Ziarahi Makam Kerajaan Peureulak, Guru Besar dari Jakarta: Islam Masuk ke Asia Tenggara Melalui Aceh
Karena ketika hidupnya beliau dikenal keturunan Arab (Suku Kurays) yang membawa Islam pertama ke Asia Tenggara
Penulis: Seni Hendri | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Seni Hendri | Aceh Timur
SERAMBINEWS.COM, IDI - Setelah mengisi Seminar Nasional Alquran MTQ Aceh XXXIII 2017 di Aula Serbaguna Idi.
Guru Besar Ilmu Alqur’an dari Institut Ilmu Alqur’an Jakarta, Prof Dr K H Ahsin Sakho Muhammad MA, meluangkan waktu mengunjungi Makam Sultan Alaidin Said Maulana Abdul Azis Syah Peureulak, di Gampong Bandrong, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur, Senin (20/11/2017).
Dalam kesempatan itu, K H Ahsin Sakho Muhammad mengatakan, kedatangannya ke Monument Islam Asia Tenggara (Monisa) itu untuk berzirah.
Baca: Wabup Aceh Timur Buka Seminar Nasional Alquran MTQ Aceh, Ini Dua Narasumbernya
Termasuk mendalami keberadaan makam Sultan Said Maulana Abdul Aziz Syah di Peureulak.
Karena ketika hidupnya beliau dikenal keturunan Arab (Suku Kurays) yang membawa Islam pertama ke Asia Tenggara.
“Islam pertama masuk ke Asia Tenggara, yaitu ke Peureulak (Aceh). Ini dilihat dari sisi pelayaran pedagang-pedagang Arab dari Pelabuhan Basarah di Irak melakukan pelayaran ke Katon, Cina.
Pada saat berlayar menuju Cina, para pedagang itu berlabuh di Aceh.
Baca: Bupati Aceh Timur Kunjungi Pemondokan Kafilah MTQ
"Jadi, yang masyhur Islam pertama masuk ke Asia Tenggara, yaitu di Aceh, pada abad pertama hijriyah” ujar K H Ahsin.
Setelah di Aceh, bisa jadi Islam kemudian berkembang ke Barus.
“Jika disana (Barus—red) memiliki bukti-bukti, maka bisa dikompromi. Namun awal mulanya Islam itu dilihat dari perkembangannya, yaitu disini (Peureulak, Aceh) dan selanjutnya berkembang hingga ke Barus,” kata Prof Dr K H Ahsin Sakho Muhammad.
Baca: Dua Bunda PAUD dari Aceh Timur Terima Anugerah PAUD Nasional dari Ibu Negara
Hadir antara lain Asisten Pemerintahan Setdakab Aceh Timur, Drs Zahri MAP, dan beberapa pejabat di Dinas Syariat Islam (DSI) Aceh Timur.
Setiba di makam, guru besar dari Pulau Jawa itu disambut penjaga makam dan sejarawan setempat.
Setelah memberi salam penghormatan terhadap ahli kubur, lalu sang profesor itu memanjatkan doa. (*)