11.000 Balita di Pidie Mengalami Stunting
Hasil tes kesehatan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Pidie menujukkan sekitar 11.000 dari 40 ribu
SIGLI - Hasil tes kesehatan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Pidie menujukkan sekitar 11.000 dari 40 ribu (28 persen) balita di Pidie mengalami stunting, yakni kondisi gagal tumbuh pada anak umur di bawah lima tahun (balita) karena kekurangan gizi kronis. Sehingga tubuh anak tersebut lebih pendek dari balita normal seusianya.
“Saat ini Pidie menduduki posisi nomor dua tertinggi di Aceh, terhadap jumlah balita yang mengalami stunting, yakni mencapai 28 persen,” kata Wakil Bupati (Wabup) Pidie, Fadlullah TM Daud ST, pada seminar bertema ‘Strategi Penangulangan Stunting, untuk Mencapai Generasi yang Berkualitas’ di Aula Suman Mark Sigli, Sabtu (15/12).
Untuk Penanggulangan stunting di Pidie, ia meminta dilakukan upaya terpadu dalam bentuk gerakan bersama dengan melibatkan masyarakat, untuk mendukung pengurangan jumlah balita stunting di Pidie. “Posyandu perlu dievaluasi, juga harus ada proses kaderisasi posyandu dengan merekrut kader baru dan muda,” katanya.
Wabup Pidie menyarankan, semua gampong di Pidie harus didorong untuk mengalokasikan dana kegiatan posyandu. “Dengan begitu, penanggulangan stunting menjadi tugas bersama-sama warga dengan puskesmas, yang ikut dibiayai oleh dana desa.
Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr Fajriman SPS MSi, menjelaskan, dalam upaya memberantas balita stunting, salah satunya dilakukan dengan melakukan edukasi kepada ibu hamil. Sebab menurutnya, selama ini pemahaman asupan gizi kepada ibu hamil, masih kurang. Selaitn itu, ada orang tua yang kurang memperhatikan anaknya terhadap asupan gizi, akibat sibuk bekerja.
“Saat ini, Pidie bukan daerah yang kekurangan pangan, sehingga banyak balita yang badannya pendek. Sehingga hal ini seharusnya bisa ditanggulangi,” kata Fajriman.
Dikatakan, kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, bisa terjadi sejak bayi di dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, atau dalam 1.000 hari pertama kehidupan.
“Stunting biasanya baru terdeteksi saat anak berusia dua tahun. Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, rentan terhadap penyakit, dan menurunnya produktivitas anak,” demikian Fajriman.
Wakil Bupati Pidie, Fadlullah TM Daud, kemarin juga melantik pengurus Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Pidie, untuk periode 2016-2021.
Fadhlullah mengatakan, dengan dikukuhkannya pengurus Persagi Pidie, hendaknya menjadi kekuatan baru dalam memutus rantai stunting. “Saya berharap dengan momentum pelantikan Persagi Pidie, akan menciptakan masyarakat Pidie menjadi generasi sehat dan Islami,” harapnya.
Pengurus DPD Persagi Aceh, Alfriedsyah SKM MKes Kp Kesmas mengungkapkan, bahwa hasil tes kesehatan yang telah dilakukan DPD Persagi Aceh tahun 2013, menujukkan Pidie menduduki posisi nomor dua tertinggi balita stunting setelah Gayo Lues.
“Namun, Gayo Lues telah berhasil menekang angka balita stunting. Sementara Pidie masih bertahan pada lima besar. Karena itu, kita harus bersinergi menekan angka stunting di kabupaten ini. Tidak cukup dengan melakukan sosialisasi di dalam gedung atau hanya mengandalkan bidan di puskesmas saja. Untuk menanggulangi stunting pada balita, semua pihak harus kompak bekerja,” kata Alfriedsyah dalam sambutannya.(naz)