaian nilai-nilai religi yang membuat manusia terserabut dari akar kehidupannya,” ujar Prof Syamsul, Kamis (6/11/2025).

Ia mengutip pandangan Imam Al-Ghazali yang menyebut penyakit spiritual jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik. 

“Penyakit spiritual muncul dari hasrat berlebihan terhadap harta, kesombongan, ujub (bangga diri), dan kemunafikan. Semua itu merusak keharmonisan jiwa dan menghambat aktualisasi kemanusiaan,” jelasnya.

Menurut Prof Syamsul, jiwa manusia pada dasarnya lahir dalam keadaan sehat. 

Namun, ketidakseimbangan antara akal, hati, dan hawa nafsu dapat menyebabkan kekeringan spiritual. Untuk memulihkan kondisi itu, diperlukan proses tazkiyah atau penyucian jiwa.

Lebih lanjut, ia menjelaskan empat komponen penting yang dapat mencerminkan sekaligus mengatasi potensi kemiskinan spiritual dalam diri manusia, yakni hati, tangan, bibir, dan mata. 

Potensi kemiskinan spiritual muncul ketika hati dipenuhi iri dan dengki. 

“Hati yang iri tidak mampu menerima kebahagiaan orang lain. Padahal Islam mendorong umatnya untuk membersihkan hati dari iri dan dengki agar memperoleh rahmat dan kedamaian Allah,” ujarnya seraya mengutip QS.Al-Hujurat: 10.

Kemdudian tangan. Seseorang yang hanya ingin menerima tanpa mau memberi, kata Prof Syamsul, menunjukkan tanda kemiskinan hati.  

“Tangan yang gemar memberi adalah tanda kekayaan spiritual. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Insan ayat 8, memberi adalah bentuk kepedulian dan rasa syukur yang mendatangkan keberkahan,” tambahnya.

Selanjutnya bibir. Prof Syamsul mengatakan bahwa bibir yang gemar mengeluh dan tidak puas terhadap kehidupan juga merupakan bentuk kemiskinan spiritual. 

“Keluhan berlebihan melemahkan iman dan menutup pintu rezeki. Sebaliknya, bibir yang melantunkan syukur akan menenangkan jiwa,” tutur Prof Syamsul, yang mengutip QS Ibrahim ayat 7.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved