"Pohon Kohler" Sangat Bersejarah di Pekarangan MRB Ditebang
"Kami minta maaf pada rakyat Aceh atas kondisi ini," ujarnya.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Fatimah
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS. COM, BANDA ACEH - Karena terkena proyek perluasan Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh, sebatang pohon bersejarah di pekarangan masjid kebanggaan rakyat Aceh itu, yakni bak geulumpang (Sterculia foetida) terpaksa ditebang, Kamis (19/11/2015).
Pohon itu ditanam pada 14 Agustus 1988 saat Prof Dr Ibrahim Hasan menjabat Gubernur Aceh untuk menandai satu peristiwa sangat bersejarah yang terjadi di halaman MRB pada 14 April 1873.
Peristiwa itu adalah tertembak dan tewasnya Mayor Jenderal Belanda, Johan Harmen Rudolf Kohler oleh seorang pejuang Aceh saat Kohler memimpin pasukan Belanda menyerang MRB.
Kohler dilaporkan roboh bersimbah darah di bawah pohon geulumpang yang tumbuh di pekarangan MRB karena mujahid Aceh menembak persis di jantungnya. Si penembak melepaskan tembakan dari tempatnya bersembunyi, di bawah reruntuhan MRB.
Beberapa literarur menyebutkan, remaja 19 tahun yang menembak dada Kohler itu bernama Teungku Imam Luengbata.
Kematian Kohler saat itu sangat memukul spirit dan moral para serdadu Belanda, juga Ratu Belanda, dan menggemparkan Eropa.
Untuk mengenang peristiwa itu, pasukan Belanda menamakan bak geulumpang tadi sebagai Kohlerboom yang artinya pohon Kohler.
Seiring waktu, pohon tua itu pun meranggas, lalu mati. Kemudian, tahun 1988, Gubernur Aceh Ibrahim Hasan menanam kembali pohon jenis geulumpang di titik robohnya Kohler, sebagai penanda momen bersejarah.
Di tempat itu juga dibangun monumen yang prasastinya berbunyi:
"Tanggal 14 April 1873 di tempat ini Mayor Jendral J.H.R. Kohler tewas dalam memimpin penyerangan terhadap Masjid Raya Baiturrahman".
Banda Aceh, 14 Agustus 1988
Gubernur Ibrahim Hasan
Nah, pohon geulumpang penanda momentum bersejarah itulah yang ditebang, Kamis (19/11/2015) siang karena terkena proyek perluasan MRB pada masa Gubernur Zaini Abdullah memimpin Aceh.
Ir Munir Muslih selaku Kepala Proyek Perluasan MRB kepada Serambi FM pagi tadi menyatakan, pohon itu tidak mungkin dipertahankan lagi karena tanah di halaman MRB itu harus digali sedalam 4 meter untuk membangun landasan tiang pancang.
"Kami minta maaf pada rakyat Aceh atas kondisi ini," ujarnya.
Saat ini, prasasti insiden Kohler itu pun sudah dipindah sementara. "Nanti, menjelang proyek perluasan Masjid Raya selesai, tugu dan prasastinya akan dipasang kembali di tempat semula," demikian Munir Muslih. (#)