Breaking News

T Imran Raup Dolar dari Minyak Jahe

SEIRING dengan perkembangan tren back to nature yang kini merebak di dunia, pengobatan alternatif

Editor: bakri
Sampel minyak atsiri jahe yang dihasilkan T Imran. Dalam sebulan 100 kilogram permintaan dipenuhi oleh PT Raz Intan Industries, Jalan Banda Aceh, Jurong Peujra, Pagar Air, Aceh Besar, Selasa (28/4).SERAMBI/MASYITAH RIVANI 

SEIRING dengan perkembangan tren back to nature yang kini merebak di dunia, pengobatan alternatif yang mempergunakan ramuan alami ternyata juga menjadi salah satu tren dalam dunia pengobatan.

Peluang inilah yang kemudian dilirik oleh T Imran SE Ak. Sejak dua tahun lalu ia mengeluti bisnis minyak atsiri dari turunan jahe, di bawah bendera PT Raz Intan Industries. Pabrik pengolahan jahe miliknya berada di kawasan bantaran sungai Lambaro, Jurong Peujra, Pagar Air, Aceh Besar.

“Market (pasar) internasional sekarang ini kembali melirik kekayaan alam, memanfaatkan potensi yang ada untuk dunia kesehatan dan kecantikan. Dari situ saya melihat peluang, memfokuskan diri sebagai spesialisasi produsen minyak jahe,” kata Imran kepada Serambi, Selasa (28/4).

Imran memasok minyak jahe tersebut ke salah satu perusahaan obat-obatan di Malaysia yang orientasi pasarnya hingga benua Eropa. Sebelumnya, perusahaan tersebut memasok minyak jahe dari India. “Kala itu saya memberanikan diri menawarkan produk saya. Setelah dua kali uji coba laboratorium, perusahaan itu mengontrak saya dan menjadikan produsen tunggal untuk minyak jahe,” kenang Imran.

Berbekal modal Rp 200 juta, Imran mulai merintis usahanya. Sekarang setiap bulan ia menerima pesanan mencapai 100 kilogram minyak jahe, dengan harga per kilogramnya mencapai 250 US dolar, atau sekitar Rp 3.250.000 dengan kurs Rp 13.000.

Sementara untuk oleorisin (ampas jahe yang dijadikan bahan baku obat) dia lepas 100 US dolar atau Rp 1,3 juta per kilogram. Dalam sebulan ia mampu memproduksi oleorisin sebanyak 50 kilogram. Sekarang ini, rata-rata per bulan Imran mengaku meraup omset rata-rata sebesar Rp 250 juta.

“Alhamdulillah dengan adanya produksi minyak jahe ini, petani jahe juga kebagian rezeki. Saya komit untuk memakai hasil pertanian lokal karena kualitas jahe yang dihasilkan petani di Aceh seperti Pulo Aceh, Blangkejeren dan Perlak, jauh lebih bagus dari punya Medan dan Lampung,” paparnya.

Dalam sebulan Imran membutuhkan bahan baku sebanyak 4 ton jahe. Dengan jumlah tersebut ia bisa melakukan pengiriman sebanyak dua kali. “Minyak jahe ini diekspor via udara menggunakan Air Asia. Lebih sering saya antarkan langsung ke Malaysia,” imbuhnya.

Mantan direktur pada salah satu BPR di Lhokseumawe ini juga berniat untuk memasarkan minyak atsirinya hingga ke pasar Amerika, karena menurut dia di sana juga sedang gencar-gencarnya tren obat-obatan herbal.(masyitah rivani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved