Video

VIDEO SAKSI KATA Warga Harap Pabrik Semen Laweung Dilanjutkan, Pastikan Tak Ada Penolakan

Selain dampak ekonomi, masyarakat kini semakin terbuka terhadap kehadiran pabrik semen di Laweung.

Penulis: Rianza Alfandi | Editor: Teuku Raja Maulana

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Rianza Alfandi | Pidie

SERAMBINEWS.COM, PIDIE – Masyarakat di Kecamatan Muara Tiga dan Batee, Kabupaten Pidie, berharap pembangunan dan pengoperasian Pabrik Semen Laweung yang sempat terhenti dapat dilanjutkan kembali. Warga menilai, keberadaan pabrik tersebut terbukti membawa dampak positif terhadap perputaran ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat.

Mukim Laweung, Muslim Syamaun, mengungkapkan bahwa sejak pabrik semen mulai beroperasi beberapa tahun lalu, perekonomian warga di sekitar Cot Laweung menunjukkan perkembangan yang signifikan. Banyak masyarakat kurang mampu yang sudah mulai membuka usaha kecil seperti warung dan kedai, sehingga taraf hidup mereka meningkat.

“Maka hari ini saya lihat masyarakat berkeinginan untuk kembalinya pemerintah mendirikan pabrik semen di Kecamatan Muara Tiga umumnya dan khususnya di Desa Cot, wilayah Kemukiman Laweng,” ujar Muslim, Rabu (29/10/2025). 

Baca juga: VIDEO SAKSI KATA Bersama Sekjend DEA, Ismail Rasyid: Investasi Tak Jalan, Jika Lahan Belum Selesai

Ia menegaskan, isu penolakan terhadap keberadaan pabrik semen di masa lalu tidak datang dari masyarakat setempat. Menurutnya, penghentian proyek saat itu lebih disebabkan oleh pergantian kepemimpinan daerah, bukan karena penolakan warga.

Muslim menyebut, adanya penentangan terhadap keberadaan pabrik semen waktu itu datang dari warga luar, yakni sekelompok warga Pidie yang tidak lagi menetap di kabupaten tersebut. Mereka memprovokasi warga dengan berbabai cara. Padahal, mayoritas warga lokal justru mendukung penuh keberlanjutan proyek tersebut karena merasa telah merasakan manfaatnya.

“Ada persoalan-persoalan yang tidak diinginkan oleh sebahagian-sebahagian orang. Tapi bukan orang di sini. Orang yang di luar Kecamatan Muara Tiga. Contohnya orang tinggalnya di Banda Aceh, orang tinggalnya di Jakarta, pulang kemari untuk menghambat pembangunan-pembangunan yang ada di Kecamatan Muara Tiga yaitu pabrik semen yang masyarakat inginkan,” tegasnya

Selain dampak ekonomi, Muslim juga menyebut masyarakat kini semakin terbuka terhadap kehadiran pabrik semen. Pasalnya, sejak prabrik hadi di sana, dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari pihak pabrik telah diterima dan dimanfaatkan oleh sejumlah desa di dua kecamatan tersebut.

“Bahkan saya lihat ada warga yang disekolahkan  oleh pihak pabrim semen supaya bisa bekerja di situ,” ujarnya. 

Mengenai konflik lahan, Muslim mengakui memang ada beberapa persoalan kecil yang terjadi masa lalu, namun hal itu masih bisa diselesaikan secara baik melalui musyawarah dan peran aktif pemerintah gampong.

Menurutnya persoalan itu hanya riak-riak kecil yang muncul akibat adanya kesalahpahaman antar warga. 

Baca juga: Anggota DPRA Minta Pemerintah Aceh Cari Solusi Soal Kelanjutan Pembangunan Pabrik Semen Laweung 

“Kalau konflik lahan itu di Kecamatan Muaratiga khususnya di Kemukiman Laweung ada-ada tapi tidak banyak. Di Kecamatan Bate, saya tahu juga ada tapi bisa kita konfirmasi,” katanyq.

“Karena hal itu biasa riak-riak kecil, sewaktu kita berlabuh ada angin, ada gelombang yang besar sikit. Tapi kita jangan takut. Pasti kita harus melewati itu. Kalau kita tidak berani melewati tidak akan dapat ikan sewaktu kita berlabuh,” lanjutnya. 

Untuk mencegah persoalan serupa di masa depan, Muslim menyarankan agar pemerintah gampong dan tokoh masyarakat di dua kecamatan dilibatkan secara langsung sebelum pabrik kembali turun ke Laweung. Karena pada dasarnya kehadiran pabrik semen ini sangat berdampak positif bagi masyarakat dan pemerintah.

Tidak Pelanggaran Adat

Muslim menegaskan, selama proses pembebasan lahan sebelumnya, tidak pernah ada pelanggaran adat atau aturan lokal yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Ia mengakui pihak perusahaan sudah menjalankan seluruh ketentuan yang disepakati. 

“Karena kemarin saya pernah menjadi keucik di wilayah Kecamatan Muara Tiga, saya pernah ketua forum keucik. Saya lihat tidak ada yang diperbuat oleh pihak pabrik semen yang melanggar adat istiadat di dua kecamatan ini,” ungkapnya. 

Ia juga menekankan, bahwa keributan yang pernah terjadi saat hadirnya pabrik semen dulu murni karena adanya provokasi dan tidak bisa dikaitkan dengan adat istiadat. 

Muslim berharap, di bawah pemerintahan yang baru ini serta pihak terkait lainnya segera menindaklanjuti upaya untuk mengaktifkan kembali pabrik semen tersebut. 

Ia juga berpesan agar seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat dapat bekerja sama menjaga kondusifitas dan memastikan manfaat pabrik semen dapat dirasakan hingga ke generasi mendatang.

“Harapan masyarakat kami Kecamatan Muara Tiga dan juga Kecamatan Bate untuk menginginkan aktifnya kembali pabrik semen dengan baik, supaya dapat berputar perekonomian masyarakat di dua kecamatan,” pungkasnya.(ra)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved