Sistematis dan Terorganisir

PROSTITUSI ibarat wabah menular. Siapa saja berpotensi untuk terjangkit, tidak hanya kaum dewasa tapi juga merambah

Editor: bakri

PROSTITUSI ibarat wabah menular. Siapa saja berpotensi untuk terjangkit, tidak hanya kaum dewasa tapi juga merambah kalangan anak-anak. Penyakit sosial ini mengintai mereka yang ingin mendapatkan uang dengan jalan pintas. Pengaruh lingkungan dan gaya hidup menyuburkan prostitusi.

“Berdasarkan hasil investigasi KPAID, prostitusi melibatkan anak-usia SMP dan SMA. Mereka tidak hanya dari warga Banda Aceh saja. Tapi juga dipasok dari daerah lain di Aceh dengan penjaringan yang sistematis dan terorganisir,” ungkap Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Aceh, Anwar Yusuf Ajad.

Anwar memaparkan, prostitusi terselubung itu didalangi oleh mucikari dari luar Aceh. Menurutnya, rendahnya tarif yang ditawarkan membuat bisnis ini tumbuh subur karena tidak perlu lelaki hidung belang berkantong tebal untuk dijadikan pelanggan. Transaksi berlangsung di hotel dan para pekerja seks komersial (PSK) belia itu pulang dini hari dalam keadaan mabuk. Mereka berceloteh tentang pengalaman melayani pria nakal dan kerap memperebutkan perbedaan tarif yang mereka terima.

Anwar juga mengungkapkan, di Banda Aceh dirinya pernah menangani kasus perempuan umur 16 tahun yang dipaksa melacurkan diri. Saat ditemukan pihaknya, si perempuan sudah melahirkan anak dalam keadaan memprihatinkan. Anwar mensinyalir tempat-tempat yang menyuburkan bisnis esek-esek ini selain di hotel adalah di taman taman kota, jembatan, dan gedung museum tsunami.

“Pemerintah sekarang sudah tutup mata, yang dirazia hotel-hotel bertarif Rp 100.000 dan pasangan yang lagi makan jagung membicarakan masa depan. Padahal, di hotel berbintang sarangnya maksiat, namun ketika razia digelar mereka selalu lolos karena sudah ada bocoran dari yang mem backing,” keluh Anwar, geram.

Ia menambahkan, karena keterbatasan dana pihaknya tidak melakukan inventarisasi jumlah kasus temuan maupun yang datang melapor. Dirinya dibantu sejumlah mahasiswa bekerja layaknya voulunteer (sukarelawan) dan terjun langsung ke daerah lainnya di Aceh.

Berdasarkan temuan pihaknya, anak SD kelas satu sudah menonton film orang dewasa dan kemudian menyebarkannya kepada anak yang lain.

Di Pidie terungkap siswa SMP memperkosa anak yang lebih kecil. Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena pemberlakuan HAM terhadap anak dan dunia pendidikan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.  “Kalau hal ini terus terjadi, maka menurut prediksi KPAID, tiga tahun mendatang Aceh akan menjadi pusat prostitusi di Indonesia. Indikatornya adalah bisnis ini terorganisir dan pengaruh teknologi memudahkan semuanya. Untuk itu qanun harus direvisi karena tidak sesuai dengan norma keacehan. HAM harus sesuai dengan norma Islam, dan dinas terkait harus berkoordinasi dengan baik,” pungkasnya.(*)

Tags
ABG Aceh
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved