Terminal Transit Menuju Nasrani
GAFATAR adalah organisasi jelmaan Komunitas Millata Abraham (Komar) yang pernah marak di Banda Aceh
Catatan Hasan Basri M Nur, Dosen UIN Ar-Raniry
GAFATAR adalah organisasi jelmaan Komunitas Millata Abraham (Komar) yang pernah marak di Banda Aceh pada akhir 2000-an. Organisasi ini dinilai sesat dan menyesatkan. Beberapa petingginya ditangkap dan disyahadatkan kembali di Masjid Raya Baiturrahman dan masjid-masjid lainnya di Banda Aceh.
Ternyata, mereka mengikuti prosesi pensyahadatan itu tidak dilandasi keinsafan, melainkan karena terdesak oleh keadaan. Buktinya, komunitas ini kemudian berganti baju atau bersalin wajah (face off) dan menjelma dengan nama baru, Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Di bawah bendera Gafatar, mereka menjalankan misi Millata Abraham. Kelompok Millata Abraham menyakini bahwa Ibrahim adalah nabi terbesar dan penutan semua umat manusia. Umat-umat nabi setelah Ibrahim harus kembali kepada ajaran (agama) Nabi Ibrahim. Sebagaimana diketahui, para rasul yang datang setelah Nabi Ibrahim semua mempunyai akar (nasab) kepada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim juga merupakan bapak dua bangsa besar: Israil dan Arab. Bangsa Israil terbentuk melalui keturunan Nabi Ishak melalui Ya’kub, sementara bangsa Arab lahir dari keturunan Nabi Ismail.
Ada tiga agama yang bertahan hingga kini disampaikan oleh keturunan Nabi Ibrahim, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam. Dalam hal ini, Millata Abraham berusaha mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran yang pernah dibawa Nabi Ibrahim.
Namun, dalam kenyataannya, baik Komar maupun Gafatar, hanya memfokuskan aksinya dalam mengajak penganut agama Islam saja. Sedangkan penganut Kristen (Nasrani) dan Yahudi tidak mereka incar. Saya pernah menggugat hal ini kepada salah satu “ulama” Millata Abraham dalam sebuah “diskusi khusus” pada 2008. Saat itu, “ulama” Millata Abraham itu tersentak tak bisa menjawab.
Seharusnya, kalau memang hendak mengembalikan manusia kepada ajaran Nabi Ibrahim, maka penganut Yahudi dan Nasrani harus berada dalam urutan atas sebelum Islam, karena kedua agama itu lebih tua dibanding Islam. Di sinilah terbaca sinyal bahwa Gafatar tidak murni sebagai gerakan kembali kepada ajaran Nabi Ibrahim, melainkan gerakan untuk merusak kemapanan Islam.
Saya menduga, Gafatar dijadikan sebagai terminal transit menuju Nasrani. Alasannya, selain tidak menyasar umat Nasrani, beberapa istilah Nasrani digunakan dalam Gafatar dan Millata Abraham.
Apalagi dewasa ini tren pertumbuhan Islam di negara-negara maju kian meningkat. Kelompok anti-Islam menempuh berbagai cara untuk menghalangi peningkatan populasi muslim. Cara paling efektif adalah melalui perusakan cara berpikir di internal umat Islam.
Patut diduga, ada skenario besar dan sponsor di balik kelahiran Gafatar. Sasaran dari Komar dan Gafatar adalah generasi muda yang suka berpikir kritis. Mereka menggoda generasi muda Islam melalui argumen-argumen yang terkesan rasional. Misalnya, agama Islam menempatkan Nabi Ibrahim sebagai panutan utama, terutama pada bacaan tasyahud dalam shalat. Mereka menerjemahkan seakan-akan Nabi Muhammad ingin umatnya mengikuti Nabi Ibrahim.
Bagi generasi yang tidak mapan iman dan tingkat rasionalitasnya masih tanggung, maka akan mudah terpana oleh argumentasi mereka. Nah, untuk itu, dalam pengajaran Islam kepada generasi muda ada baiknya jangan hanya diajarkan doktrin semata, melainkan perlu rasionalisasi dari setiap pengetahuan yang ditransfer, sehingga generasi muda mampu membentengi diri dari ajaran-ajaran sesat dan menyesatkan. Semoga!