Tanggulangi Konflik Gajah di Aceh Timur, Ini Agenda BKSDA

"Saya akan berkoordinasi dengan pak Gubernur agar semua stakeholder termasuk pihak swasta agar dikumpulkan,

Penulis: Seni Hendri | Editor: Yusmadi
ist
Tim gabungan terdiri dari BKSDA Aceh, Polres Aceh Timur, dan Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum (Gakkum) Medan, Sumut, Senin (16/10/2017) telah melakukan otopsi terhadap bangkai gajah yang ditemukan mati di kawasan perkebunan petani di Dusun Sumedang Jaya, Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur. 

Laporan Seni Hendri | Aceh Timur

SERAMBINEWS.COM, IDI - Kepala BKSDA Aceh Sapto Aji Prabowo, mengatakan pihaknya sangat konsisten memikirkan solusi penanggulangan konflik gajah di Aceh Timur.

“Kita yang didukung oleh FKL dan Pemkab Aceh Timur, telah membangun CRU untuk merespon konflik gajah, dan sedang membangun parit pembatas (barier) gajah antara kawasan budidaya dengan habitat gajah. Dengan terbangunnya barier ini, gajah tidak lagi menyeberang ke kawasan budidaya masyarakat,” ungkap Sapto.

Selain itu penanggulangan dalam jangka panjang, ungkap Sapto, Pemkab Aceh Timur, juga telah mengalokasikan 5.500 hektare kawasan perlindungan gajah di Kecamatan Serbajadi.

(Baca: Mahasiswa Inggris Teliti Konflik Satwa di Atim)

Penanggulangan jangka panjang ini, lanjutnya, sangat terkait dengan pembagian tataruang antara kawasan budidaya dengan habitat gajah. 

“Saya akan berkoordinasi dengan pak Gubernur agar semua stakeholder termasuk pihak swasta agar dikumpulkan dan mendiskusikan solusi yang lebih konfrehensif untuk penyelesaian konflik gajah ini,” cetus Sapto. 

Pun demikian, ungkap Sapto, pihaknya juga telah merancang solusi penanggulangan konflik gajah secara jangka pendek.

“Jangka pendeknya kita akan terus berupaya untuk merespon setiap laporan konflik yang terjadi dengan segenap sumber daya yang kita miliki,” ungkap Sapto.

(Baca: Ke TKP, Ini yang Dilakukan BKSDA Terhadap Bangkai Gajah di Aceh Timur)

Pihaknya, sambung Sapto, akan membangun masyarakat desa yang mandiri konflik.

“Jadi desa-desa ini nantinya akan kita latih bersama dengan mitra kami (NGO) agar mereka bisa mandiri merespon setiap konflik gajah yang terjadi. Nanti kami juga akan mensupport peralatan maupun bahan untuk pengusiran. Ini upaya jangka pendeknya,” tutup Sapto. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved