Citizen Reporter
Kebiasaan Muslim Inggris Menjamak Shalat
JIKA Anda berkesempatan berkunjung ke Inggris saat musim panas (Juni-Agustus), jangan sampai heran ketika melihat
OLEH RINAL SAHPUTRA, Mahasiswa Program Doktortal pada Immunology Faculty of Life Sciences, The University of Manchester, melaporkan dari Inggris
JIKA Anda berkesempatan berkunjung ke Inggris saat musim panas (Juni-Agustus), jangan sampai heran ketika melihat para muslim di sini menjamak shalat Magrib dan Isya, meskipun mereka tidak sedang dalam status musafir.
Ijtihad yang membolehkan jamak ini dibuat berdasarkan kondisi matahari yang tidak sepenuhnya tenggelam saat musim panas. Berdasarkan hadis Rasulullah saw (hadis nomor 393 ini diriwayatkan oleh Abu Dawud) yang menyebutkan bahwa Jibril shalat Isya dengan Rasulullah saat syafaq tenggelam.
Para ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai definisi syafaq. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa syafaq adalah warna kemerahan di langit yang terlihat di ufuk barat pada saat senja, sedangkan sebagian ulama yang lain percaya bahwa syafaq adalah warna putih di langit.
Meski demikian, mayoritas sahabat seperti Umar bin Khatab ra dan Ali bin Abi Thalib ra setuju dengan pendapat yang pertama.
Negara-negara di benua Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Jerman pada umumnya terletak di atas 40o Lintang Utara, sehingga sebagian besar ulama di sini berpendapat bahwa matahari tidak sepenuhnya tenggelam saat musim panas. Akibatnya, waktu shalat Isya tidak akan pernah ada jika merujuk pada tenggelamnya syafaq sebagai tanda masuknya waktu Isya (warna putih tidak sepenuhnya hilang hingga waktu fajar).
Namun, beberapa ulama yang lain berpendapat dengan mengacu pada definisi syafaq adalah warna kemerahan di langit senja bahwa saat musim panas, warna kemerahan sempurna menghilang sekitar pukul 00.30 dini hari CET (Central European Time).
Sementara itu, waktu shalat Subuh menjadi lebih pagi sekitar pukul 03.00 CET. Oleh karenanya, para ulama di Eropa membolehkan dilakukan jamak antara shalat Magrib dan Isya pada waktu musim panas, mengingat terlalu larutnya waktu Isya dan jeda waktu yang sangat singkat dengan shalat Subuh. Hal ini didasarkan atas hadis dalam Shahih Muslim: dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas bahwa Nabi Muhammad saw pernah menjamak antara shalat Zuhur dan Ashar; shalat Magrib dan Isya di Kota Madinah, bukan karena ketakutan (khouf) dan bukan pula karena hujan. Para sahabat pun bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, “Mengapa beliau menjamak?” Ibnu ‘Abbas berkata, “Beliau ingin supaya tidak memberatkan umatnya.” Maksudnya, beliau tidak ingin menyusahkan umatnya dikarenakan tidak menjamak.
Menariknya, tidak semua muslim di Inggris merasa nyaman untuk menjamak shalat Magrib dan Isya. Mereka khawatir jika generasi muslim yang akan datang menyalahgunakan ijtihad yang membolehkan jamak ini menjadi kebiasaan dengan alasan malas atau karena ingin tidur lebih cepat. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk mengikuti waktu shalat Isya di Mekkah bahwa ada jeda 1,5 jam antara shalat Magrib dengan shalat Isya di Mekkah. Jika waktu shalat Magrib adalah pukul 21.30 CET, maka waktu shalat Isya adalah pukul 23.00 CET. Dengan adanya perbedaan ini, beberapa masjid di United Kingdom melakukan shalat Isya dua kali saat musim panas Kelompok yang menjamak shalat Magrib dan Isya dan kelompok yang melakukannya secara terpisah.
Semuanya itu dilakukan secara harmoni tanpa bersitegang atau saling menyalahkan. Akan tetapi, pada saat bulan Ramadhan (seperti bulan puasa yang lalu), semuanya secara serempak melakukan shalat Magrib dan Isya dengan waktu yang terpisah. Semoga info ini bermanfaat.
* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke redaksi@serambinews.com