Citizen Reporter
20 Menit di Puncak Kinabalu
TIM Gayo Lues Adventure (GALA) dan Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (METALIK) Fakultas Ekonomi
Oleh Khairul Mizi, Anggota Metalik Fakultas Ekonomi Unsyiah
TIM Gayo Lues Adventure (GALA) dan Mahasiswa Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (METALIK) Fakultas Ekonomi Unsyiah, berkolaborasi dalam misi pendakian yang luar biasa, ke puncak Gunung Kinabalu, Sabah, Malaysia. Gunung tertinggi di Malaysia dan kelima tertinggi di Asia Tenggara ini, berada 4.095 meter di atas permukaan laut (Mdpl).
Ekspedisi dimulai 24 Juni 2013. Saya Khairul Mizi (Rajel), Rahmatsyah Putra (Acil) dan Fauzi (Buyong), menumpang pesawat Air Asia dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) pukul 11.45 WIB dan tiba di Kuala Lumpur (KL) pukul 02.10PM atau 14.10 WIB. Dari KL terbang lagi ke Kalimantan lalu ke Kinabalu dan tiba di kota ini pukul 19.00 WIB.
Tiba di Kota Kinabalu, kami menuju hotel untuk beristirahat. Esoknya, setelah sarapan, kami ke Bandar Kota Kinabalu untuk melunasi bookingan pendakian ke Sutera Harbour sebagai pengelola Gunung Kinabalu. Biayanya RM 577 perorang. Setelah menyelesaikan administrasi pendakian, kami menyempatkan waktu untuk keliling kota dan berbelanja di mall.
Usai makan siang kami sempatkan ke Signal Hill Observatary Tower. Dari tempat ini kami bisa melihat seluruh aktifitas Kota Kinabalu dan Pulau Raya yang menyediakan paket wisata air dengan hotel yang berkelas dan fisilitas kapal-kapal mewah, serta padang golf. Setelah itu, kami menuju Taman Nasional Gunung Kinabalu Kundasan. Dengan membayar RM 15 perorang, kami pun melaju dengan melintasi jalan mulus yang berliku.
Pagi 26 Juni, dari Hotel J Residen tempat kami menginap yang berada pada ketinggian 1.600 Mdpl (setinggi puncak Seulawah Agam), kami masih sempat jalan-jalan sambil cuci mata. Ini juga dilakukan oleh turis-turis lain yang akan mendaki ke puncak Kinabalu.
Usai shalat Subuh 27 Juni, kami bergegas menuju Kinabalu Park yang berjarak 500 meter dari hotel tempat kami menginap, untuk proses administrasi pendakian. Setelah selesai, dipandu seorang guide dengan bayaran RM 128, kami langsung menuju Timpohon Gate (1.866 Mdpl). Dari sini, sebenarnya pendakian sudah dimulai menuju Laban Rata yang berada 3.263 Mdpl.
Setiap 1 Km pendakian ditemukan shelter peristirahatan, ada kamar mandi dan juga tersedia air bersih. Laban Rata adalah tempat terakhir sebelum mendaki ke puncak Kinabalu. Tim terus mendaki dan harus tiba di Laban Rata paling telat pukul 19.00. Jika tidak, maka tidak kebagian makanan yang sudah disediakan. Mau tak mau, harus beli lain dengan harga mahal.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pukul 01.40 WIB tanggal 28 Juni, kami bangun dari tidur, dan bersama seratus orang lainnya diharuskan makan agar tak kelaparan saat mendaki. Pukul 02.30 WIB, pendakian dimulai dan kami harus sampai di Sayat-Sayat Hut (3.668 Mdpl) pukul 05.00 pagi. Di sini semua harus check in lagi.
Perjalanan dilanjutkan di area bebatuan. Guide mengingatkan kami untuk berhati-hati berpijak karena jalur cukup curam dan hanya ada tali tambang untuk berpegangan. Tiba di Km 7, jari tangan terasa beku karena semakin dingin dan sarung tangan yang saya pakai cukup tipis dan kepala mulai terasa sakit karena kedinginan.
Pukul 05.30 WIB, tekat semakin kuat karena puncak hanya tinggal 1 Km lagi. Angin berembus kencang disertai kabut yang menghalangi jarak pandang. Perlahan namun pasti, tepat pukul 06.10 kami tiba di puncak Gunung Kinabalu. Senang hati tak terkira. Di puncak hanya bisa muat 5-6 orang saja. Kami terpaksa bergantian untuk mengambil foto.
Karena hari itu puncak Kinabalu disesaki ratusan pendaki lainnya, kami tak diizinkan berlama-lama, apalagi kabut tebal disertai angin kencang segera datang. Meski kami menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendaki, dan hanya bisa berada di puncak selama 20 menit, tapi puas sekali rasanya. Akhirnya, kami kembali turun dari puncak dan tiba kembali di Laban Rata pukul 08.30 dan seterusnya kembali ke Timpohon dan Kinabalu Part.
Tiba di Kinabalu Part, resepsionis memberikan sertifikat yang sudah disediakan pihak pengelola, sebagai bukti bahwa kami sudah mendaki hingga ke Puncak Gunung Kinabalu. Meski kami harus membayar RM 10 untuk sertifikat ini, tapi ini cukup berkesan.(*)